COWASJP.COM – Lagi, DNY Skincare beraksi membantu sesama. Kali ini, Sabtu (23/10/2021), DNY bersama para relawannya membantu warga disabilitas di Desa Ngepeh, Kecamatan Lo Ceret, Kabupaten Nganjuk. Sebanyak 200 paket sembako dan uang santunan diberikan. Menariknya, Ngepeh adalah desa kelahiran dokter Soetomo, salah satu pahlawan nasional pendiri organisasi kebangsaan, Budi Oetomo. Berikut ceritanya:
***
SEKITAR pukul 06.00, Sabtu 23 Oktober 2022, para relawan sudah berkumpul di kantor pusat DNY Skincare di Perumahan Jayaland, Gedangan, Sidoarjo. Paket sembako sudah disiapkan sebelumnya.
Per paket berisi antara lain minyak goreng, mie instan, dan beras 5 kilogram. Dipacking kresek putih dengan logo DNY Skincare.
Mobil-mobil dikeluarkan dan dipanasi mesinnya. Mobil offroad antara lain Robicon, Hi Lux dan Kijang. Mobil-mobil pribadi untuk para relawan juga disiapkan. Dua Alphard, SUV Mercy, Lexus, Pajero dan Innova Reborn. Total ada 10 unit mobil.
Bunda Deny, Founder dan Owner DNY Skincare dengan seorang anak penderita CP. DNY mengalokasikan santunan khusus untuk mereka per bulan. (FOTO: Moch. Makruf)
Sebelum berangkat, Trimunas Prijanto -- yang sapaan akrabnya Pak Munas -- memberikan briefing kepada para relawan. "Kita ditunggu pukul 10.00 di lokasi. Kecepatan normal saja, 80 kilometer per jam. Jangan ngebut. Ok. Mari berdoa agar perjalanan dan bakti sosial lancar," ujarnya.
Pak Munas adalah suami Deny Rachmawati, Founder dan Owner DNY Skincare, yang akrab dipanggil Bunda Deny.
Setelah itu, rombongan DNY Skincare meluncur dengan berkonvoi menuju ke Desa Ngepeh, Lo Ceret Nganjuk. Anda tahu tujuannya? Yakni Museum dan Monumen Dokter Soetomo yang merupakan salah satu objek wisata di Nganjuk.
Rombongan memasuki tol Trans Jawa melalui gerbang tol Waru. Tidak ada kendala dalam perjalanan. Lancar saja. Mobil-mobil melaju secara berkonvoi ke Nganjuk. Kecepatan rata-rata 80-100 kilometer per jam. Baru sekitar pukul 12.00, rombongan tiba di Kota Nganjuk.
Selanjutnya, rombongan menuju ke Desa Ngepeh, Kecamaan Lo Ceret. Sekitar pukul 12.30, rombongan DNY tiba di Museum dr Soetomo. Halamannya sangat lapang. Sekitar 100 meter jalan ke museum kiri kanannya ditanami pohon. Terkesan rindang.
Terlihat patung dr Soetomo duduk berada di depan. Di belakangnya ada pendopo besar. Dokter Soetomo, pahlawan nasional kelahiran Desa Ngepeh, Nganjuk. Dia salah satu penggagas organisasi modern Bumiputra pertama di Hindia Belanda, yakni Budi Oetomo yang berdiri 20 Mei 1908. Karena itu setiap 20 Mei diperingati Hari Kebangkitan Nasional.
Warga disabilitas di Desa Ngepeh, Nganjuk saat acara bakti sosial DNY Skincare. (FOTO: Moch. Makruf)
Di pendopo museum sudah berkumpul warga disabilitas Desa Ngepeh dan sekitarnya. Ada spanduk besar bertulisan: Bakti Sosial DNY Skincare bersama Komunitas Difabel Kabupaten Nganjuk, Dalam Rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka sengaja diundang panitia untuk menghadiri acara bakti sosial ini.
Bila tidak bisa datang, panitia siap menjemput. Atau, santunan bisa diantar ke rumahnya.
Total warga disabilitas sekitar 200 orang. Sebagian besar tunadaksa. Tunadaksa adalah anak/orang yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Mereka berkumpul secara lesehan di pendopo museum. Ada yang memakai kursi roda dan penyangga kaki. Beberapa di antaranya ditemani pengantar, orang tua atau kerabatnya.
Namun ada juga anak penderita CP (Cerebral Palsy). Apa CP? Yakni salah satu bentuk kelainan saraf otak yang membuat penderitanya sulit bergerak. Menderita kondisi ini membuat bayi mengalami berbagai gangguan pergerakan dan koordinasi tubuh. Salah satunya tidak dapat menggerakkan sebagian sisi tubuhnya.
Tampak perangkat desa dan beberapa pejabat Muspika hadir. Rombongan DNY disambut. Para relawan segera menurunkan bantuan paket sembako. Deny Rachmawati dan suami langsung ke depan.
Tak lama kemudian, acara sambutan-sambutan. Kepala Desa Ngepeh mengucapkan selamat datang dan sangat senang sekali ada orang atau perusahaan yang masih peduli terhadap kaum disabilitas di desanya.
Pak Munas sebagai wakil DNY Skincare lantas memberikan sambutan. Intinya kegiatan bakti sosial ini merupakan kegiatan rutin DNY Skincare. Tidak ada yang spesial. ''Kami harus menyisihkan sebagian rejeki kami untuk aksi kemanusiaan. Membantu sesama. Khususnya warga disabilitas. Mereka selama ini kurang perhatian. Kalau tidak kita, siapa lagi," kata Pak Munas.
Bunda Deny kemudian memberikan sambutan. Owner dan founder DNY Skincare itu mengatakan pihaknya sangat peduli terhadap kaum disabilitas. Karena anak tunggal kami juga disabilitas.
“Anak saya Akbar mengidap autis. Perlu kesabaran tingkat tinggi untuk merawat dan membesarkannya. Alhamdulilah kami orang tua mampu menjalaninya,” ujar Bunda Deny.
Warga disabilitas terlihat ceria ketika menerima bantuan paket sembako dan uang santunan dari DNY Skincare. (FOTO: Moch. Makruf)
Bunda Deny menceritakan bagaimana merawat anak tunggalnya, Akbar. "Kami kedua orang tua sangat mencintai anak kami. Karena anak adalah amanah Allah Swt. Kami harus menjaganya dengan kasih sayang. Bila sakit, kami harus mencarikan obat yang terbaik," ujarnya.
DNY suka melakukan bakti sosial karena memang sudah kewajiban untuk membantu sesama. Juga berharap miracle atau keajaiban. Siapa tahu nanti anaknya bisa berbicara. Berinteraksi normal. "Karena itu kami selalu berdoa, agar kami diberi kelancaran untuk selalu berbagi terhadap sesama," katanya.
Kali ini DNY Skincare memberikan bantuan 200 paket sembako dan uang santunan untuk warga disabilitas. Dalam acara ini, DNY juga mengajak tiga dokter umum perusahaannya untuk membantu warga disabilitas bila ada keluhan sakit.
Para dokter itu pun mendatangi warga satu per satu yang duduk lesehan di pendopo museum.
"Ibu keluhannya apa?" tanya dr Rahanto Setyoputra.
"Kepala saya kok selalu pusing dan tangan kesemutan," keluh Suparmi, seorang warga.
Dokter kemudian mengecek dengan tensi meter. Hasilnya, tekanan darahnya 200, padahal normalnya 120.
Bagian dalam Museum dr Soetomo di Desa Ngepeh. (FOTO: Moch. Makruf)
"Ibu ada gejala tekanan darah tinggi ya. Kurangi makan berlemak. Jangan minum kopi. Tidur jangan malam-malam," kata dokter.
Ternyata warga tunadaksa khususnya wanita di desa ini mata pencahariannya menjahit.
Dokter Rahanto kemudian menuliskan resep obatnya. Seorang relawan yang mendampingi Suparmi lantas memberikan resep itu kepada relawan apoteker bagian obat-obatan.
Resep dibaca dan obat yang tertulis di resep segera diberikan. Obat selanjutnya diberikan kepada pasien.
Jadi, DNY tidak hanya menyediakan dokter, obat-obatan yang diperlukan untuk bakti sosial pun disediakan. Istilahnya ada apotek mobile.
Bersamaan itu, paket-paket sembako mulai distribusikan. Warga disabilitas duduk saja lesehan, relawan yang menghampirinya dan memberikan bantuan paket sembako dan uang santunan satu per satu. Tampak wajah mereka ceria setelah menerima bantuan.
Untuk keperluan dokumentasi, setiap warga yang menerima sembako dan uang santunan harus difoto. Ini semua agar tertib adminitrasi bantuan dan tidak disalahgunakan.
DNY Skincare bisa jadi akan melakukan audit atau laporan bagi para relawan yang diamanahi untuk distribusi paket bantuan, baik itu sembako maupun uang santunan.
Ada satu momen yang mengharukan. Bunda Deny menghampiri seorang ibu yang anak lelakinya berusia 6 tahun mengidap CP. Si anak digendong terus di pangkuan ibunya. Bunda Deny lantas merangkul si anak sambil menasihati si ibu.
Dokter memeriksa tensi darah seorang warga disabilitas.
''Butuh kesabaran tinggi seorang ibu untuk merawat anaknya yang CP. Ibu harus jaga kesehatan. Jaga kondisi. Usahakan makan makanan yang sehat. Ibu harapan satu-satunya anak untuk merawatnya," kata Bunda Deny.
Bunda Deny kemudian memanggil Kusen, relawan DNY bagian CSR. "Mas Kusen siapa yang membawahi wilayah Desa Ngepeh ini? Tolong diperhatikan kebutuhan perawatan ibu dan anaknya ini, ya. Dan, cari dan data anak-anak kebutuhan khusus kategori berat di desa ini," perintah Bunda Deny.
''Siap, bu," jawab Kusen.
Apa yang dimaksud diperhatikan? ''DNY akan memberikan bantuan sebulan sekali keperluan si anak. Misalkan pampers, sembako, dan susu. Kami berikan dalam bentuk barang, tidak uang. Takutnya bila uang bisa disalahgunakan," kata Kusen.
Lebih lanjut Kusen mengatakan, DNY bukan kali ini saja membantu secara periodik bulanan. "Tercatat ada sekitar 246 anak disabilitas yang dibantu secara bulanan. Untuk Sidoarjo sekitat 52 anak. Kami suplai kebutuhan pampers, susu dan sembako," kata Kusen.
Sekitar pukul 13.00, acara bakti sosial pembagian paket sembako rampung. Namun, pemeriksaan kesehatan belum usai. Tiga dokter terus berkeliling menanyai keluhan sakit warga.
SELINTAS MUSEUM DR SOETOMO
Sebelum acara usai, sempat menengok museum dr Soetomo. Museum itu seperti bangunan rumah tepat di belakang pendopo.
Sebuah lukisan berukuran cukup besar terpampang persis di depan pintu masuk. Tak jauh dari lukisan itu terdapat ranjang pasien terbuat dari besi yang terbungkus kain putih. Lalu berdiri tiang penyangga dan selang infus persis di samping ranjang tersebut. Tampak pula beberapa wadah atau alat medis berbentuk silinder.
Lukisan yang terpampang itu ialah dokter Soetomo, pahlawan nasional kelahiran Desa Ngepeh ini. Adapun barang-barang yang berada di sekitar lukisan merupakan peralatan medis yang dipakai Soetomo sewaktu membuka praktik semasa hidupnya di zaman kolonial Hindia Belanda. Tak ayal, peralatan medis itu terlihat kusam dan kuno.
“Jadi ini adalah alat-alat pada saat beliau (dokter Soetomo) praktik,” jelas Juru Pelihara Museum dan Monumen dr Soetomo, Kukuh Riyanto.
Museum dan Monumen dr Soetomo ini, kata Kukuh, bersifat khusus. Museum hanya menyimpan barang-barang peninggalan dokter Soetomo. Karena berbentuk museum khusus, koleksinya pun terbatas.
Di pojok timur, sepertinya ada belasan buku berbahasa Belanda, Prancis, dan bahasa asing lainnya. Lalu terpajang foto dokter Soetomo bersama istri. Menariknya istri dr Soetomo berkebangsaan Belanda. Ada juga foto saat dokter Soetomo memeriksa pasien.
Kemudian ada beberapa jarum suntik jumbo yang tersimpan rapi di lemari, dan beberapa buku yang berisi biografi dokter Soetomo.
Menurut Kukuh, museum ini dibangun pada 1986. Tepatnya diresmikan pada 6 Mei 1986 oleh Menteri Penerangan saat itu, Harmoko. "Monumen itu dibangun di bekas kediaman kakek dokter Soetomo bernama Raden Ng Singawijaya. Menteri Penerangan pun mengusulkan tempat ini untuk dibebaskan tanahnya dan dijadikan museum dan monumen. ,” ungkap Kukuh.
Semula hanya dibangun monumen sebagai pengingat dokter Soetomo. Namun seiring berjalannya waktu, terbentuklah museum yang lokasinya berada persis di utara monumen dokter Soetomo.
“Ada masukan-masukan, dan kebetulan peralatan-peralatan dokter Soetomo itu yang asli. Salah satu tempat praktiknya di Jawa Tengah. Semua peralatannya masih lengkap yang akhirnya dibawa ke sini, dan dijadikan sebuah museum khusus ini,” tuturnya.
Sebagai informasi, Soetomo lahir di rumah kakeknya bernama Raden Ng Singawijaya di Desa Ngepeh Nganjuk pada tanggal 30 Juli 1888. Ia merupakan anak dari Raden Soewadji dan Raden Ajoe Soedarmi.
Raden Soewadji pada masanya menjabat sebagai Wedana Maospati-Madiun. Wedana adalah pemimpin Kawedanan, yakni di bawah kabupaten dan di atas kecamatan di masa Hindia Belanda.
Soetomo kecil tidak banyak menghabiskan waktunya bersama kedua orangtuanya. Sejak kecil hingga berumur tujuh tahun, ia diasuh oleh Raden Ng Singawijaya di tanah kelahirannya di Desa Ngepeh. "Jadi dokter Soetomo tinggal di desa ini hanya sampai berusia tujuh tahun," kata Kukuh.
Kukuh berharap semoga apa yang dilakukan DNY Skincare bisa menjadikan kebangkitan nasional untuk para pengusaha lainnya: harus berbagi tanpa henti kepada warga disabilitas. Aamiin.
Sekitar pukul 14.00, acara bakti sosial DNY Skincare berakhir. (*)