COWASJP.COM – Di tanah air, liburan adalah masa-masa yang dinantikan oleh anak sekolah. Entah liburan tengah semester ataupun akhir semester. Tapi di Eropa, selama sekolah 1 tahun mereka punya banyak sekali agenda liburan. Untuk 1x liburan pun waktunya bukan 2 atau 3 hari, melainkan 1 – 2 minggu.
Zirco (anak sulung saya) sudah menanti liburan musim dingin yang dijadwalkan selama 1 minggu. Lebih singkat dibandingkan dengan liburan musim gugur (sekitar bulan November 2021) dan Nataru (Natal dan Tahun Baru) 2021 yang liburnya sampai 2 minggu.
Tiap hari Zirco bertanya: “Tanggal berapa sekarang mi?” Saking tidak sabarnya lagi menanti libur.
Papi Fariz sudah janji ke Zirco kalau nanti liburan, Papi Fariz juga akan ambil cuti. Meskipun belum tahu sebenarnya mau ke mana, hehe.
Tapi setelah berunding panjang akhirnya kami memutuskan untuk pergi liburan. Coba tebak ke mana kita pergi kali iniii??
Liburan musim dingin ini sudah menjadi agenda wajib bagi warga lokal Swiss untuk pergi ke gunung. Hiburan yang sudah dinanti adalah bermain ski dan sledging. Ski terkenal dengan olahraga mahal, karena semua harga peralatannya pun mahal. Baju khusus ski, papan, sepatu, tongkat, helm, dan pernak-pernik lainnya, serba mahal. Papan ski saja dibandrol dari harga 400 – 1000 CHF = Rp 6,2 juta - Rp 15,5 juta. (1 CHF = Rp. 15.500).
Itu belum perlengkapan yang lain. Jadi kira-kira per orang sudah harus mempersiapkan 2000 CHF (Rp 31 juta) untuk investasi jangka panjang di negara 4 musim ya.
Sedangkan sledging adalah olahraga seluncuran. Bisa dibilang olahraga karena kita harus naik dulu ke atas gunung kemudian seluncuran menggunakan alat untuk bisa sampai ke bawah. Bisa juga permainan karena tergantung dari medan curam atau tidak. Orang dewasa dan anak-anak pasti menggemari wisata ini.
Bukit Lindenhof di samping Sungai Limmat. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Sempat mau diajak teman untuk bermain bersama, tapi kala itu DoubleZ (Zirco dan adiknya Zygmund) sedang sedikit pilek, takut tambah kedinginan akhirnya lebih memilih di rumah saja.
Warga lokal perginya ke gunung, kami lebih memilih untuk liburan di kota besar. Ya, kota terbesar di Switzerland yaitu Zurich. Sebenarnya kami sudah pernah ke Zurich, saat itu hanya mengunjungi Rhinefalls dan Fifa Football Museum. Cerita keseruan kami sudah terbit di Koran New Malang Pos (sekarang Malang Posco Media) Edisi 1 November 2021 atau CowasJP.com Laporan dari Swiss Edisi 16.
Kali ini kami memutuskan untuk menginap di hotel selama 3 hari 2 malam. Tujuan utama kami hanya menikmati kota Zurich, dan pastinya tidak membuat itinerary perjalanan terlalu padat.
Kami sepertinya salah satu keluarga kecil yang tidak begitu terencana detail saat mengatur agenda liburan. Yang pernah membaca keseruan kami di Paris pada CowasJP.com Laporan dari Swiss Edisi 19 atau Koran New Malang Pos edisi 22 November 2021 pasti sudah geleng-geleng kepala karena tidak well-organized liburannya. Haha.
Gereja Grossmunster dengan menara kembar. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Kami baru membeli tiket kereta dan booking hotel pada hari Rabu 23/2/2022 siang. Padahal berangkat ke Zurich diagendakan Kamis pagi 24/2/2022.
Harga tiket dan hotel tidak jauh berbeda, sehingga membuat kami tidak perlu jauh-jauh hari membelinya. Kami juga tidak membeli tiket daypass seharga 59 CHF per orang. Cukup tiket Lausanne – Zurich ditambah dengan city tiket Zurich. Per orang dikenakan harga 37 CHF.
Jarak Lausanne ke Zurich 230 km, ditempuh dengan kereta selama 2,5 jam. Kereta berhenti di 3 stop, yaitu Freibourg, Bern, dan terakhir Zurich HB.
Dalam perjalanan kami melihat rumput-rumput Swiss sudah tumbuh makin menghijau. Hamparan salju telah mencair di kota-kota. Kami berangkat dari Lausanne Gare (stasiun Lausanne) pukul 10.15 CET (Central European Time) dan tiba di Zurich hampir jam 13.00 CET.
Gereja St. Peter dengan jam menara terbesar di Eropa. (FOTO: Fariz Hidayat)
Dengan membawa koper ukuran besar, kami langsung menuju hotel untuk check-in. Selama 3 hari 2 malam kami menginap di Hotel Sheraton Zurich yang terletak di Pfingstweidstrasse 100, 8005 Zürich. Tempatnya di pinggir kota seperti di distrik bisnis perkantoran, namun di depan hotel tersedia tram no 4 dengan jurusan yang sangat fleksibel untuk bisa menuju Zurich Central.
Hotel berbintang 5 ini sangat recommended untuk menginap bersama anak kecil. Harga menginap per malam sekitar 200 CHF = Rp 3.100.000 sudah termasuk breakfast dewasa dan anak-anak.
Menu makanan breakfast juga bervariasi ala Eropa. Bukan nasi goreng, bubur ayam, dan soto ya. Melainkan aneka roti, cereal, buah, yogurt, salad sayur, daging salami, salmon, dan juga egg corner. DoubleZ sudah terbiasa sarapan roti dan cereal sejak di Swiss. So, menu breakfast hotel tidak ada masalah untuk mereka.
Patung wanita di air mancur Lindenhof. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Setelah beristirahat sejenak kami mulai city tour. Berkunjung ke landmark kota Zurich, yaitu Gereja Grossmunster yang terletak di Grossmünsterplatz. Salah satu gereja paling terkenal di Zurich – gereja protestan bergaya Romawi yang berada di kota tua Zurich. Sebagai identitasnya yaitu terdapat dua menara kembar Neo-Gothic dari tahun 1787. Kawan pembaca semua belum lahir pastinya, hehe. Di sisi seberang jembatan, berhadapan dengan Grossmunster terdapat Gereja Fraumunster. Sebuah gereja yang dibangun di atas sisa bekas biara untuk wanita bangsawan.
Menara jam berwarna hijau terlihat mencolok dari kejauhan. Terdapat 5 jendela di bawah jam menara yang dirancang oleh seniman Marc Chagall. Alkisah 5 jendela memiliki warna dominan yang menggambarkan kisah Alkitab.
Menu makan malam Korea. (FOTO: IG BibimShack)
Terdapat satu gereja lagi bernama St. Peter. Gereja ini dikenal dengan jam menara yang terbesar di Eropa – memiliki diameter sebesar 8,7 meter. Terdapat lima lonceng di menara sejak tahun 1880 yang beratnya melebihi 6.000 kg. Kami hanya berfoto di depan gereja saja, tidak masuk ke dalamnya. Yang penting sudah berjalan-jalan di kota tua Zurich.
Hari sudah mulai larut, namun kami masih semangat untuk mengitari kota tua Zurich. Kami menuju Lindenhof. Sebuah bukit kecil yang terletak di sisi sungai Limmat.
Lindenhof adalah area bersejarah kastil Romawi. Terdapat sebuah air mancur kecil bernama air mancur Lindenhof atau Hedwig. Patung seorang wanita bertopi membawa pedang dan bendera menjadi ikon di air mancur ini. Gustav Siber membuat patung tersebut sebagai simbol wanita Zurich yang mampu mempertahankan kota Zurich saat dikepung oleh tentara Jerman pada tahun 1292.
Gereja Fraumunster dengan khas menara berwarna hijau. (FOTO: Dok. Keluarga Okky/Fariz)
Sumber air mancur ini berasal dari sungai Limmat.
Penggemar K-drama pasti tidak asing dengan Lindenhof karena lokasi ini merupakan tempat di mana Kapten Ri Jeong-hyeok berpapasan dengan Yoon Se-ri. Dari bukit ini dapat terlihat keindahan kota Zurich di malam hari dan air tenang sungai Limmat. Bingung siapa mereka berdua?? Langsung tanyakan ke pecinta drama Korea saja atau tonton langsung Crash Landing on You (CLOY) yang beberapa lokasi adegannya diambil di Switzerland.
Suhu udara sudah semakin dingin, padahal masih jam 19.00 CET. Saatnya kembali ke hotel. Sebelum pulang mampir ke restoran Korea dekat hotel untuk membungkus makan malam. Beef bulgogi, kimchi, dan fried rice kimchi menjadi menu penyelamat saat liburan. Mempersiapkan energi untuk berpetualang esok hari.
Tunggu cerita lanjutan kami berlibur di kota terbesar di Switzerland.(*)