COWASJP.COM – Masih seputar Zurich. Kota terbesar di Switzerland. Sama seperti Jakarta yang padat penduduk, Zurich pun juga begitu. Kotanya ramai dan tak jarang melihat pemandangan macet lalu lintas.
Berbeda dengan di Lausanne -- kota tempat keluarga saya tinggal -- yang cenderung lebih tenang karena kendaraan pribadi jarang melintas.
Zurich juga jantung perekonomian. Banyak kantor besar yang pusatnya ada di Zurich.
Setelah puas menikmati Zurich Zoo, kami bergeser mengunjungi Danau Zurich atau Zurich Lake. Ada banyak angsa yang berenang-renang di danau.
Transportasi dari hotel sangat mudah. Kami cukup naik tram 14 di depan hotel menuju pusat kota. Jalan kaki sekitar 200 meter sudah langsung sampai ke Zurich Lake.
Sesampai di danau kami melihat ada sebuah kedai kecil yang menjual hotdog. Para pendatang cukup membeli seporsi hotdog seharga 7 CHF = Rp 108.500, duduk di tepi danau, dan menikmati hangatnya sinar matahari. Kami pun begitu.
Meskipun matahari bersinar sangat cerah, namun udara tetap dingin. Ditambah lagi angin bertiup. Walau sepoi-sepoi, namun dinginnya menusuk tulang.
Bukannya mencari hidangan hangat, malah kami menyeruput es boba khas Taiwan. Rata-rata harga makanan di Zurich lebih malah daripada di Lausanne. Es boba contohnya. 1 gelas es boba dengan ukuran besar harganya 8,9 CHF. = Rp 137.950. Kurs1 CHF = Rp. 15.500. Sedangkan di Lausanne bisa mendapatkan harga 7 CHF = Rp108.500.
Zurich Lake ini juga menjadi salah satu tempat transportasi kapal seperti di Lac Leman atau Danau Geneva.
ALBERT EINSTEIN KULIAH DI SINI
Albert Einstein, apa yang ada di pikiran sahabat pembaca semua saat mendengar kata-kata tersebut. Ilmuwan legendaris yang sangat terkenal? Atau langsung mengingat-ingat teori relativitas yang pernah didapatkan saat di bangku SMA? Atau langsung pusing karena teori mekanika kuantum? Hohoho.
Albert Einstein menempuh pendidikan tinggi di Zurich, yaitu di ETH Zurich.
Einstein mengambil bidang ilmu matematika dan fisika. Saat melihat kampus ETH atau Swiss Federal Institute of Technology in Zürich, sambil komat-kamit saya berdoa semoga suatu saat bisa kuliah PhD di sini. Aamiiin.
Melihat mahasiswa yang melintas di area kampus dengan pandangan “wow, keren banget ya mereka bisa diterima di kampus terbaik ke-6 di dunia ini”.
Kalau sekarang ibunya belum mendapatkan rezeki, semoga kelak suatu saat DoubleZ -- dua anak laki-laki saya: Zirco dan Zygmund, bisa kuliah di sini. Saya mengambil foto mereka berdua di depan Gedung Kampus ETH sambil mengucapkan doa.
Akses menuju kampus ETH sangat mudah. Bisa naik tram atau polybahn dari pusat kota. Polybahn berwarna merah ini merupakan sebuah funicular yang menghubungkan pusat kota menuju teras kampus ETH.
Albert Einstein, 14 Maret 1879 – 18 April 1955) adalah fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang secara luas diakui sebagai salah satu fisikawan terbesar sepanjang masa. (FOTO: The Guardian)
Furnicular hampir sama dengan cable car. Yang membedakan adalah sistem kerja dari mesin yang digunakan. Namun untuk akses funicular ini tidak stroller friendly karena banyak tangga yang harus dilewati. Karena penumpang juga cukup ramai, maka kami harus buru-buru untuk memilih tempat duduk furnicular terbawah. Supaya tidak terlalu capek mengangkat stroller ke atas.
Liburan ke Eropa harus siap dengan variasi makanan yang tidak terlalu banyak. Pilihannya hanya Western atau Asian. Kalau datang ke Western Restaurant pasti memesan pasta, pizza, steak, dan french fries. Kami lebih memilih Asian Restaurant karena pasti ada menu nasi yang pasti membuat kenyang. Meskipun sudah hampir 8 bulan tinggal di Eropa, namun kadang-kadang perut masih perut Jawa. Kalau gak makan nasi belum lega rasanya.
Sebelumnya kami sudah membuat catatan kecil restoran mana yang akan dikunjungi. Namun ternyata lokasinya tidak terjangkau tram/bus dan bahkan harus ada yang reservasi terlebih dahulu. Akhirnya kami bebas memilih restoran.
Datanglah kami ke Chopstick Restaurant di central kota. Ini adalah porsi makanan termahal yang pernah kami beli. Satu porsi Stir-fried chicken with dried red chili yang dibandrol seharga 32 CHF = Rp 496.000. Kalau di Primarasa Restoran Indonesia mungkin hanya Rp.50.000. Di sini (Swiss) hampir Rp. 500.000. Sama-sama depannya angka 5 tapi jumlah 0 nya beda ya moms.
Satu porsi ini bisa cukup untuk kami ber-4. Tinggal nambah nasi putih saja. Tapi untuk rasanya benar-benar otentik ala Chinese, enak, sedap, dan nendang sekali pedasnya.
Beberapa kali ke resto sempat memesan menu pedas. Tapi rasanya tidak ada pedas-pedasnya. Bahkan saus sambal yang tertulis Hot Chili Ketchup pun rasanya manis. Saya menyampaikan feedback ke pemilik restoran kalau makanannya sangat enak dan pedasnya benar-benar terasa.
Ternyata oh ternyata, pemilik restoran menjelaskan bahwa mereka memiliki 2 resto yang resepnya berbeda. 1 resto tingkat kepedasannya disesuaikan dengan lidah orang Eropa, oleh karena itu kemungkinan rasanya tidak nendang seperti ini. Sedangkan kalau Traditional Chinese Restaurant benar-benar memberikan cita rasa Asia.
Mereka bisa langsung menebak kami dari Indonesia. Dan tidak heran kalau kami suka pedas dan pas cocok sekali dengan menu yang kami pilih. DoubleZ juga lahap sekali makannya, karena ayamnya terlalu pedas untuk Zygmund sudah dipesankan Sup telur jagung yang penampakannya hampir mirip dengan sup asparagus pada umumnya. Satu mangkok kecil seharga 6 CHF = Rp 93.000, dinikmati oleh Zygmund seorang.
Total untuk sekali makan dine-in harus mengeluarkan 50an CHF = Rp 775.000 untuk 2 dewasa dan 2 anak-anak.
Budget ini bisa bervariasi sesuai dengan kebutuhan perut. Kalau ingin berhemat untuk sekedar makan roti, salad sayur atau chicken wrap sederhana bisa membeli di Migros atau Coop. Per orang cukup menghabiskan 6-10 CHF sekali makan. Kalau saya traveling sendiri tidak masalah dengan salad sayur begitu, berhubung membawa 2 balita jadi harus memikirkan kenyamanan mereka saat makan dan menu-menu yang mereka suka. Karena kunci liburan adalah semua anggota keluarga harus sama-sama happy ya kan.
Sudah siapkah bunda untuk mengajak traveling anak-anak keluar negeri? Dengar-dengar masa karantina sekarang sudah menjadi 1 hari saja. Baik yang memilih liburan di tanah air, keluar negeri, ataupun quality time bersama keluarga terdekat di rumah tetap jaga kesehatan masing-masing ya. Safety and Security is our Priority!!!(*)