COWASJP.COM – Sambal pecel Madiun memang tak ada duanya. Banyak penikmat kuliner yang mengakui. Bahkan bisa dibilang belum ke Madiun kalau belum menikmati kuliner khas itu. Tapi kini, mulai muncul sambal pecel kekinian. Bukan hanya pakai kacang tanah. Tapi dicampur dengan kacang mete. Berikut laporan Santoso, wartawan senior di Madiun:
***
Banyak produksi sambal pecel di Madiun dengan berbagai merek dan kemasan. Semuanya berbahan baku kacang tanah atau kacang ose. Tapi sambel pecel produksi bu Erlin Febranita ini seje dewe, alias berbeda sendiri. Ia menyampur kacang tanah dengan kacang mete.
Rasanya??
Wowww,...juara.
Betapa tidak. Kacang metenya saja rasanya beda. Tentu juga harganya berbeda jauh. Namun harga tentu saja membawa rasa. Dengan rasa yang tak tertandingi, membuat sambal pecel ini diburu konsumen.
Karena itulah sambal pecel ini dititel dengan nama Tanding Roso.
Ide untuk membuat sambal pecel berawal saat menikmati gado-gado Jakarta. ‘’Bumbu gado-gado Jakarta banyak yang pakai campuran mete. Rasanya gurih,’’ katanya.
Dari situ muncul ide, bagaimana kalau sambal pecel juga dicampur mete. Dengan komposisi perbandingan yang tepat tentunya. Agar rasa kacang khas sambal pecel Madiun tetap dominan, namun rasa di lidah semakin nendang. Menambah cita rasa sambal itu sendiri. Begitu dicoba, tenyata banyak yang suka.
Kemudian terciptalah sambel pecel kacang mete. Insting bu Erlin sebagai pengusaha mulai bicara. Ia pun mulai memroduksinya untuk dilempar ke pasaran. Ternyata diterima sangat baik oleh konsumen.
Apalagi dijamin non kolesterol. Yang memicu penyakit paling dihindari manusia. Sambel pecel itu dibuat tanpa menggunakan minyak goreng. Kacang tanah dan kacang mete disangrai dengan wajan tembikar.
Begitu pun dengan cabai, juga disangrai hingga kering. Lalu digiling sampai halus. Hasilnya sambelnya tidak menggumpal dan tidak berminyak alias mupyur. ‘’Dan tahan selama 4 bulan meski tanpa bahan pengawet,’’ akunya.
Erin Februanita. (FOTO: Santoso)
Kini sambel mete itu sudah melanglang sampai jauh. Paling tidak ada 500 outlet yang sudah memajang sambal varian baru itu.
Untuk itulah ada 10 karyawan yang membantu memroduksinya.
DARI DEPOT TERMINAL
Erlin Februanita seorang ibu rumah tangga dan juga wanita pengusaha asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun yang energik dan kreatif serta inovatif. Berawal dari membuka depot Riski di terminal Kota Madiun tahun 2000 an lalu.
Depot Riski termasuk paling ramai di terminal itu. Karena sajiannya sangat lengkap.
Namun pada tahun 2015 bu Erlin merasa tidak bisa terus berusaha di luar rumah. Setiap hari pergi pagi pulang sore. Hingga sebagian tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga terabaikan. ‘’Kasihan anak-anak kalau tiap hari saya tinggal kerja di luaran,’’ katanya.
Ia pun cari ide usaha apa yang bisa lakukan di rumah agar tetap mendapatkan rupiah dan bisa merawat anak- anak. Lalu mulailah membuat usaha tempe kripik . Namun ketika harga kedelai melambung tinggi dan diikuti harga minyak yang juga mahal, ia stop.
Karena konsumen tidak mau kalau harga tempe dinaikkan. Erlin kembali harus berpikir bagaimana caranya agar usahanya bisa terus berjalan. Maka jadilah sambal pecel mete itu.
Bahkan kini ditambah lagi produksi abon ayam.
Semua itu dilakukan lantaran memikirkan karyawannya di masa pandemi. Di mana produksinya juga kena imbas.(*)