COWASJP.COM – BAGAIMANA mungkin Nabi Ibrahim tak mengalami cacat atau cedera sedikit pun. Padahal beliau diikat dengan tali temali yang sangat kuat. Dalam sebuah wadah yang dapat dipelantingkan ke dalam kobaran api yang menyala-nyala. Atas perintah Raja Namrud. Sang penguasa Babilonia yang sangat kejam dan bengis.
Tubuhnya seperti tidak tersentuh oleh kobaran api yang begitu besar. Dalam tempo yang cukup lama. Sampai kobaran api yang begitu besar itu padam sendiri. Setelah kayu bakar yang begitu banyak dalam sebuah lubang yang menganga lebar itu musnah jadi abu. Termasuk tali temali yang digunakan untuk mengikat Ibrahim. Sehingga Nabiyullah itu mampu keluar dalam keadaan segar bugar. Utuh tidak kurang suatu apa pun.
Sebagai seorang muslim, tentu kita meyakini. Hal itu terjadi tiada lain kecuali atas izin Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Anbiya’ 69: “Qulna ya naaru kuuniy bardan wa salaman ‘ala Ibrahim.” Kami (Allah) berfirman: Wahai api, jadilah kamu dingin dan (berikan) keselamatan bagi Ibrahim.
Kata-kata “kuuniy bardan” berarti “jadilah dingin!”
Para mufassir mengartikannya sebagai perintah agar api itu menjadi dingin. Tapi bukan dingin seperti dinginnya air es yang membeku. Dingin untuk sekadar melawan panasnya api. Karena kalau terlalu dingin, bisa membuat sejumlah organ tubuh membeku. Mengakibatkan darah berhenti mengalir.
Tapi “kuuniy bardan wa salaman”. Artinya, jadilah dingin (bardan) dan berikan keselamatan dan kesejahteraan (salaman).
Itulah mukjizat Nabiyullah Ibrahim. Yang atas izin Allah dapat menjadikan api dingin. Tidak menyebabkan tubuhnya terbakar walaupun secuil. Yang terbakar musnah jadi abu hanyalah kayu bakar dan tali temali yang mengikatnya. Sehingga Raja Namrud dan orang-orang di sekitarnya terheran-heran.
Akibatnya, ada yang membuat sejumlah penafsiran. Bahwa sang raja tidak punya kuasa apa-apa lagi. Bahwa pengakuan dirinya seolah melebihi tuhan tidak bisa dipercaya lagi. Bahwa kebenaran yang dibawa Ibrahim adalah kebenaran yang nyata, yang tidak ada keraguan padanya.
Kejadian itu membuat banyak orang mempercayai ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim. Yang juga digelari sebagai “ulul azmi” itu. Yaitu gelar yang diberikan karena tingginya tingkat kesabaran dan kegigihannya dalam menyebarkan ajaran tauhid.
Gelar yang hanya dimiliki 5 di antara 25 nabi dan rasul.(Yaitu Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad Saw.) Hal itu diperlihatkan Ibrahim dengan tetap kukuh melawan kezaliman Namrud. Meskipun menghadapi ancaman dibakar hidup-hidup.
Di samping itu, Nabi Ibrahim juga digelari Khalilullah. Artinya kekasih Allah. Sebagai seorang nabi yang sangat dekat kepada Allah. Awalnya dia sempat menganggap matahari dan bulan sebagai tuhan yang patut disembah. Tapi karena matahari menghilang bila sudah terjadi gelap malam, dia pun tidak mempercayainya sebagai tuhan. Begitu juga bulan yang juga mudah menghilang. Sampai akhirnya mendapatkan keyakinan sekaligus petunjuk dari Allah Swt. Sehingga sebagai kekasih Allah dia menyerahkan jiwa dan raganya bulat-bulat kepada Sang Maha Pencipta.
Menurut sejumlah riwayat, paling tidak ada tiga hal yang menggambarkan penyerahan diri dan ketaqwaan Ibrahim kepada Allah.
Pertama, ketika diperintahkan menyembelih anaknya Ismail, dia langsung melaksanakan perintah itu. Walaupun Ismail adalah anak yang baru beranjak remaja. Anak yang sangat disayanginya. Anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya dalam tempo yang lama.
Kedua, ketika diperintahkan Allah untuk berkhitan. Tanpa menunda-nunda pelaksanaan khitan itu, dia langsung saja mengambil kapak untuk memotong kulub kemaluannya.
Semestinya dia mencari pisau atau benda yang tajam lainnya untuk bersunat. Tapi karena ingin melaksanakan perintah Allah secepatnya, tidak ingin menunda-nunda, dia melakukannya menggunakan kapak.
Ketiga, ketika akan dilemparkan ke dalam kobaran api yang menyala-nyala, dia sempat didatangi malaikat Jibril. Tentu saja Jibril ingin memberikan pertolongan kepadanya. Karena dia berada dalam situasi terancam mati.
Lalu malaikat itu berkata kepadanya: “Alaka hajatan?” Apakah engkau punya satu keinginan?
Ibrahim menjawab: “Amma ilaika fala.” Kalau kepada engkau tidak ada.
“Fas-al rabbaka.” (Kalau begitu), mohonlah kepada Tuhanmu.
“Hasbie min suali ‘ilmuhu bihaaliy.” Bagiku cukuplah pengetahuan Allah tentang keadaanku ini, dari pada memohonkan apa-apa kepada-Nya.
Mengapa terjadi dialog seperti itu? Karena Ibrahim yakin bahwa Allah Maha Tahu keadaan dirinya saat itu. Sehingga dia hanya ingin berserah diri kepada-Nya.
Di samping itu, dia memiliki prinsip yang kuat tiada tara. Bahwa cintanya kepada Allah tidak boleh berbagi. Ucapan “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’ien” – kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami meminta pertolongan – benar-benar dijadikannya pegangan yang sangat kuat.
Waktu itu, Ibrahim masih sendirian. Belum ada pengikut. Belum ada orang yang beriman kepada Allah. Ada yang menyebut usianya baru 16 tahun. Ada juga yang mengatakan 25 tahun. Usia yang masih belia. Tapi saking kuatnya sikap penyerahan dirinya kepada Allah, tawaran pertolongan dari Jibril itu pun dia tolak. Baginya, kalau harus mati, biarlah dia mati karena Allah.
Sebagai kekasih Allah, pertolongan itu pun datang. Api yang berkobar begitu rupa ternyata menjadi dingin atas izin Allah. Bahkan Allah pun memberinya ketenangan, kenyamanan dan kenikmatan di dalam kobaran api itu.
Soal itu, Nabi Ibrahim mengungkapkan, “Bahkan aku tidak pernah merasakan kenyamanan yang begitu luar biasa melebihi kenyamanan yang aku rasakan ketika berada di dalam kobaran api itu.”
Berubah jadi dinginnya api, sehingga tidak mampu membakar tubuh Ibrahim menjadi perhatian banyak ilmuwan dari dulu sampai sekarang.
Sebuah ringkasan tulisan dari American Chemical Society, yang dimuat di Science Daily (22/04/2020) tertulis sebagai berikut: “Using electronic devices for too long can cause them to overheat, which might slow them down, damage their components or even make them explode or catch fire. Now, researchers have developed a hydrogel that can both cool down electronics, such as cell phone batteries, and convert their waste heat into electricity.”
Artinya: Penggunaan peralatan elektronik dalam tempo lama dapat membuat temperaturnya terlalu tinggi, mengakibatkan operasinya lamban, merusak komponennya, atau bahkan bisa menyebabkan peralatan itu meledak. Sekarang, para peneliti telah mengembangkan apa yang disebut hydrogel yang dapat mendinginkan peralatan elektronik. Seperti mendinginkan baterai handphone dan mentransformasi sisa panasnya menjadi daya listrik.
Dan dari kajian-kajian sederhana itu, ilmu pengetahuan terus dikembangkan. Para ilmuwan sepakat bahwa ada tiga bentuk teknologi di masa depan yang saling terkait dan saling dukung. Yaitu teknologi informasi, rekayasa biologi dan nano teknologi.
Dari ketiga macam teknologi itu, teknologi nano tampaknya mendapatkan perhatian yang sangat besar. Kalangan fisikawan dunia bahkan sudah sampai pada kesimpulan, dimungkinkannya terjadi perubahan peradaban dunia yang luar biasa dengan pemanfaatan nano teknologi ini.
Dengan menciptakan suatu zat dengan ukuran sangat kecil, misalnya dengan ukuran satu per miliar meter, sifat dan fungsi zat itu diperkirakan dapat diubah sesuai dengan yang diinginkan. Termasuk mengubah fungsi api yang panas menjadi dingin.
Konsep positional assembly dan self replication yang dianut teknologi nano membuka peluang terjadinya rekayasa teknologi yang baru. Di antaranya untuk membuat api yang menyala-nyala menjadi dingin.
Dengan kata lain, teknologi nano suatu saat nanti bisa diharapkan menarik panasnya api.
Walaupun demikian, tidak ada yang boleh sombong dengan pengetahuan dan teknologinya. Betapapun, pengetahuan mereka hanyalah ibarat sebutir debu dari lautan luas pengetahuan yang dapat diberikan Allah. Wallahu a’lam! (*)
Bandung, 4 Februari 2022.-