COWASJP.COM – Pandemi Covid-19 memporak-porandakan tatanan ekonomi, budaya dan kesusasteraan di dunia. Ingin tahu seberapa jauh perubahan tatanan itu, besok, ikuti webinar internasional ECKLL IX Fakultas Sastra, Unversitas Dr Soetomo, Surabaya. Siapa pemakalah intenasional yang hadir, dan apa materinya? Berikut laporannya:
***
PANDEMI Covid-19, yang muncul kali pertama di Wuhan Hubei Tiongkok pada November 2019, mengakibatkan gangguan sosial dan ekonomi yang parah di seluruh dunia. Termasuk resesi global terbesar sejak Depresi Hebat pada 1930-an.
Pandemi ini menyebabkan kekurangan pasokan meluas. Dan, diperparah oleh pembelian panik (panic buying) produk-produk kesehatan, gangguan pertanian, dan beberapa negara kekurangan pangan.
Kondisi pandemi saat ini melandai. Itu karena kampanye vaksinasi Covid di dunia dimulai sejak Desember 2020 dan terus digencarkan sampat saat ini. Angka vaksinasi dunia update dari data Vaccination Overview tertanggal 7 November 2021, adalah 7,31 miliar doses yang diberikan. Termasuk ada penambahan 24, 2 juta dosis.
Warga dunia memperoleh dosis pertama dan kedua (fully vaccinated), 3.14 miliar orang. Atau 40,2% dari populasi dunia sudah fully vaccinated, termasuk ada penambahan 0,1 persen.
Indonesia menempati urutan kelima dunia vaksinasi tertinggi. Indonesia, doses given 205 juta, yang sudah fully vaccinated 79, 2 juta orang. Atau 29,0 % dari total penduduk Indonesia.
Yang menarik untuk diamati dan diteliti di era pandemi, seberapa besar pandemi mengacak-acak tatanan budaya (culture) dan kesusasteraan (literature), dan bahasa (language) di dunia.
Kali kedua di era pandemi, Fakultas Sastra Universitas Dr Soetomo (FS Unitomo), Surabaya menggelar Enrichment of Career by Knowledge of Language and Literature (ECKLL) IX. Temanya “Rewrite the World during and after Pandemic Signs in Language, Literature, and Culture”.
Event ini digelar via webinar pada Sabtu, 13 November 2021, mulai pukul 09.00.
Lima pembicara internasional dari negara berbeda hadir dalam event ini. Yang menarik salah satunya profesor dari Monash Univesity, Melbourne, Australia, Prof Edward Buckingham. Dia adalah Professor dan Program Director of Monash University Indonesia, Monash Bussiness School.
Apa yang akan dipresentasikan Profesor Edward? “Social Change, Machiavelli and Establishing a New Order of Things: The Role of Literature in Creating a New Culture for Our Times. A brief glance at the history of Indonesian literature illustrates how social change is usually accompanied by a new wave of literary production that stands distinct from previous works. In this keynote we will examine the economic causes of this renewal, based on earlier examples, and speculate on the emerging pandemic literature,” ujarnya.
Dia akan menampilkan judul Perubahan Sosial, Machiavelli dan Penerapan Suatu Tatanan Baru dari Semuanya. Peran Kesusasteraan dalam Menciptakan Budaya Baru di Era Kami (Manusia).
Menampilkan sekilas sejarah kesusasteraan Indonesia menarasikan bagaimana perubahan sosial biasanya selalu dibarengi oleh gelombang baru produksi sastra yang biasanya berbeda dengan karya-karya sastra sebelumnya.
Profesor Edward Buckingham, Professor and Program Director Monash Bussiness School, Jakarta (Monash University Australia). (FOTO: istimewa)
Dalam hal ini, dia akan menganalisis sebab-sebab ekonomi dari pembaharuan tersebut didasarkan contoh-contoh kasus sebelumnya. Dan berspekulasi pada kemunculan literature pandemi.
Empat pembicara lainnya:
Tsutsumi Ryoichi, Ph.D. Associate Professor (Okayama University, Japan).
Jin Hua, Ph.D. South China University of Technology, Cina.
Juan Francisco Ugalde Sanchez, Ms.A. (Director and Content Creator on The Arbol Online Radio, Ekuador).
Dr. Asrif, M.Hum. (Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Indonesia).
“Kami berharap ECKLL kesembilan ini mampu menyajikan referensi ter-update di era pandemi bagi para peneliti, dosen, guru dan masyarakat umum di bidang bahasa, sastra, dan budaya,” kata Dr Rindrah Kartiningsih, SS, MSi, MPd, Koordinator Panitia ECKLL IX, FS Unitomo, kemarin.
‘’Event ini juga ingin mengetahui keterkaitan dan pengaruh pembelajaran dan pengajaran bahasa, sastra, dan budaya dalam masa pandemi Covid-19. Dan, memaparkan informasi teknologi pengajaran dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19,” ujar Kusuma Wijaya, SS, MPd, juga panitia ECKLL IX.
Event ini ternyata menarik bagi para peneliti, dosen, dan masyarakat Indonesia. Lebih dari 25 pemakalah (presenter) Indonesia dan 100 peserta akan meramaikan event ini.
‘’Bagi masyarakat peminat bahasa, sastra, dan budaya silakan join pada webinar ECKLL ini. Peserta free alias gratis. Ini event Fakultas Inggris Unitomo setahun sekali. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?, “ ujar Kusuma.
Para pemakalah Indonesia selain dari FS Unitomo juga dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, para dosen dari berbagai universitas dalam negeri, alumni FS Unitomo, mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia. ‘’Materi makalah yang akan ditampilkan di event ini langsung memperoleh ISBN. Ini salah satu daya tarik pemakalah,” ujarnya.
Rindrah menambahkan event ini juga salah satu kontribusi FS Unitomo kepada masyarakat di era pandemi. “Kami berkewajiban melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi. Yakni melalui kerjasama dengan berbagai pihak guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan dan perdamaian seluruh umat manusia di dunia, khususnya di Indonesia,” ujarnya.
Webinar ECKLL VIII FS Unitomo pertama di era pandemi pada 2020. (FOTO: istimewa)
ECKLL VIII digelar pertama pada masa pandemi pada Kamis (19/11/2020). Mengambil tema “The Opportunities of Learning and Teaching Language, Literature and Culture in Covid 19 Pandemic”.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini dilaksanakan secara daring menggunakan zoom meeting sebagai media pertemuan.
Diikuti sekitar 150 peserta, para pembicaranya dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya Akh. Muzakki, Indonesia; Chris Barnes, Australia; Rokiah Paee, Malaysia; Mari Araki, Jepang; dan Lydia Kieven, Bonn University, Jerman.
Keempatnya memberikan paparan mengenai isu yang sedang hangat terkait peluang belajar dan mengajar Bahasa, Sastra dan Budaya di tengah Pandemi Covid 19. (*)