COWASJP.COM – Upaya mendukung percepatan pencapaian Jawa Timur sebagai pusat halal Indonesia terus dilakukan oleh ISNU Jawa Timur (Jatim).
Setelah di Malang, Madiun, Lamongan dan Surabaya, Minggu pagi 20/3/2022 sebanyak 100 orang pendamping dari Bojonegoro mengikuti pelatihan pendamping Proses Produk Halal (PPH) di Aula SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro.
Selama dua hari mereka dilatih untuk menjadi pendamping Usaha Mikro dan Kecil untuk mendapatkan sertifikasi halal melalui jalur self declare (pernyataan mandiri). Acara juga dihadiri Ketua PC ISNU Bojonegoro Dr Yogi Prana Izza.
Dalam sambutannya, Ketua PC ISNU mengatakan, pelatihan ini merupakan upaya untuk meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan para pendamping. Yang awalnya tidak tahu menjadi paham dan ahli.
"Oleh karena itu para pendamping harus bersungguh-sungguh. Sebab, persoalan halal haram perlu penguasaan materi yang mumpuni. Perlu pemahaman menyeluruh sehingga masyarakat khususnya umat Islam benar-benar mendapatkan suguhan halal dari produk-produk yang disertifikasi", paparnya.
Ia menjelaskan, Gubernur Jatim dan Bupati Bojonegoro sudah sepaham untuk menjadikan Jatim sebagai halal center Indonesia. Pencapaian tujuan ini didukung sepenuhnya oleh masyarakat Bojonegoro.
“Saya ini 3 tahun menjadi Ketua Dewan Riset Kabupaten Bojonegoro, dan saya bukan orang asing di Bojonegoro. Antara Bu Khofifah dan Bu Ana Muawanah (Bupati Bojonegoro) sudah saling 💪 terkait isu ini. Nanti pencapaian pusat halal Jatim bisa lebih cepat. Karena Presiden dan Wapres juga mendukung sepenuhnya,” imbuh alumnus program doktoral Flinders University Australia ini.
Bupati Bojonegoro Anna Muawanah mendukung penuh pelatihan yang diselenggarakan ISNU Jatim ini. Ia menjelaskan bahwa semenjak pandemi berakhir perekonomian masyarakat Bojonegoro berangsur-angsur membaik dan naik terus. Bahkan sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami kenaikan yang signifikan.
Bupati Anna Muawanah optimistis perekonomian Bojonegoro dan Jatim akan terus membaik.
Bidang halal, menurut Bupati Anna, menjadi sumber baru yang bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.
Meski posisi Indonesia saat ini di peringkat 4 di industri halal global, ia melihat justru hal ini menjadi potensi sekaligus peluang bagi Kabupaten Bojonegoro untuk mengisinya dengan meningkatkan industri halal.
“Tahun lalu IPM kami mengalami kenaikan 0,55%. Menjadi terbaik keempat se-Jawa Timur. Tentu hal ini juga menjadi modal kami untuk mengakselerasi industri halal di Jawa Timur,“ ujar Bupati yang Doktor Manajemen Lingkungan dari Universitas Negeri Jakarta ini.
Kasi Bimas Kemenag Bojonegoro, Dr. Abdullah Hafidz menjelaskan, selain umat Islam, produk-produk halal juga ditujukan kepada masyarakat non-muslim. Kemenag Bojonegoro akan menindaklanjuti program-program yang diinisiasi ISNU terkait isu halal. Para Penyuluh halal yang ada di masing-masing kecamatan digerakkan.
Ia mengakui saat ini mesih banyak produk yang belum bersertifikat halal. Bukan hanya makanan, juga kosmetik, fashion, obat-obatan dan sebagainya. Menurutnya, isu halal harus dimasifkanq agar Bojonegoro menjadi pusat halal di Jatim.
“Jika yang dikonsumsi bukan makanan halal, maka kemungkinan hidup susah itu semakin besar. Oleh karena itu, kami siap mendukung. Kami punya satgas halal yang bisa bergerak bersama para penyuluh,” pungkasnya.(*)