COWASJP.COM – Portugal adalah salah satu negara di Eropa yang terkenal dengan suhunya yang hangat. Berbatasan dengan Spanyol pada bagian utara dan timur. Spanyol pun juga terkenal dengan panasnya.
Saat beberapa negara Eropa sedang dilanda musim dingin dan salju, Portugal masih tetap “hangat” tidak sampai minus derajat Celcius. Tak sedikit turis yang tetap berdatangan, meskipun sedang musim dingin. Tapi jangan berharap melihat salju ya di Portugal.
Luas area keseluruhan Portugal sebesar 92.212 kilometer persegi. Dua kali lebih besar dari Switzerland yang hanya 41.285 kilometer persegi. Bandingkan dengan luas Pulau Jawa yang mencapai 128.000 kilometer persegi.
Luas Portugal hanya 7/10 Pulau Jawa. Sedangkan luas Swiss hanya 1/3 Pulau Jawa. Sangat jelas Indonesia jauh lebih luas dibandingkan kedua negara ini.
Sebelah barat Portugal berbatasan langsung dengan Samudera Atlantik. Sehingga wisata pantai sangat populer di seluruh area Portugal dari utara sampai selatan. Masing-masing pantainya memiliki keindahan tersendiri.
Kami baru saja mengunjungi pantai di sekitar area tempat tinggal saja.
Pantai Guincho atau kalau dalam Bahasa Portugis namanya Praia do Guincho. Letaknya hanya 1 kilometer dari Vila Bicuda (tempat kami menginap sementara selama 1 bulan pertama).
Kami pergi ke sana dengan mengendarai mobil. Cukup 5 menit sudah sampai. Transportasi terbaik di Cascais menurut kami adalah menggunakan mobil pribadi.
BACA JUGA: Senikmat-nikmat Lebaran di Manca Negara, Nuansa Indonesia Tak Terjumpai
Transportasi umum di sini (Portugal) sebenarnya cukup terjangkau. Banyak sekali bus stop di tempat-tempat strategis. Namun, waktu kedatangan bus hanya 1 jam sekali. Kurang cocok untuk kami yang bermobilitas tinggi.
Untungnya Papi Fariz mendapatkan fasilitas mobil pribadi dari kantor. Jadi aman dan terkendali deh berpergian bersama DoubleZ (dua anak kami: Zirco dan Zygmund) ke mana saja.
Guincho beach memiliki keindahan pasir putih. Tapi rata-rata semua pantai di Portugal memang mempesona. Saat kami datang ke sana banyak sekali peselancar yang sedang berlatih. Angin masih cukup kencang, sehingga kami hanya singgah sebentar. Takut masuk angin karena masih dalam tahap adaptasi dengan cuaca Portugal.
Saat ngabuburit di bulan Ramadhan kemarin, belajar menyetir mobil dengan setir kiri hampir saya lakukan setiap hari. Saya memilih daerah yang tidak terlalu padat dan menjauhi pusat kota, karena belum punya SIM (Surat Izin Mengemudi) Internasional.
Di Portugal kalau healing ya ke pantai paling siip. (FOTO: Dokumentasi keluarga)
Segera saya akan ambil kursus mengemudi di sini. Meskipun sudah bisa menyetir namun biasa dengan setir kanan. Setir kiri berbeda rasanya, hehe. Menyusuri jalanan dengan pemandangan hamparan lautan biru menjadi pilihan saya. Tak henti-hentinya mengagumi ciptaan Tuhan.
Keindahan Swiss dan Portugal memang sangat beda. Saat di Swiss kami disuguhkan dengan banyaknya pegunungan, hamparan bukit hijau nan segar, danau, dan sungai yang airnya sangat jernih. Pergi ke mana pun kalau naik kereta di Swiss sudah berasa “healing tipis-tipis”. Hehehe. Ngikuti kata kekinian di Indonesia nih.
Sedangkan di Portugal, cukup pergi ke pantai terdekat sudah bisa menikmati weekend bersama keluarga dan kerabat dekat. Tempat-tempat terkenal pun seperti Castle, Taman Kota, dan Museum juga pasti berlatar belakang pantai atau laut.
Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Portugis. Namun kebanyakan orang bisa lancar berbahasa Inggris. Khususnya di daerah Cascais yang merupakan tempat wisata turis. Ada teman saya bule dari Jerman yang sudah 5 tahun lebih tinggal di Cascais. Dia tidak begitu fasih berbahasa Portugis meskipun menikah dengan orang lokal. Menurut dia, tanpa bisa berbahasa Portugis pun masih bisa survive untuk tinggal di Cascais, hehe.
BACA JUGA: Di Lisbon Hanya Ada Satu Toko Asia
Lisbon yang merupakan kota terbesar di Portugal sekaligus ibukota memiliki populasi sebanyak 2 juta penduduk. Cascais merupakan salah satu munisipalitas atau area yang lebih kecil atau mungkin bisa dianalogikan seperti kecamatan di dalam Kota Besar Lisbon.
Sedangkan kota terbesar kedua adalah Porto, di mana jumlah penduduknya setengah dari Lisbon. Jarak antara Lisbon ke Porto cukup jauh yaitu 300 kilometer. Dapat ditempuh dengan jalan darat (mobil, bus, dan kereta api) atau jalan udara (pesawat). Kalau dengan transportasi darat dapat memakan waktu sekitar 3 jam. Bisa ditempuh PP (Pergi-Pulang) ataupun bisa menginap di sana.
Kami sudah mengagendakan suatu saat untuk menyetir mobil sendiri ke Porto. Jalan-jalan dan silahturahmi ke rumah teman.
Indonesia dahulu kala merupakan salah satu jajahan Portugis (sebutan bangsa yang berasal dari Portugal). Namun yang dijajah tidak seluas wilayah Nusantara sekarang.
Pada abad ke-16 bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di Indonesia. Mereka berlayar di bawah pimpinan pelaut Afonso de Albuquerque untuk mencari rempah-rempah. Pada musim dingin, bangsa Portugis harus mengawetkan makanan dengan garam dan rempah-rempah kemudian daging dibekukan.
Portugal yang langsung berbatasan dengan Samudera Atlantik. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Indonesia terkenal dengan aneka ragam rempahnya seperti lada, pala, dan cengkeh di daerah Maluku (tahun 1512). Pada masa itu cengkeh dan lada merupakan komoditas langka dan berharga.
Tujuan bangsa Portugis datang ke Indonesia adalah menguasai perdagangan dan memanfaatkan rempah-rempah yang ada di Indonesia. Mencaplok kekayaan alam Indonesia, tapi mengabaikan kesejahteraan hidup rakyat Indonesia. Contoh nyatanya adalah Pulau Timor yang ditinggal dalam situasi merana dan miskin.
Ada beberapa kesamaan antara Portugal dan Indonesia. Selain ada kata-kata yang mirip, ternyata makanan pun juga mirip. Nasi adalah makanan utama di Portugal. Tak heran apabila kita makan di restoran, banyak sekali pilihan menu nasi. Setiap membeli menu steak di foodcourt mall, selalu diberikan pendamping nasi putih, kentang goreng/keripik kentang, telur ceplok, dan salad.
Sedangkan kata-kata yang sama seperti bola, boneka/boneca, bendera/bendeira, mentega/menteiga. dll.
Pelafalan suaranya mirip dengan bahasa Indonesia. Jadi saat melihat barang-barang di supermarket bisa diterka sedikit apabila tidak ada bahasa Inggrisnya. Kalau tidak ada ide artinya apa ya tinggal buka google translate.
TULISANNYA DETERGENT, TAPI TERNYATA...
Pernah suatu ketika saat belanja mingguan, mengambil botol putih yang bertuliskan “detergent”. Langsung seketika berpikir bahwa ini detergen cuci baju pada umumnya. Sangat pede tidak perlu cek google translate. Saat memasukkan detergent tersebut ke mesin cuci sudah berasa aneh, kok baunya kuat menyengat sekali yaa? Kayak bau apa ya ini? Masih berpikir keras.
Mesin cuci terletak menyatu di dapur. Saat saya memasak tiba-tiba berasa pusing gegara mencium aroma yang menyengat tersebut.
Saya langsung tersadar kalau itu bau pemutih yang khas.
Dan ternyata benar, langsung saya cek google translate, yang saya masukkan tadi adalah pemutih bukan detergen. Beberapa baju langsung rusak, untungnya kaos dan celana rumahan saja. Yang dipakai di rumah saja. Pantas saja saya seperti keracunan bau. Pasalnya, bukan hanya setetes yang dituangkan ke air, melainkan beberapa tutup botol. Hahaha.
Lain kali wajib berhati-hati sebelum membeli produk. Apalagi kalau di luar negeri yang bukan dengan bahasa Inggris.(*)