COWASJP.COM – Banyak jalan menuju Roma. Tapi sayang tiket kereta api sudah habis. Ludes semua, tiket Milan - Roma
Maka, trip pun beralih mengunjungi Lake Como atau Danau Como. Danau cantik nan indah di bagian utara Italia.
Lake Como merupakan salah satu danau terdalam di Eropa dengan kedalaman 410 meter. Luar biasa! Sebagai perbandingan, Laut Jawa misalnya rata-rata berkedalaman 20 hingga 40 meter. Tetapi Laut Bali memiliki kedalaman hingga lebih dari 1.000 meter dan makin ke timur kian dalam.
Dari Milano Centre atau Stasiun Milan memerlukan waktu 1 jam. Tiket pulang-pergi sudah di tangan karena takut kehabisan lagi.
BACA JUGA: Masuk Italia Tanpa Tes PCR dan Tanpa Sertifikat Vaksin Covid-19
Waktu sudah menunjukkan 15 menit sebelum jadwal keberangkatan.
Tapi saat akan memasuki gate kami dilarang. Karena ternyata seluruh penumpang wajib menggunakan masker dengan jenis FFP2. Sedangkan kami hanya menggunakan masker medis pada umumnya.
Ciao Pizza di Milan yang halal, murah dan wouw! (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Panik melanda! Papi Fariz langsung bergegas mencari apotek terdekat di kawasan stasiun. Masker sudah dapat, lari ke dalam platform yang dituju dan ternyata kereta tepat berangkat di depan mata.
Tak sanggup seperti James Bond yang harus mengejar kereta, kami tertunduk lemas. Tiket 20an Euro melayang seketika. 1 Euro = Rp 15.600.
Kami putuskan hari ini kulineran saja di Milan dan menikmati burung-burung beterbangan di Duomo Square! Liburan harus dibawa happy moms!!
Hari belum begitu siang, namun kami sudah mulai lapar. Sarapan di hotel bukan prasmanan yang icip sana icip sini. Melainkan sarapan dikirim ke kamar. Menu untuk diantar ke kamar sudah ada pilihannya. Pengunjung tinggal centang menu sesuai dengan jumlah tamu kamar. Tempat kami menginap sejenis Airbnb, namun pelayanan hotel sangat memuaskan.
DoubleZ paling suka dengan jacuzzi bathup super besar, ukuran kamar yang lapang dan tentunya bersih. Hotel HeMi Suites yang terletak di Corso di Porta Romana, 51, 20122 Milano MI, Italy sangat kami rekomendasikan buat kawan pembaca yang traveling ke Milan.
Tampak dari luar memang terasa aneh. Hanya masuk pintu kecil. Namun area di dalamnya oke juga. Karena beroperasi layaknya Airbnb, maka bagian resepsionis tidak aktif 24 jam ya.
Masker FFP2 yang dimaksud oleh petugas stasiun Milan. (FOTO: Fariz Hidayat)
Italia terkenal dengan pizza dan pasta. Kami masuk ke sebuah restoran untuk memesan Cheese Pizza dan Gnocchi. Gnocchi Mozzarella ini rasanya unik, bentuknya bulat kecil. Ternyata bahan dasarnya kentang. Teksturnya empuk dan sedikit kenyal. Di awal rasanya enak namun lama-lama eneg juga.
Zirco yang biasanya suka dengan cheese pizza ternyata kali ini tidak doyan. Hhhmm, ternyata kami kurang begitu cocok dengan makanan Italia nih, kok rasanya lebih enak Pizza Hut di Indonesia. Hehe.
Di depan toko ice cream gelato yang kami kunjungi kemarin, terdapat dua toko bersebelahan yang sangat ramai. Kami penasaran akhirnya ikutan antri juga.
Biasanya yang antri begini adalah kulineran yang favorit. Yang pertama adalah Luini – Street Food no 1 di Milan. Penampakan seperti pastel pada umumnya. Untuk rasa bisa memilih varian manis seperti coklat, vanilla, kacang. Sedangkan rasa asin ada pilihan keju, tomat, beef, ham, dll.
Setelah digigit ternyata rasanya seperti makan pizza yang berbentuk pastel. Per biji luini harganya 2 - 6 Euro, tergantung varian rasa yang dipilih.
Steak daging makanan favorit Zirco. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Bergeser ke toko sebelahnya ada Ciao Pizza Duomo. Saat melihat menu yang terpasang di luar café ada tulisan HALAL dan memberikan keterangan mana saja pizza yang halal. Wouw!!! Langsung kami tertarik untuk membeli.
Pizza yang dijual banyak sekali varian toppingnya. Per slice dibandrol seharga 3 – 6 Euro = Rp46.800 - Rp93.600 dengan ukuran cukup besar.
Uniknya, café ini tidak menyediakan tempat duduk. Hanya ada meja panjang di luar area toko. Pizza disajikan di piring kertas, dan pembeli bisa memakan pizza sambil berdiri di luar.
Di luar dugaan, ternyata pizzanya enak sekali. Wouw!! Kami lebih cocok makan pizza ini daripada membeli pizza belasan euro di restoran. Hahaha. Zirco saja sampai minta tambah pizza.
Untuk makan berat kami memilih untuk membeli steak. Restorannya juga masih di sekitar Duomo Square. Jadi seharian kami hanya jalan-jalan sekitar sini. Masuk toko mainan anak-anak dan beli sedikit oleh-oleh cemilan. Capek ya istirahat, lapar ya beli makanan.
Sempione Park dan Gate legendaris di ujung sana. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Kami singgah di Restaurant Meat Grillfood. Tidak membuka google review. Hanya melihat tempatnya tidak begitu antri dan tidak perlu reservasi. Harga 1 porsi steak di Milan sekitar 50 Euro = Rp780.000, separuh dari harga di Lausanne.
Dagingnya super empuk dan lezat. Hampir 50% dari porsi total dihabiskan oleh Zirco sendiri. Zirco ini sejak kecil sudah anak bule. Lebih milih pizza, roti, kentang, daging daripada nasi. Jadi kalau traveling begini tidak terlalu susah memilih menu makanan.
Sebelum keesokan harinya balik ke Lausanne, kami sempatkan mengunjungi salah satu taman terbesar di Milan, yaitu Sempione Park atau Parco Sempione. Tamannya bagus dan luas. Namun sayang sekali bunga-bunga belum bermekaran dan daun-daun belum hijau sempurna.
Di dekat Sempione Park terdapat sebuah gate bernama The Arch Peace. Bentuknya hampir mirip dengan Arc de Triomphe yang ada di Paris. Gate setinggi 23 meter dengan hiasan kuda di atasnya ini merupakan salah satu landmark di Milan sejak tahun 1838. Namun kami hanya melihat dari kejauhan saja.
Selain itu di area Sempione Park juga terdapat sebuah castle bernama Sforza Castle atau dalam Bahasa Italia disebut Sforzesco. Castle yang dibangun pada abad ke-14 ini juga terdapat museum yang menyimpan lukisan-lukisan bernilai tinggi.
Jacuzzi Bathup yang super besar dikamar hotel. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Tapi kami tidak masuk, karena kami bukanlah penikmat art museum. Harga tiket museum sebesar 5 Euro. Di area castle terdapat taman yang luas dan free access. Serta memiliki air mancur yang indah di depan pintu masuk castle.
Sudah puas jalan-jalan kami segera kembali ke Milano Centrale. Hampir 30 menit sebelum kereta berangkat kami sudah tiba di stasiun. Kami sudah memakai masker FFP2 sesuai prosedur stasiun di Milan.
Bekal makanan untuk DoubleZ sudah siap karena menempuh perjalanan yang cukup panjang hampir 4 jam.
Ada hikmah di balik ketinggalan kereta kami ke Lake Como. Coba kalau ketinggalan keretanya tujuan Lausanne. Kami harus kehilangan uang ratusan Euro, bisa-bisa harus nambah biaya untuk menginap di hotel dan membeli tiket kereta lagi untuk bisa balik ke Swiss.
Setelah menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya kami melihat pemandangan pegunungan indah lagi. Serasa sejuk di hati dan rasa capek pun pudar. Kami akan sangat merindukan indahnya Swiss.
Good bye Milan. See you next time. (FOTO: Fariz Hidayat)
Alhamdulillah di tengah-tengah pandemi Covid-19, kami diberikan rezeki untuk bisa merasakan pengalaman yang luar biasa di negeri orang. Banyak sekali pengalaman hidup yang bisa kami petik dan terapkan untuk kehidupan sehari-hari.
Hari ini, perjalanan pulang dari Milan ke Lausanne adalah travelling keluarga kecil kami terakhir di Swiss. Rasa haru, bahagia, bersyukur, campur aduk menjadi satu layaknya rasa nano-nano. Liburan singkat kami mengikuti Papi Fariz yang dinas di Swiss akan segera berakhir.
Ke manakah DoubleZ akan berpetualang selanjutnya?(*)