COWASJP.COM – Pameran serentak di 7 tempat, menjadi sensasi tersendiri. Tidak hanya bagi panitia, melainkan juga bagi peserta.
Membagi karya, memberi judul karya yang sesuai seperti yang diberikan oleh perupa yang membuatnya, menjadi proses yang rumit. Kebanyakan judul ditulis di sebalik karya. Padahal, banyak karya dipigura dengan judul tertutup triplek pigura.
Panitia pun kesulitan untuk mengetahui judul karya. Kecuali dengan membongkar piguranya.
Namun, siasat cerdas menyikapi 7 lokasi pameran dilakukan dengan jitu oleh Moelyoto. Perupa spesialis cat air dari Denpasar Bali ini, kendati mengaku kesulitan berkarya dengan ukuran kecil, berhasil membuat karya yang detail dan menarik.
"Lali aku nggambar neng ukuran kertas cilik. Muga-muga drawingku sesuai harapan. Wis suwe ora ndrawing hehehe," ujar Moelyoto merendah.
Moelyoto pun lantas mengirimkan karya drawingnya dari Studionya di kawasan Jalan Pulau Moyo, Denpasar. Ciamik! Goresan pensilnya sangat halus dan detail.
Dan, menariknya, Moelyoto mengangkat khasanah budaya dari Timur Indonesia. Tepatnya Papua. Moelyoto mengeksplore kehidupan saudara-saudara kita dari wilayah paling timur Indonesia ini.
"Ben gampang panitiane, judul e 'Dulurku' kabeh. Maaf, hanya sempat bikin lima. Waktunya nggak cukup," jelas Moelyoto di grup WA peserta pameran.
Karya drawing Moelyoto itu di antaranya seorang pria Papua sedang memanah (ada di Dali Art Gallery), seorang ibu sedang menggendong anaknya (di Pawon Teh Tudung).
Lalu ada anak-anak kecil bermain bersama (di Teh Robusta). Ada pula anak kecil yang sedang duduk bahagia (ada di Rozi Galeri). Serta seorang anak dengan kotekanya.
Karya terakhir ini dipasang di Rumah Banjarsari Solo dan sudah dipinang pengunjung. Karya yang lain menanti pinangan....
Karya drawing Moelyoto (kiri) yang sudah dipinang pembeli.
Sedikit tentang Moelyoto. Pada 2011, Moelyoto memutuskan untuk total melukis dengan cat air, meninggalkan aliran yang sebelumnya dia tekuni, yaitu cat minyak.
Sejumlah hasil karya lukisan cat air terlihat di studio kreatifnya di Jalan Pulau Moyo, Denpasar, Bali.
"Satu-satunya alasan saya mengabdikan diri pada cat air karena saya gelisah dengan kondisi lukisan cat air yang selama ini seakan tidak pernah mendapat tempat. Padahal di sejumlah negara, lukisan cat air justru punya ruang khusus," ujar Moelyoto seperti yang ditulis Tribun Bali.
Keseriusannya menekuni media cat air, mendapat pengakuan. Moelyoto menjadi perupa dengan media cat air yang disegani di negeri ini. Dua studio yang dimilikinya, satunya di Solo, sering dikunjungi pejabat maupun kolektor.
Salah satunya, Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini pernah "belajar melukis" cat air di studio Moelyoto. (*)