COWASJP.COM – ​Kalau saja, kala itu, menuruti kemauan sang istri ia hanya jadi apa ya?
Ia pilih cerai. Atau istrinya yang justru memilih cerai. Sekian banyak tahun kemudian bintang Xi Jinping sudah berada di atas langit. Xi Jinping pun terpilih menjadi Presiden Tiongkok.
Lalu terpilih lagi.
Bahkan akan terpilih lagi untuk kali ketiga, tahun depan.
Tanda-tandanya terlihat jelas dua hari lalu. Yakni di akhir sidang pleno central komite partai Komunis Tiongkok.
Di forum itu ditetapkan: berkat kepemimpinan Xi Jinping Tiongkok punya capaian yang harus dicatat dalam sejarah 100 tahun partai komunis. Hanya pernah dua orang yang layak masuk sejarah 100 tahun itu: Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Kini menjadi tiga: Xi Jinping.
Mao adalah pendiri partai komunis Tiongkok. Panggilan kebanggaannya: Ketua Mao.
Deng Xiaoping adalah peletak dasar pembangunan ekonomi Tiongkok. Yang hasilnya menjadi seperti sekarang.
Xi Jinping?
Awalnya ia mengawini wanita Kanton: Ke Lingling (柯玲玲). Biasa juga dipanggil Ke Xiaoming (柯å°æ˜Ž).
Lingling kelahiran Puning, satu kabupaten kecil di provinsi Guangdong. Puning sendiri berada di pelosok. Sudah lebih dekat ke Provinsi Fujian. Hanya sepelemparan batu dari Kota Shantou.
Perkawinan itu terjadi tahun 1979. Yakni tidak lama setelah Xi Jinping lulus kuliah. Di Tsinghua University Jinping mengambil jurusan tehnik kimia. Itu universitas terbaik di Tiongkok.
Rupanya Jinping mengenal Lingling di kampus itu. Mereka datang dari budaya yang sangat berbeda: Lingling suku Kanton di selatan. Zaman itu wilayah selatan, khususnya Guangdong, jauh lebih kuat ekonominya.
Jinping suku Shanxi di utara. Jauh lebih miskin dari Guangdong.
Ayah Lingling punya jabatan terhormat: duta besar Tiongkok di Inggris. Tiga tahun setelah perkawinan itu Lingling mengajak Jinping hidup di Inggris. Jinping tidak mau. Lingling ngotot. Mereka cerai: belum punya anak.
Setelah perceraian itu Jinping dapat pekerjaan: menjadi sekretaris pejabat daerah. Sang pejabat dulunya anak buah ayahnya.
Sejak sebelum mahasiswa Jinping ingin terjun ke politik. Ayahnya memang orang penting: termasuk pendiri partai. Ia melamar untuk menjadi anggota partai itu. Ditolak. Melamar lagi. Ditolak lagi. Di lamaran kelima barulah Jinping diterima.
Dari kiri: Melania Trump, Donald Trump, Xi Jinping dan Peng Liyuan. (FOTO: globaltimes.cn)
Sampai sekarang masih begitu. Untuk menjadi anggota partai harus mendaftar. Lalu diseleksi. Setelah lulus pun harus mengikuti pendidikan partai. Pendidikan yang berjenjang.
Karir politik Jinping merambat dari bawah. Mula-mula menjadi wakil sekretaris partai tingkat kabupaten. Lalu merambat naik. Lewat kota Xiamen (Amoy) di Fujian. Ia jadi sekretaris partai di kota itu: lebih berkuasa dari walikotanya. Itu tahun 1987. Setelah lima tahun menduda.
Lalu Jinping jadi sekretaris partai tingkat provinsi: Fujian. Lebih berkuasa dari gubernur.
Tahun 1987 itulah Jinping mengawini Peng Liyuan --First Lady Tiongkok sekarang. Dia penyanyi paling terkemuka di Tiongkok. Kelahiran Shandong.
Peng Liyuan terkenal dengan lagu-lagu khusus: perjuangan dan cinta tanah air.
Dia sering menyanyi di acara-acara militer. Pakai baju militer. Saking hebatnya Peng Liyuan sampai mendapat pangkat Brigadir Jendral.
Pasangan ini punya anak satu. Wanita. Kuliah di Harvard, Boston, Amerika. Mestinya sudah agak lama tamat.
Di era kepresidenan Xi Jinping inilah Tiongkok mencapai tahap negara super power. Pun ketika dihambat dua tantangan besar: perang dagang dengan Amerika dan Covid-19.
Di era Jinping pula kemiskinan hilang di Tiongkok --tentu semua presiden, sejak Deng Xiaoping, punya andil di dalamnya.
Hong Kong yang hampir lepas, juga berhasil dicegah: lewat keotoriterannya.
Selama di jabatannya, korupsi dihabisi habis-habisan. Sudah 1 juta pejabat yang ditindak terkait korupsi. Ia tidak peduli: macan di berangus, kutu dibungkus. Selama Xi Jinping jadi presiden istilah ”macan” dan ”kutu” memang populer. Semua takut ke macan yang lebih besar: Xi Jinping.
Dunia juga menghargai Jinping dari segi keseriusannya mengurangi polusi. Dulu langit Hong Kong pun sampai kelabu: dapat kiriman polusi dari Guangdong. Kini langit Hongkong kembali biru.
Kalau pun ada yang belum tercapai di sana tinggallah satu: Taiwan belum berhasil kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Mungkin di periode ketiganya nanti.
Tanda-tanda Jinping akan menjabat kali ketiga mulai terlihat tahun 2018. Yakni saat parlemen di sana mencabut ketentuan lama: Presiden hanya bisa menjabat dua periode. Sejak itulah santer apa makna di balik pencabutan itu. Dua hari lalu makna itu menjadi jelas. Tapi resminya memang baru akan diputuskan dalam Kongres Partai Komunis tahun depan.
Itu kalau tidak ada kejadian dadakan. Siapa tahu semua macan dan kutu di sana mendadak berubah menjadi celeng. (*)
Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media