COWASJP.COM – Gallery Soekarno-Hatta bekerja sama dengan Kunstkring Art Gallery menggelar pameran lukisan karya Fitrajaya Nusananta bertajuk “Memoir Of The Old Master”. Pameran akan berlangsung tanggal 19 Desember 2021– 26 Januari 2022 di Kunstkring Art Gallery, Menteng, Jakarta Pusat.a
“Bang Fitra akan menampilkan sekitar 40 lukisan bergenre pop art dan contemporary art,” ujar Andreas Gunawan, pemilik Gallery Soekarno Hatta, Blitar kepada pers. Melalui pameran ini, ia ingin menunjukkan salah satu “mutiara” perupa yang dimiliki Indonesia kepada khalayak. “Tanggal 19 adalah soft opening, sedangkan grand openingnya tanggal 8 Januari 2022,” tambah Andreas.
Menurut Andreas Gunawan, Fitra adalah sosok perupa yang komplet. Selain mengasah skill melalui jalur pendidikan formal, ia juga mendalami dunia riset. “Itulah antara lain yang membuncahkan aura spiritualitas pada setiap karyanya. Sebuah aura yang lahir dari pergulatan rasa saat berkarya,” tambah Koko, begitu ia akrab disapa.
BACA JUGA:: Prajurit Entrepreneur ala Ketum PPAD Doni Monardo
Sementara itu, Fitra menganggap karya lukis bisa didefinisikan sebagai ‘suara’ lantang karena dianggap–disangka oleh lingkungan sebagai pikiran. “Karya saya lahir dari pergulatan pikiran dan rasa,” ujar pelukis kelahiran Sungai Penuh, Jambi itu.
Darah seni mengalir kental di tubuh Fitra. Sang ayah, Sabri Jamal, adalah pelukis lulusan ASRI/ISI Yogyakarta tahun 1965. Sejak remaja, Fitra sudah menunjukkan keseriusannya di dunia seni rupa. Lulus Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Padang 1986, ia melanjutkan ke jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) IKIP Padang (Sekarang Universitas Negeri Padang), lulus tahun 1993.
Sentuhan unsur visual dan non visualnya makin terasah dalam proses berkarya di Negeri Kincir Angin. Tak kurang dari 18 tahun ia mukim di sana. Bahkan, ada sepenggal waktu yang ia gunakan untuk menimba ilmu di Royal Academy of Art, The Hague - Den Haag, Belanda tahun 2003. Ia pun menyandang gelar Master Artistic Research.
Pelukis Fitrajaya Nusananta
Dalam berekspresi, Fitra punya jargon, “Seni harus menjadi sesuatu yang membebaskan jiwa, memprovokasi imajinasi, membangkitkan motovasi dan mendorong orang-orang untuk melangkah lebih jauh.” Melihat dan mencermati karya-karya Fitra, mampu membangkitkan gerak rasa, rasa cinta, penuh harap, getaran jiwa, dan membuat hidup lebih hidup.
Bukan hanya itu, meski beraliran kontemporer dan pop, karya-karya Fitra ternyata mampu menggugah spiritualitas penikmatnya, menuju kedekatan asal-jati dan fitrah-jati. Tarian warna yang terkadang tidak terstruktur, namun mengalir tenang menuju titik terang dalam perjalanan panjang kehidupan manusia.
Tagline pameran “Memoir Of The Old Master” adalah sebuah penghargaan atas tokoh-tokoh seni rupa dunia yang menjadi inspirasinya berkarya. Sebagai perupa, Fitra juga seorang periset. Hasil riset panjang itulah yang menundukkan kepalanya makin dalam, penuh takzim terhadap para seniman lukis dunia.
“Inspirasi pertama datang dari ayah saya. Lalu dalam perjalanan muncul para inspirator lain, seperti Pablo Picasso, Gustav Klimt, Egon Schiele, Paul Gauguin, Mark Chagal, Sandri Botticelli, Leonardo da Vinci, Michelangelo, Rembrandt, dan beberapa nama lain,” ujar Fitra, seraya berharap, “semoga pameran ini mampu menambah khasanah seni rupa Tanah Air.” (*)