COWASJP.COM – Bocah ini baru duduk di kelas 8 SMP. Namun ia sangat piawai dalam ‘’nyungging’’ atau menatah wayang. Bukan dari kulit. Tapi dari kardus bekas. Dan hasilnya tak kalah dengan wayang kulit asli. Berikut tulisan Santoso wartawan senior di Madiun:
***
Ia begitu tekun. Tak tok tak tok, palu kecilnya memukul tatah kecil yang terbuat dari paku yang digepengkan. Dialah Versa, murid kelas 8 SMPN 2 Wungu, Kabupaten Madiun, yang sedang asyik membuat wayang dari kardus.
Nama aslinya cukup panjang, Giversa Rashel Defansyah. Bocah ganteng ini sejak kecil punya talenta membuat wayang kardus. Berbagai tokoh wayang telah ia buat, baik tokoh ksatria maupun raksasa.
Meski dibuat dari kardus bekas, namun karyanya sungguh tak kalah dengan perajin wayang kulit berpengalaman. Karyanya tak boleh dipandang sebelah mata. Padahal usianya masih belia. Lahir 18 Juni 2007. Jadi baru menginjak 14 tahun, baru duduk di bangku kelas 8 SMPN 2, Wungu, Kabupaten Madiun.
Ia masih punya waktu cukup panjang untuk lebih mengasah talentanya dan menjadi seorang maestro.
Kali pertama ‘’nyungging’’ wayang saat ia baru lulus SD dan masuk SMPN 2 Wungu. Tokoh wayang yang dibuat kali pertama adalah Kala Bendono, yang dalam cerita pewayangan adalah paman Gatutkaca.
Wayang-wayang kardus yang apik karya Versa yang masih berusia 14 tahun. (FOTO: Santoso)
Berhasil membuat Kala Bendono, Versa pun semakin bersemangat. Sampai saat ini sudah belasan tokoh wayang yang dibuatnya. Baik ukuran kecil maupun standar.
Minatnya membuat atau menyungging wayang, berawal dari kesukaannya nonton pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho (almarhum).
‘’Dari nonton di You Tube itulah saya punya keinginan membuat wayangnya,’’ katanya.
Ia pun mencari gambar wayang di Google, untuk dicontoh. Dan ternyata dia bisa. ‘’Berawal dari itulah sampai sekarang saya menekuni bikin wayang,’’ katanya.
Awalnya ia membuat dari kardus bekas. Ia gambar polanya, kemudian baru ditatah dengan menggunakan tatah buatan sendiri dari paku yang digepengkan. Agar wayang karyanya lebih awet, bahannya pun diganti dengan lembaran talang air yang terbuat dari kart sintetis.
Versa, nama lengkapnya Giversa Rashel Defansyah. (FOTO: Santoso)
Beberapa karyanya memang diminati beberapa orang. Termasuk Musa Hendri, bos Eat House yang suka nguri-uri budaya Jawa yang adiluhung. Termasuk wayang. Untuk harga, dia memang belum mematok hasil karya itu. Meski untuk membuat 1 wayang memang cukup rumit, menghabiskan waktu seminggu. ‘’Gak papa, saya kan masih belajar," katanya.
Terinspirasi dari dalang kondang Ki Seno Nugoho, memicu Versa ingin jadi dalang. ‘’Lulus SMP saya inginnya melanjutkan ke SMKI,’’ ungkapnya. Dan selanjutnya kuliah di jurusan Pedalangan, seperti sinden Elisha Orcarus Alfoso.
Karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang memungkinkan, ia berharap bisa mendapatkan bea siswa. Agar bisa mencapai cita-citanya.
Janoko alias Arjuno. Tinggal masang tangannya. (FOTO: Santoso)
Tahap berikutnya ia juga ingin mengikuti jejak Herlin Susilowati, penyandang disabilitas di Madiun yang sukses menjadi perajin wayang kulit. Ia juga berencana membuat cinderamata berupa wayang mini, yang bisa digunakan sebagai gantungan kunci dan hiasan di mobil.
Hanya saja ia sulit untuk mewujudkannya, lantaran orang tuanya kurang mampu. Karena bahan kulitnya tentu cukup mahal. Belum lagi untuk menatah kulit jelas tidak mungkin menggunakan paku gepeng. Harga satu set tatah yang berisi 20 biji berbagai ukuran dan jenis paling murah Rp 250 ribu. Bahkan ada yang sejuta lebih, bergantung kualitasnya.
‘’Nanti kalau saya sudah punya alat itu akan bikin cinderamata, dan dititipkan ke toko-toko suvenir,’’ katanya.(*)