COWASJP.COM – Sekarang ini banyak lembaga sosial keagamaan yang berbagi untuk kaum Dhuafa. Yang besar seperti Baznaz dan Dompet Dhuafa yang di-inisiasi wartawan senior Parni Hadi. Kini di Madiun muncul Berbagi Modal. Apa dan bagaimana Berbagi Modal itu? Berikut tulisan Santoso, wartawan senior di Madiun.
***
Saat ini kaum Dhuafa benar-benar menjadi ‘’primadona’’. Khususnya sebagai target aktivitas sosial keagamaan. Baik yang tingkat nasional seperti Baznas maupun Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa yang sekarang sudah melebarkan sayap diinisiasi oleh Wartawan Senior yang juga pendiri Harian Republika: Parni Hadi.
Namun banyak juga kelas lokalan, yang programnya tak bisa dianggap remeh. Bahkan dinilai sangat membantu. Seperti di Kota Madiun ada Yayasan Berbagi Sedekah yang dipandegani oleh Mas Endro, alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) Madiun, dan beberapa alumni lainnya.
Penerima manfaat berbagi modal. (FOTO: Santoso)
Yayasan Berbagi Sedekah yang sekretariatya di Jalan Pari Anom D4-16 Madiun ini, meski baru beberapa tahun berjalan sudah melakukan aktivitas nyata dalam 9 program berbagi, yakni:
1/ Berbagi Dhuafa
2/ Berbagi Ilmu
3/ Berbagi Bencana (tentu ini maksudnya berbagi untuk korban bencana)
4/ Berbagi Yatim Piatu
5/Berbagi Modal
6/ Berbagi Rumah
7/ Berbagi Bea Siswa
8/ Berbagi Benda
9/ Berbagi Sosial
Dari sekian banyak program itu, yang kini lagi naik daun adalah berbagi modal. Program ini sangat ditunggu pedagang kecil.
‘’Ini untuk pembiasaan bersedekah,’’ kata Mas Endro, ketua yayasan.
Bersedekah? Benar. Begini pelaksanaan program itu. Kaum dhuafa yang dianggap layak menerima, mendapat dana berbagi modal Rp 500 ribu. Selain itu diberikan kotak yang diharapkan setiap hari diisi. ‘’Itu adalah sedekah mereka sendiri. Jadi bukan sebagai pengembalian modal,’’ katanya.
Sebulan sekali kotak itu diambil petugas. Dalam bulan ke berapa pun kalau sedekah yang dimasukkan kotak itu sudah melebihi Rp 500 ribu, maka penerima akan mendapat modal lagi Rp 500 ribu.
‘’Jadi sebenarnya itu uang mereka sendiri,’’ katanya.
Hitungannya begini. Misalnya penerima manfaat bersedekah tiap hari Rp 5.000, maka sebulan berjumlah 150 ribu. Dengan demikian bulan keempat sudah terkumpul Rp 600.000. Yang Rp 500 ribu diberikan lagi. Sisanya Rp 100 ribu untuk sedekah yang akan dikumpulkan pihak yayasan. Dana yang terkumpul kemudian diberikan ke pedagang lainnya yang membutuhkan.
‘’Jadi kami tidak mengambil apa pun dari sisa uang itu,’’ tandas Endro.
Lantas bagaimana dengan mereka yang membantu operasional yayasan? Ternyata sudah dibuatkan program Berbagi Benda. Misalnya ada pihak yang bersedekah berupa benda, seperti botol air kemasan (istilah kerennya rosok). Benda-benda itu dijual, dan hasilnya untuk insentif dan bensin petugas.
MANCING REZEKI
Dalam berbagi modal ini, penerima memang dibiasakan setiap hari bersedekah yang dilandasi doa, agar usaha bisa maju dan berkembang. Istilahnya ‘’Mancing rezeki.’’ Dengan bersedekah itulah sesuai keyakinannya, Allah akan memberikan rezekinya.
Prinsip itu kurang lebih sama dengan prinsip Motivator Nasional Dr. Aqua Dwipayana M.Kom, yang sudah mengumrohkan gratis ratusan orang serta memberikan bantuan kepada pihak yang membutuhkan.
Dan begitulah yayasan ini, membiasakan yang mendapat manfaat untuk bersedekah setiap hari. ‘’Seberapa pun besarnya tidak masalah, yang penting niatnya,’’ kata Endro.
Diakui sejak berdiri tahun 2019 lalu, sampai saat ini baru mampu meng-cover 66 orang. Namun ini sudah merupakan wujud peningkatan. Padahal awalnya hanya bermodal Rp 7 juta yang dibagi untuk 24 orang.
’’Kami berharap setiap tahun akan terjadi peningkatan,’’ harapnya. (*)