COWASJP.COM – JAKARTA. Ketua Umum PB NU terpilih, Gus Yahya (KH Yahya Cholil Staquf) mengatakan, kemandirian harus dimaknai dari berbagai dimensi.
Pertama, dalam dimensi wawasan keagamaan. Kemandirian NU pada dimensi pertama ini harus diwujudkan. Caranya, NU tidak perlu mengekor pada agenda-agenda Islam dari belahan dunia Muslim lain.
Untuk itu, PBNU menginginkan agar warga NU atau Nahdliyin memiliki kepercayaan diri (pede) untuk membangun kemandirian dan perdamaian dunia.
Saat ini, lanjut Gus Yahya, dunia sedang berkecamuk. Masing-masing negara tengah melakukan persaingan untuk membangun berbagai pengaruh. Termasuk pengaruh politik dan menjadikan wacana keagamaan sebagai salah satu kendaraannya.
“PBNU tidak harus ikut Saudi, Emirat, Mesir, Yaman. Kita harus mandiri dalam wawasan keagamaan kita. Sudah terbukti, belahan dunia lain itu gagal dalam menjawab persoalan-persoalan mereka sendiri. Kita yang harus membantu mereka untuk menjawab masalah-masalah mereka. Ini kepercayaan diri yang harus kita tumbuhkan,” ujar Gus Yahya dalam tayangan galawicara di TV9, kemarin.
Kemandirian pada dimensi kedua menurut mantan Jubir Presiden RI ke 4 Gus Dur ini adalah secara ekonomi. Menurut Gus Yahya, selama ini NU tidak berani mencanangkan visi pengembangan ekonomi yang bisa memberdayakan warga. Bahkan memberdayakan kapasitas organisasi.
“Kita ini sangat dibutuhkan oleh semua pihak. Kita harus berani bekerja sama dengan semua pihak. Kita harus berani untuk mengajak semua pihak ikut bekerja untuk membangun kapasitas sosial-ekonomi dari warga NU supaya lebih kuat,” ungkap keponakan Gus Mus -- nama akrab KH Mustofa Bisri ini.
Selanjutnya, pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini menjelaskan soal perdamaian dunia. Ia menegaskan bahwa NU memiliki mandat peradaban, sehingga perlu berupaya keras untuk mencegah berbagai konflik yang terjadi di level global.
“Kita sedang menghadapi perubahan yang sangat fundamental. Di antaranya adalah konflik global. Kita semua harus berupaya keras untuk mencegahnya,” tegas Gus Yahya.
Di antara kekuatan paling besar yang dimiliki NU adalah tradisi pemikiran keagamaannya. Sebab, melalui tradisi itu NU selalu mampu luwes untuk menanggapi berbagai macam perubahan dalam realitas yang saat ini tengah terjadi.
“Dan (tradisi pemikiran keagamaan NU) mampu memberikan jawaban yang tepat sasaran terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, baik lokal maupun internasional,” pungkasnya. (*)