Pemkot Minta Dibongkar, Warga Menolak

Ibu Rini sedang cerita gang buntu depan rumahnya. (FOTO: Nasaruddin Ismail - Cowas JP)

COWASJP.COM – Rencana Pemkot Surabaya untuk membongkar tembok pagar Betjik Djojo, ternyata mendapat perhatian warga.

Sebab, di Gg Tembusan, Gembong Sawah itu, merupakan gang buntu. 

Tembusannya hanya ditempati lima kepala keluarga (KK).

Mereka khawatir bila gang buntu itu diperlebar. Keamanannya pun tidak kondusif seperti  sekarang. 

Karena itu, mereka menolak.

Sebab, dengan gang kecil yang ada sekarang, yang melintas pun hanya penghuni. “Jangan sampai gang ini diperlebar Pak. Bahaya,” kata Ibu Rini, warga yang menempati mulut gang buntu itu.

Telah diberitakan Jumat 1/4/2022  Wakil Walikota Surabaya, Armuji, berkunjung ke sana. Dia minta agar tembok pembatas tersebut dibongkar. Agar gang bisa lebar.

“Sebagai penghuni. Saya sampaikan ke Pemkot. Dengan keadaan seperti sekarang, sudah cukup bagus. Karena yang melintas hanya kami,” jelas ibu dua anak itu.

gang-buntu.jpgGang Tembusan itu. (FOTO: Nasaruddin Ismail - Cowas JP)

Dari Gg Tembusan ke timur, tembus di Jalan Gembong Sekolahan. Cukup lebar. Bila naik kendaraan, maka pilihannya ke jalan itu. “Kami minta. Kalau Pemkot mau bongkar, perlu dipertimbangkan lagi. Dari sisi keamanan warga,” tutur Bu Rini serius.

“Saya khawatir pejabat Pemkot tidak tahu kalau gang ini buntu. Dan hanya dilintasi lima warga,” tambahnya. 

Ya, sepanjang Gang Tembusan ini hanya dihuni 5 KK. Satu rumah lagi, milik Betjik Djojo.
Penghuninya sudah lansia semua. Ibu Rini, misalnya sudah berusia 70 tahun. Ia mengaku sudah 50 tahun tinggal di situ. Selama ini aman. Tak pernah terjadi hal-hal tak diinginkan.

“Sejak dulu kondisi di sini aman. Dan tertib,” ujarnya lagi.

Dulu, katanya, gang itu menjadi tempat pembuangan sampah dan kotoran. Tidak diketahui jelas dari mana sampah-sampah itu.

Untung, di mulut gang yang tembus Jalan Kapasan itu ada suami isteri yang buka warung.
Ibu Sani dan Mat Kacong yangbsudah 15 tahun berjualan di mulut gang itu. 

Mereka orang kelima yang buka warung di lokasi yang sama.

Suami isteri itu asal Sampang. Tinggal di Tanah Merah, Kedinding, Surabaya.

Hasil warung sempitnya itulah jadi sumber kehidupannya. Dia juga jadi tukang kebersihan di gang itu. 

Mat Kacong membenarkan bila gang itu dulu jadi tempat pembuangan sampah. “Yang membersihkan sampah dan kotoran di sini, ya saya,” aku Mat Kacong.

Dia berharap agar gang itu tak perlu diperlebar. Karena pemanfaatannya juga terbatas. “Selama saya berjualan di sini, di belakang cukup aman,” tuturnya. (*)

Pewarta : Nasaruddin Ismail
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda