COWASJP.COM – ANDA sudah tahu: Presiden SBY lagi sakit. Sakitnya tidak membahayakan —untuk ukuran zaman sekarang: kanker prostat tahap awal.
Jarang sekali orang umur 45 tahun ke bawah terkena sakit prostat. Kian tua kian banyak. Apalagi yang di atas 60 tahun.
Anda juga sudah tahu: sakit prostat hanya diderita laki-laki. Wanita tidak punya prostat —karena tidak punya penis. Prostat adalah aksesori dari kemaluan laki-laki.
Pak SBY sudah mengumumkan: Selasa sore (2/11) berangkat ke luar negeri. Di sana beliau akan menjalani operasi untuk menyembuhkannya.
Presiden Jokowi sudah diberi tahu. Dan akan menyertakan dua-tiga dokter kepresidenan untuk mendampingi selama pengobatan.
Ke mana Pak SBY akan berobat?
Kini terlalu banyak dokter hebat yang bisa melakukannya. Di banyak negara. Pun di banyak kota di Indonesia. Tinggal pilih negara mana yang disuka.
Singapura sangat mampu. Bahkan operasinya sudah pakai robot. Sudah lebih 1.000 operasi kanker prostat dilakukan di Singapura.
Pun teman baik saya. Sukses menjalaninya 2 tahun lalu. Hanya beberapa minggu sebelum pandemi.
Hari kedua ia sudah bisa meninggalkan rumah sakit. Ia merasa bahagia sekarang ini.
Waktu itu umurnya 72 tahun. Langsing. Hidupnya cukup sehat. Ia merasa harus sering kencing. Pun kalau malam. Setelah ke dokter ia tahu: prostatnya membesar. Ia kian waspada. Setiap 6 bulan harus periksa dokter. Lebih teliti. Jangan sampai telat tahu-tahu sudah berkembang menjadi kanker.
Sakit prostat itu ada empat jenis: kanker, infeksi, bengkak, dan membesar.
Akhirnya dokter mencurigainya: ada kanker. Tapi belum pasti. Harus dimonitor terus. Enam bulan berikutnya juga belum terlihat membesar. Tapi sudah dipastikan itu kanker. Dicoba dulu diatasi dengan obat. Sambil terus diamati.
"Saya putuskan segera operasi. Tempulu masih sangat dini," katanya.
Logika berpikirnya: punya benih kanker di dalam tubuh membuat hidup tidak tenang. Dengan operasi, kankernya bisa dibuang. Toh belum berkembang ke mana-mana.
"Saya menjalani operasi selama tiga jam," katanya.
"Bagaimana kerja robotnya?" tanya saya, kemarin.
"Saya tidak tahu. Saya kan dibius total," katanya.
Ia pun mengirimi saya video: operasi kanker prostat pakai robot. Saya lihat video itu. Memang tidak dilakukan penyayatan panjang di bagian perut. Hanya saja di perutnya ditusuk di enam titik. Untuk membuat enam lubang: untuk memasukkan kabel dan 'tangan' robot.
Mantan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (FOTO: Instagram/ @presidenyudhoyonoalbum - pikiran-rakyat.com)
Juga untuk selang pengisap darah di sekitar jaringan yang dipotong oleh tangan robot.
Tangan robot itu dikendalikan oleh dokter dari luar ruang operasi. Terlihat bagaimana tangan robot 'menyibak jaringan-jaringan di perut bagian bawah. Lalu menuju bawah empedu. Ke bawah lagi. Ke dekat pangkal penis. Ke arah prostat. Tangan robot itu lantas membuka prostat dan mengambil kankernya.
Tangan robot pula yang memasukkan kanker itu ke dalam kantong plastik. Lalu kantong itu ditarik ke luar, lewat salah satu dari enam lubang buatan di perut.
Tugas akhir si tangan robot adalah menjahit prostat yang dibuka tadi. Selesai.
"Sekarang hidup saya lebih tenang. Tidak kepikiran lagi," katanya.
Tentu begitu juga logika Pak SBY. Tinggal mau melakukannya di mana. Saya tidak memperoleh jawaban dari beliau. Dugaan saya beliau memilih Amerika. Beliau lulusan negara itu. Juga merasa nyaman di sana.
Kecil kemungkinan beliau memilih Singapura —bayangan akan almarhumah sang istri akan sulit dihapus. Beliau, waktu itu, sampai dua bulan tinggal di RS Singapura. Untuk mendampingi sang istri, Bu Ani Yudhoyono, yang terkena kanker darah.
Itu baru dua tahun lalu. Juni 2019. Masih sangat segar di ingatan.
Ke mana pun berobat terserah beliau. Ke Jepang juga sangat baik. Ke Jerman juga hebat. Ke Hong Kong pun sudah terkenal kemampuannya di bidang itu.
Pun di Surabaya, sudah bisa dilakukan. Juga di kota seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Apalagi di Jakarta.
Indonesia sudah punya sekitar 30 dokter ahli kanker prostat: onkologi urologi. Salah satunya tetangga desa tempat lahir saya: Dr dr Wahyu Djati.
"Sudah melakukan operasi kanker prostat berapa kali?" tanya saya.
"Sudah banyak sekali?" jawab dokter Wahyu.
"Ada 100 kali?“
“Ya sekitar itu," jawabnya.
Dokter Wahyu alumnus Unair. Sejak dokter, spesialis sampai doktor. Ia menambah pendidikannya tiga kali ke Belanda, sekali ke Prancis dan Singapura. Termasuk mengikuti praktik operasi menggunakan robot.
"Pernah melakukan operasi menggunakan robot?"
“Belum," jawabnya. "Kan kita belum punya alatnya," tambahnya. "Operasi menggunakan robot itu lebih mudah," kata Wahyu yang tamat SMAN 2 Madiun.
Pokoknya kanker prostat itu bukan lagi sakit yang gawat. Kemungkinan berhasilnya bisa 99 persen.
Kecuali ketahuan kankernya sudah sangat telat. Itu pun masih banyak yang berhasil. Contohnya Pak Sudi Silalahi. Ia sudah sampai berdarah-darah —saat kencing di pesawat kepresidenan di Kyoto. RSPAD Jakarta yang melakukan operasi kanker prostatnya. Sembuh. Total. Giat lagi di jabatannya sebagai menteri sekretaris negara.
Bahwa minggu lalu beliau meninggal dunia, tidak ada hubungannya dengan itu. "Kanker beliau sudah bersih dan tetap bersih sampai beliau meninggal," ujar orang paling dekatnya.
"Apakah kanker prostat bisa menyebar?" tanya saya.
"Bisa. Punya potensi menyebar ke tulang belakang," ujar dokter Wahyu. "Kalau sudah menyebar tidak disarankan lagi untuk operasi prostat," katanya.
Berarti kanker di prostat Pak SBY belum menyebar. Masih bisa dioperasi. Keputusan melakukannya sekarang adalah tepat.
Dua pemimpin tertinggi Singapura, Goh Chok Tong dan Lee Hsien Loong, juga mengalaminya. Sembuh total. Sampai sekarang pun tetap sehat. Lee Hsien Loong tetap menjabat perdana menteri.
Pak SBY tentu bisa menjalani pengobatan ini dengan sepenuh hati. Persoalan Partai Demokrat sudah tidak kritis lagi. Secara fisik Pak SBY juga masih terlihat segar. Badannya juga sudah terlihat tidak terlalu gemuk lagi.
Semua faktor yang ada terlihat mendukung keberhasilan pengobatan Pak SBY. Apalagi ditambah doa berjuta manusia.
Bahwa setelah operasi prostat harus ada organ yang pensiun, tentu bukan masalah bagi Pak SBY. Bahkan bagi Anda yang masih punya istri sekali pun: dokter tahu obat apa yang harus diminum. (*)
Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media.
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul Bumi Panas
Sugimin
Aku juga punya problem kejiwaan. Melihat polisi tidur di Indonesia yang dibuat seenak udel nya sendiri. Bagaikan cerita dari Shantideva, seorang raja tertusuk duri kakinya di jalan dan lalu memerintahkan untuk menutupi seluruh jalanan di seluruh kerajaannya dengan kulit. Padahal sebenarnya cukup raja itu memakai sepatu kulit masalah terkena duri, selesai sudah.
Kined Kined
Nulis komen yg panjang2 di disway jg tidak ramah lingkungan.
Amat
Di daerah saya juga. Banyak nama disingkat. Salahuddin jadi Udin Fahrudin jadi Udin Syarifuddin jadi Udin Mahyudin jadi Udin Ali Nurdin jadi Udin Sya'dudin jadi Udin Kamaruddin jadi Udin Bahrudin jadi Udin Saprudin jadi Udin Jalaludin jadi Udin Awaludin jadi Udin Jamaludin jadi Udin Mahmudin jadi Udin Lahmudin jadi Udin Sabaruddin jadi Udin Zainudin jadi Udin Syamsudin jadi Udin Saparudin jadi Udin Saipudin jadi Udin
Robban Batang
Greta Tintin Eleonora Ernman Thurnberg. Bener gak ni saya ketik namanya. Benar-benar saya ketik sendiri ya. Bukan copy paste, setelah mencoba menghafal namanya beberapa kali. Nama yang sangat tidak ramah lingkungan. Mungkin tidak terlalu banyak menyumbang pemanasan global.Tapi biar lebih total dalam kepedulian terhadap lingkungan tolong sampaikan kepada Greta Tintin Eleonora Ernman Thurnberg untuk menyingkat namanya. Kalau ada yang tahu spill akun medsosnya. Harusnya dia tidak punya akun tiktok kalau benar-benar peduli lingkungan. Boros data. Boros kalori untuk goyang-goyang. Kalau namanya pendek kan menghemat tinta kalau dicetak di media kertas.Lebih menghemat waktu ketika mengetik namanya. Hemat pemakaian listrik kalau mengetik di desktop. Jangan anggap sekedar guyonan usulan saya ini. Soalnya namanya sudah mendunia. Coba hitung berapa detik untuk mengetik nama Greta Tintin Eleonora Ernman Thurnberg dikalikan sekian juta orang atau wartawan yang meliput kegiatannya. Kalau di Jawa gampang, Dia akan dipanggil 'Nok Tin'. Sangat hemat waktu. Cepat diketik. Tidak boros energi. Ramah lingkungan. Untuk urusan singkat-menyingkat mungkin Jawa-lah jawaranya. Maafkan saya kalau primordial.Boleh dong bangga dengan sukunya. Yang penting tidak merasa lebih tinggi atau lebih baik. Yang penting tidak merendahkan apalagi menjelekkan suku lain. Mungkin banyak dari Anda sekalian, meskipun bukan orang Jawa, yang sudah tahu tentang penghematan kata ini. Contoh: Wait a minute menjadi "sek". Aku tidak mau menjadi "Moh" atau "gah". Dan lain lain. eh dll.dst.dsb. Sebenarnya mau komen lebih panjang lagi tapi takut kalau boros data. Boros Batre. Tidak peduli lingkungan. Besok-besok kalau mau komen panjang jadi merasa bersalah nih. Gara-gara Greta Tintin Eleonora Ernman Thurnberg. Shalom.
QITHMIR
Maaf Bah.... saya kaget kok Bulan sudah jadi Planet...? Apa karena tetanggaan sama Mbah Mars.... ups... Yang pasti Bulan dan Paklan bukan Planet....
Druun Preet
hanya orang2 yang tidak menikmati batu bara yang bisa bijak... kenyataan yg di sembunyikan
Robban Batang
Tentang pemanasan global saya tunggu komentar Pak Tio yang anti-mainstream. Kata beliau dulu di Komenan Artikel Abah, Global warming, bukan global heating, akibat siklus naik-turunnya suhu matahari. Aktivitas bumi seperti industri, transportasi sangat kecil pengaruhnya terhadap iklim global. Isu global warming 'hanya'sarana untuk 'menyalahkan' negara tropis.Membatasi produksi. Mudah-mudahan Pak Tio sehat selalu setelah dulu 'meng-endorse' ivermectin untuk penanganan covid19.
CecepS
saya jadi teringat statemen alm Jend M Yusuf ... kita hidup di alam tropis .. panas sudah biasa .. jangan pasang karpet .. lepas saja karpet di kantor kantor ..
Idub Marto
Seharusnya Indonesia semakin dingin, karena beberapa Matahari telah tutup.
Kined Kined
Coba belajar tentang ekosistem mas. Pemanasan global itu penting karena akan mempengaruhi ekosistem, termasuk pertanian, peternakan, perikanan, banjir, topan, dll. Manusia juga bagian dari ekosistem sehingga jika ada perubahan iklim pasti kena juga. Saya pernah melihat film dokumenter, lupa nama filmnya. Kl tidak salah di film itu krn adanya pemanasan global telur2 burung menetas lebih awal. Cuma masalahnya mangsa/pakan burung tersebut belum menetas. Sehingga ketika telurnya menetas burung2 tersebut kesulitan mencari makan dan banyak yg mati.
Abdul Wahib
Tak perlu lah para ahli berdebat tentang seberapa tambah panasnya bumi dibanding tahun 1700-an. Cukuplah dg melihat perbandingan ini. Dulu, kalau anda sumuks, cukup dg kipas sate solusinya. Handmade. Ramah lingkungan. Semakin maju teknologi, muncul kipas angin. Pake listrik. Listrik pake batubara. Lalu muncul air cooler. Lalu AC dg freon nya yg tidak ramah lingkungan. Maka, kalau abah memilih tinggal di rumah, saya yakin karena di rumah ada AC nya. #GGMU#
Hariyanto
Kapal layar, layar dan semua perangkatnya dibuat pakai mesin atau kerajinan tangan ? Solar cell dibuat pakai mesin atau kerajinan tangan ? Kalau pakai mesin, sumber listriknya BBM, angin atau sinar matahari, batu bara atau apa ? Rumahnya Greta itu, listrik dan bangunannya apa ? baju yang dia pakai buatan pabrik atau kerajinan tangan waktu dia SD ? Saya setuju bumi diselamatkan, tapi negara negara Eropa barat, harus yang pertama bertanggung jawab, dan berkorban dana, karena mereka yang mengawali industri dan menjajah daerah yang sekarang mereka larang memanfaatkan hutan dan menggunakan batu bara. Kalau ingin Indonesia tidak menebang pohon, menanam hutan kembali, dan menghentikan penggunaan batu bara, jawabannya cuma satu, bayar dulu om.
Mirza Mirwan
Sambil makan siang bakda dhuhur tadi saya bertanya-jawab dalam hati: mau nulis komentar tentang perubahan iklim yg sedang digelar konferensinya di Glasgow. Apa sih penyebab perubahan iklim? Kalau saya tulis kayaknya lebih panjang dari tulisan Pak DI. Meski nawaitu saya berbagi ilmu, boleh jadi membosankan pembaca. Jujur, saya tidak bisa "guyon" untuk hal yg serius. Lepas makan saya malah ambil gitar dan nyanyi. "I was sick and tired of everything / when I called you last night from Glasgow / All I do is eat and sleep and sing / wishing every show was the last show...." Itu lagunya ABBA yang sudah berumur 40-an tahun, judulnya "Super Trouper". Ingat Glasgow jadi ingat Pollock Country Park. Saya bayangkan, saat ini di sana sedang musim gugur (autumn). Pepohonan di taman itu pasti terlihat semarak warna dedaunannya. Kayak warna-warni pepohonan di Central Park, NYC. Dan tiba-tiba terdengar adzan ashar.
Leong Putu
Betul mas Lbs. Saya juga mengalaminya... Saya kurang cerdas, tapi begitu gampang jadi bos. tidak perlu modal banyak. Tapi selalu jadi bos. Saat saya parkir di parkiran jalan2 Surabaya di karcis tertulis 2.000. lalu saya bayar 5.000. tukang parkir langsung bilang " makasih Bos" gampang kan. wkwkwkwk... coba bayar 2.000. gak bakal jadi Bos.
Lbs
Sindrom diam. Kelemahan umumnya orang cerdas-atau kelebihannya. Itu membuat org cerdas (IQ tinggi), umumnya susah bersosialisasi. Tidak asik. Kaku. Kadang menyebalkan. Padahal manusia dirancang untuk hidup berdampingan dan bersosialisasi. Orang cerdas akan susah menjadi bos. Akan susah menjadi pemimpin. Orang cerdas biasanya akan jadi anak buah orang yg kecerdasannya biasa2 saja. Tapi itu masih untung. Krn banyak orang cerdas yg hidupnya berakhir tragis. Gila atau bunuh diri. Krn menurut berbagai penelitian. Semakin cerdas seseorang, semakin besar resiko gangguan jiwa. Maka jika anda memiliki anak cerdas, bersyukurlah. Krn kemungkinan besar dia akan memberi manfaat besar bg kebaikan hidup manusia dg karya2nya, dg penemuan2nya. Sebaliknya jika anda memiliki anak yg biasa2 saja. Bersyukurlah juga. Krn dia akan lebih mudah menjadi bos orang2 cerdas. Dan tentu, lebih mudah bahagia...
Leong Putu
Saya dapat jadwal shift malam seminggu ini. Tadi pagi ketika akan pulang, saya sempatkan baca Dis'way. Dahi saya berkerut, ketika membaca lagi Indonesia paru paru dunia. Saya jengkel, saya marah. Apa yang dapat kita banggakan dari paru paru itu ? Paru paru yang sudah terkena Pneumonia kronis. Apanya yang mau dibanggakan ? wedeeewwww.... Di tengah jalan, saya membayangkan. Apa yang Indonesia bisa lakukan di forum KTT itu ? Menekan negara negara besar dan kaya itu ? Apa bisa ? Bukankah ketika kita ketemu orang yang lebih tinggi besar dan jauh lebih kaya dari kita, kita selalu memposisikan diri sebagai "kawula" ? Apa lagi itu wong londo... hehhehheh.... Itu juga sebabnya kenapa wisatawan lokal merasa seperti dianak tirikan di Bali. Akhirnya tiba di rumah. Sepi. Anak2 masih di sekolah. Tiba tiba istri keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah. Rupanya dia habis mandi sekalian keramas. ahaaaa... Tiba2 seperti ada gambar lampu menyala di atas kepala saya. "tinggggg" bunyinya... Saya mandi cepat cepat. Istri belum selesai mengeringkan rambutnya. Saya tarik dia ke kamar. jreeeeng. Terjadilah apa yang semestinya tidak terjadi. Saya merasa hot dan berkeringat tanpa harus menunggu puncaknya perubahan iklim. Saya tidur lelap setelahnya. ha ha ha... .. .. .. .. .. .. .. .. Itulah kisah tadi pagi.. Saya kurang enak badan. Minta dikerokin istri di dalam kamar. Mungkin masuk angin, kena angin malam. Serius amat bacanya wkwkwkwkwk....
Pryadi Satriana
Perubahan iklim krn pemanasan global bukan isu baru, tapi mendapat perhatian lebih stlh Thomas Friedman menulis "Hot, Flat, and Crowded" (Pemanasan Global, Globalisasi, dan Kepadatan Penduduk), th 2008 lalu. Kita tdk begitu merasakan. Kita hidup di khatulistiwa. Di negara kepulauan, banyak curah hujan. Syukurlah. Beda dg tetangga kita Australia, yg disebut benua. Dataran yg begitu luas. Perubahan iklim sangat berdampak. Apalagi kemarau, air jadi susah. Pernah kemarau begitu panjang, sampai air langka. Sampai penggunaannya diatur oleh Perda. Ndhak boleh utk cuci mobil, misalnya. Saking putus asanya, ditulis di buku Friedman, PM Australia sampai muncul di TV, minta warga masyarakat berdoa. Agar turun hujan! Terjadi di Australia, yg memandang agama sbg urusan privat. Di mana sembahyang (baca: beragama) atau tidak ndhak diurus negara. Sak karep! Kemarau yg sangat panjang sdh membuat PM Australia muncul di TV spt itu. Kapokmu kapan! Berbahagialah kita yg hidup di khatulistiwa. Terlatih dg panas yg terik, apalagi arek Suroboyo! Pemanasan global tidak membuat saya risau, pernah tinggal cukup lama di Surabaya. Saya justru risau KALAU (dan ndhak pingin) kehilangan tas, yg isinya dompet dan dokumen2 penting, termasuk surat gadai! Salam.