COWASJP.COM – Pedofil sesama pria, mirip zombie. Bekas korban, bisa jadi pelaku. Setidaknya, kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Aris Adriansyah kepada pers, terkait kasus pedofil Jagakarsa: "Tersangka mengaku, dulu jadi korban."
***
Kasus ini menghebohkan Jakarta. Tersangka pria lajang inisial FM (29) tinggal di Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia guru les Bahasa Inggris yang buka konter jual pulsa di rumahnya.
Korban (yang mengakui) 14 anak laki-laki, usia 4 sampai 11 tahun. Pelaku dan korban tinggal di daerah yang sama (bertetangga). Modus, pelaku memberi tambahan pulsa data untuk Game Online yang dibeli para korban. Lalu, anak-anak itu dilecehkan secara seksual.
Dijelaskan penyidik, awalnya pelaku meraba-raba alat vital korban. Kemudian ditelanjangi. Kemudian disodomi.
Tampang pelaku pedofil yang mencabuli 14 anak laki-laki di Lenteng Agung saat ditampilkan saat jumpa pers di Polres Metro Jakarta Selatan, Rabu (17/11/2021). (FOTO: TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim)
Penyidik: "Ada juga korban dengan korban (sesama anak lelaki, yang sudah sering jadi korban) disuruh oral seks. Pelaku menonton. Korban paling kecil, usia empat tahun."
Kalau dijelaskan detil, sangat tidak pantas. Kasihan keluarga korban. Yang kini sangat sedih.
Kasus ini meledak, Senin (15/11/21) malam. Salah satu korban cerita kepada ortunya. Dibegituin sama FM. Setelah korban cerita, menyusul dua saudara sepupu korban juga cerita ke ortu yang sama.
Akibatnya, si ortu sangat emosi. Seorang anaknya, dan dua orang keponakan, jadi korban FM.
Ketua RW setempat, Raden Taufik kepada wartawan menceritakan: "Waktu kejadian, saya ditelepon Pak RT. Katanya, ada pelecehan seksual. Sampai di lokasi sudah ramai. Rumah pelaku sudah dikepung sama warga."
Ternyata, ortu yang dilapori anaknya, langsung mendatangi rumah FM. Sambil teriak-teriak. Menggedor rumah FM yang tutup. Itu menarik perhatian tetangga. Yang kemudian tahu duduk persoalan.
Di saat itu, ada anak lain (juga korban) mengadu ke ortunya. Akibatnya massa berkumpul di depan rumah FM. Sedangkan, FM diketahui, ada di dalam rumah.
Selasa 2 Mei 2017 juga ada pedofil di Lenteng Agung, Jakarta. Ditahan di Polres Metro Jaksel. Pelakunya SN alias Cikon. Korban 12 anak bawah umur. (FOTO: beritasatu.com)
Ketua RW Raden Taufik, bersama Ketua RT bisa masuk. Ketemu FM yang ketakutan di dalam rumah.
Raden Taufik: "Kami mau mengevakuasi, tapi tak berani dengan situasi massa seperti itu. Sementara yang berhak itu kan aparat. Maka, warga telepon aparat. Tapi aparat butuh waktu untuk sampai ke lokasi."
Kian lama, massa kian banyak. Akhirnya pintu rumah FM jebol didorong massa. Banyak orang masuk, langsung menghajar FM. Sampai babak-bunyek. "Untung, tak lama beberapa polisi datang. Ia (FM) langsung diangkut ke mobil, tapi masih dipukuli warga."
FM sudah diinterogasi polisi. Hasil sementara, itu tadi... Kepada penyidik ia mengaku, sewaktu kecil jadi korban sodomi pria dewasa.
Kapolres Kombes Aris: "Itu pengakuan tersangka. Kami belum mendalami kasusnya di masa lalu. Kami fokus ke kasus yang sekarang."
Benarkah, korban pedofil bisa jadi pelaku pedofil?
Dr Maureen Canning, dalam bukunya: Lust, Anger, Love: Understanding Sexual Addiction and the Road to Healthy Intimacy (2008) menyebutkan, itu sangat mungkin.
Dr Canning adalah konsultan klinis di lembaga psikologi The Meadows, Inggris. Hebatnya, dia adalah penyintas pelecehan seksual. Ketika dia masih kanak-kanak dilecehkan seksual. Dia orang yang tepat jadi konsultan psikologi.
FOTO: Freepik
Dalam buku itu, Canning membagi korban pelecehan seksual anak-anak jadi 10 kategori. Demikian:
1) Rasanya Familiar. Awalnya, korban malu dan marah. Dalam perjalanan hidup, perasaan itu mengendap. Setelah dewasa berubah jadi begini: Jika ia mencintai seseorang (heteroseksual), langsung bercampur dengan nafsu seksual. Karena, perilaku seks sudah familiar.
2) Upaya Penyembuhan. Seorang penyintas pelecehan seksual masa kanak-kanak, akan mencoba untuk membatalkan pelecehan dengan mengambil kembali kekuasaan. Artinya, ia bakal jadi pencegah pelecehan seksual.
3) Merasa Tidak Memadai. Korban percaya, mereka tidak cukup baik untuk mendapatkan hubungan yang benar-benar peduli. Akibatnya, mereka meragukan semua orang. Sulit menerima cinta sejati.
4) Merasa Muluk. Ini terdengar unik. Korban selalu berusaha melawan perasaan rendahnya diri. Akibatnya berlebihan. Sehingga mereka merasa lebih baik daripada orang lain. Atau merendahkan orang lain.
5) Temukan Kekuatan dan Kontrol. Dengan cara: Menjadi pelaku. Korban kelak bakal memainkan peran sebagai orang yang lebih kuat dalam hubungan seks. Dia bisa jadi pemerkosa. Atau predator seks.
6) Terangsang oleh Perilaku Kasar. Soal ini Pembaca bisa membayangkan sendiri.
7) Jadi Pemberang. Korban akan selalu marah. Terhadap hal sepele, sekalipun. Yang, bagi orang normal, hal itu tidak membuat marah.
8) Suka Menyakiti Orang. Korban memandang, bahwa hubungan seksual sebagai hubungan antara predator dengan mangsa. Terhadap dirinya, maupun hubungan antar orang lain.
9) Mencari Intensitas. Korban mengacaukan intensitas dengan kesenangan. Mereka tertarik pada aktivitas berisiko tinggi, untuk merasakan kesenangan. Ini akibat trauma di masa lalu.
10) Fantasi Lebih Aman daripada Realita. Korban menarik diri, mundur ke alam fantasi. Karena realitas dianggap kejam.
Dari paparan Dr Canning, dikaitkan dengan pedofil Jagakarsa, maka FM masuk di kategori nomor lima. Itu pun, jika pengakuannya sebagai bekas korban, terbukti benar.
Trus.... bagaimana dengan 14 bocah yang jadi korban FM? Apakah mereka jadi zombie, yang bakal mencari korban berikutnya? (*)