COWASJP.COM – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati urutan ketiga terbaik dalam penurunan angka stunting. Berada di bawah Bali dan DKI Jakarta. Namun, posisi tersebut belum memuaskan bagi Kepala BKKBN Perwakilan Yogyakarta Shodiqin, SH, MM. Menurutnya, DIY harus bisa lebih baik angka penurunan stuntingnya.
”Saat ini, angka penurunan stunting di DIY 17,3%. Turun empat persen dari 21% pada tahun 2020. Masih di urutan ketiga. Nah, kita ingin dan bisa lebih baik dari Bali,” tegas M Shodiqin.
Shodiqin menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada Kegiatan Humas Percepatan Penurunan Stunting, Kamis (10/2). Kegiatan tersebut berupa Bimbingan Teknik Penulisan Berita Bagi Pengelola Program Bangga Kencana. Kegiatan yang di Hotel Platinum, Yogya ini diikuti staf humas BKKBN Perwakilan DIY dan OPD dari lima kabupaten/kota se-DIY. Bimtek yang menghadirkan Erwan Widyarto ini dipandu oleh Pranata Humas BKKBN Yogyakarta Danarto SY.
Pria yang sebelumnya bertugas di BKKBN Jawa Timur ini lantas memaparkan lebih detail tingkat penurunan stunting secara nasional. Dikatakannya, Presiden Jokowi melalui Kepala BKKBN Pusat, memberikan target penurunan angka stunting sebesar 3% setiap tahun. Targetnya, pada tahun 2024 angka penurunan stunting sebesar 14%.
”Kita di Yogyakarta optimis bisa mencapainya. Bahkan, saya menargetkan, DIY bisa di bawah 10%. Ini tugas kita semua, termasuk yang di bagian humas ini,” paparnya.
Optimisme tersebut didasarkan pada kesiapan tim dalam program penurunan stunting ini. Dikatakannya, BKKBN Yogyakarta telah memiliki Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebanyak 1.852. Tim yang bertugas mendampingi keluarga ini terdiri dari bidan, ketua Tim Penggerak PKK dan kader KB. ”Totalnya ada 5.556 orang,” rincinya.
Tim Pendamping Kelarga (TPK) ini bertugas dengan serius. Mendekati tiga sasaran utama. Pertama, calon pengantin. Sebelum melakukan pernikahan dicek kesehatannya, anemia atau tidak dan seterusnya. Agar jika hamil, nantinya tidak melahirkan bayi stunting.
”Sasaran kedua, ibu hamil. Para ibu hamil ini diminta untuk rutin periksa. Memeriksakan perkembangan janin. Sehat atau tidak. Sehingga bisa dideteksi sedini mungkin agar tidak melahirkan bayi stunting. Dan sasaran ketiga, keluarga yang mempunyai Batuta, bayi satu tahun. Pemantauan terhadap bayi pada usia 1-2 tahun ini penting karena pada usia ini bisa dipulihkan dari stunting. Kalau usia sudah lebih dari dua tahun akan lebih banyak hambatan-hambatan dalam pemulihan,” ungkap Shodiqin.
Peserta Kegiatan Humas Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Yogyakarta.
Shodiqin kemudian berpesan agar tim humas semakin intens menyuarakan percepatan penurunan angka stunting ini. Apalagi, selama ini, BKKBN Pusat selalu memantau, memonitoring pemberitaan. Termasuk memonitor aktivitas Kepala Perwakilan dalam kaitannya dengan media.
Oleh karena itulah, Shodiqin berharap, usai Bimtek ini, peserta bisa menulis berita sendiri. Tidak menggantungkan diri pada bagian humas seperti yang terjadi selama ini. ”Kalau selama ini hanya menyetor bahan-bahan berita dari kegiatan yang terjadi di bidang Anda, setelah bimtek ini harus bisa menulis sendiri berita dari kegiatan tersebut. Jadi bagian humas tinggal menayangkannya, ”pesan Shodiqin.
Pada kegiatan Bimtek ini para peserta langsung praktik menulis berita. Setelah mendapat materi dari narasumber, peserta diminta membuat berita dari kegiatan Bimtek ini. Peserta membuat berita dengan lead (teras berita) yang berbeda sesuai teori yang diberikan narasumber. Berita tersebut langsung dibaca dan dikoreksi.
Peserta pun memahami bahwa lead (teras berita) bisa dibuat bervariasi. Selama ini, mereka menulis dengan pola yang sama. Dengan lead yang begitu-begitu saja. Peserta juga semakin paham bahwa menulis berita bisa lebih berwarna. Yakni dengan mendeskripsikan situasi dengan lebih jelas kepada pembaca. (*)