Hotel WedhusLemu

Peternakan kambing gibas. (FOTO: infoagribisnis.com)

COWASJP.COM – Idul Qurban masih lama. Tapi persiapan harus segera dimulai. Saya pun merespon Hotel WedhusLemu gagasan Lazismu Grobogan.

Hotel WedhusLemu sebenarnya istilah saya sendiri. Nama itu saya temukan dalam perjalanan kereta api dari Stasiun Ngrombo menuju Stasiun Pasar Senen, tadi pagi, Senin 13/12/2021. Ketika melintasi daerah Tegal – Brebes, saya melihat beberapa remaja menggembala banyak domba gemuk. 

Domba yang berbulu gimbal warna putih itu di desa ibu saya disebut wedhus. Kambing kacang yang berwarna coklat atau hitam dan belang-belang juga disebut wedhus. Gemuk bahasa Jawanya lemu. Jadi wedhus lemu berarti kambing yang gemuk.

Hotel WedhusLemu adalah sebuah usaha rintisan dalam bidang peternakan kambing atau domba untuk melayani kebutuhan qurban. Sebagai rintisan, usaha ini awalnya hanya sebuah gagasan.

Jati Pohon adalah sebuah kawasan dataran tinggi yang masuk wilayah Grobogan. Lokasi geografisnya di antara kota Purwodadi dan Pati. Pada zaman penjajahan Belanda, Grobogan yang berhawa sejuk menjadi pusat pemerintahan lokal. Itulah sebabnya, Grobogan menjadi nama kabupaten. Meski pusat pemerintahan lokal pindah ke Purwodadi.

Dari kawasan hutan jati di ketinggian itulah, tampak kota Purwodadi di sebelah selatan dan kota Pati di sebelah utara. Di situlah spot indah yang sekarang menjadi buruan para instagramers.

Selain memiliki pemandangan indah, Jati Pohon juga memiliki potensi lain: Lahan hijauan di seluruh hutan jati yang puluhan ribu hektare itu. Ada lagi: Jati Pohon juga menjadi pusat produksi kecambah dari biji kacang hijau. Bertruk-truk kecambah dari Jati Pohon dipasarkan hingga ke Jakarta, Bandung dan Surabaya, setiap harinya.

Kecambah itu meninggalkan limbah yang sangat baik: Kulit kacang hijau. Dengan produksi yang begitu besar, kulit kacang hijau itu menjadi pakan ternak yang murah tetapi berkualitas.

Di desa itulah Supriandik, penanggung jawab program ekonomi Lazismu Grobogan, hendak memulai program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk peternakan kambing untuk stok qurban. 

Saya sangat setuju dengan pilihan lokasinya. Tetapi saya tidak sepakat dengan konsep bisnisnya.

Dalam paparannya, Supri menjelaskan konsep bisnis peternakan itu adalah: pembibitan, penggemukan dan jual-beli kambing.

kaming.jpgFOTO: paspelopor-news.com

Terus terang, konsep itu bagi saya terlalu rumit. Dalam bisnis berlaku hukum ini: Makin njelimet makin sulit. Makin sulit makin berisiko gagal.

Selain njelimet, bidang usahanya terlalu lebar. Padahal pemainnya masih pemula. 

Maka saya usulkan agar konsep bisnisnya disederhanakan menjadi hotel kambing. Peternakan itu hanya menyediakan hotel berupa kandang yang dilengkapi unit food and baverage (F&B) dengan koki dan room boy yang terdiri atas pekerja kandang terlatih dan terdidik.

Nah, hotel kambing itu menerima tamu-tamu, yakni bibit kambing qurban milik siapa saja yang akan menginap di sana selama tiga hingga lima bulan. Selama menginap pengelola hotel bertanggung jawab memberi makan dan menjaga kesehatan serta keamanan kambing-kambing agar tumbuh sehat dan gemuk untuk dipotong pada waktunya. 

Seperti halnya bisnis hotel, pengelola berhak menetapkan ongkos menginap, ongkos makan, ongkos perawatan, ongkos pengiriman dan keuntungan pengelola. Supri akhirnya setuju. 

Di atas kereta api itulah, tadi pagi saya mendapat kabar baik. ‘’Akhir Januari nanti, hotel kambing di Jati Pohon itu siap dengan kapasitas 50 kamar bintang lima,’’ kata Andi, boss Lazismu Grobogan.

‘’Dari mana 44 tamu hotel yang lain?’’ tanya saya.

‘’Kami sudah mulai mengomunikasikan konsep hotel kambing ini kepada para sohibul qurban Lazismu tahun lalu. Mereka menyambut positif,’’ kata Andi.

‘’Bagaimana mekanismenya untuk mengikuti program ini?’’ tanya saya lagi.

‘’Sohibul qurban mentransfer uang senilai harga bibit kambing dan paket perawatan tiga, empat atau lima bulan melalui Lazismu. Nanti Lazismu yang menyalurkan dan melakukan pendampingan di peternakan,’’ jelas Andi.

‘’Saya ambil paket bibit kambing dengan pemeliharaan mulai bulan Februari 2022,’’ kata saya.

Saya menjadi pelanggan pertama jasa hotel kambing itu dengan rencana menitipkan 6 ekor bibit kambing ditambah biaya pemeliharaannya. 

Lima ekor kambing itu pada hari raya Idul Adha diserahkan ke panti asuhan muslim seperti PA Muhammadiyah/Aisyiyah dan lain-lain di Grobogan. Satu ekor lagi dikirim ke masjid di desa ibu saya.

Minggu depan para pekerja hotel akan mulai menjalani pelatihan di sentra penggemukan kambing milik pengurus Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah Kabupaten Grobogan di wilayah Geyer.

‘’Bagaimana kalau nama programnya Hotel WedhusLemu?’’ tanya saya.

Andi tidak menjawab. Saya lihat layar handphone saya, sinyal selular sedang minus. Tak lama kemudian, handphone saya mati. Baterainya tekor.(*)

Penulis: Joko Intarto, wartawan senior di Jakarta.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda