COWASJP.COM – Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Warga Indonesia seminggu kemarin turut berduka. Termasuk saya dan suami pun ikut sedih. Turut berduka cita atas meninggalnya putera salah satu sosok pemimpin yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia – Bapak Ridwan Kamil. Yaitu Emmeril Kahn Mumtadz yang akrab disapa Eril.
Setelah 1 minggu pencarian namun belum membuahkan hasil, maka Keluarga Ridwan Kamil telah menyatakan bahwa putra kesayangan beliau telah meninggal dunia. Semoga amal ibadah Eril diterima di sisi Allah. Amin.
Sebelum pindah tugas di Portugal, suami saya 9 bulan ditugaskan di Kota Lausanne, Swiss, oleh PT Philip Morris Internasional. Setelah itu April lalu suami saya dipindah-tugaskan ke Lisbon, Portugal. Penulis sebagai isteri dan dua akan laki-laki kami pun ikut pindah ke Lisbon.
Dalam kaitan peristiwa menyedihkan yang menimpa Eril, saya teringat kenangan tahun lalu. Tepatnya bulan Oktober 2021 ketika kami mengunjungi Sungai Aare – Sungai terpanjang di Swiss (292 kilometer) yang membelah kota Bern. Sungai yang arusnya menenggelamkan Eril, dan sampai Minggu 5/6/2023 belum ditemukan jasadnya.
Namun kami tidak berkunjung ke Kawasan Marzili – tempat di mana Eril terakhir terlihat. Kami berada di pusat kota, dekat Taman Beruang atau Baren Park.
Cerita kami tentang liburan ke Bern dalam rangka ulang tahun saya dan Zirco tahun lalu telah dimuat di Koran New Malang Pos yang sekarang telah berganti nama menjadi Malang Posco Media edisi 7 November 2021 atau di CowasJP.com (Laporan dari Swiss Edisi 17).
Sungai Aare memang sangat indah. Airnya jernih sehingga dasarnya pun terlihat. Warna turquoise atau hijau tosca yang menawan. Sungai Aare yang berada di Kawasan Marzili memang merupakan tempat olahraga air, antara lain berenang, rafting, dan surfing. Warga lokal Bern – Ibukota Swiss sering berkreasi di sini saat musim panas.
Sebenarnya bukan hanya di Sungai Aare, kebanyakan danau dan sungai di Swiss saat musim panas akan digunakan untuk berenang. Kota Lausanne – tempat saya tinggal juga memiliki Lac Leman atau Lake Geneva di daerah Ouchy yang sudah disediakan tempat untuk berjemur dan berenang.
Kami datang ke Sungai Aare (Aare River – Bern) pada saat awal mula musim gugur. Suhu sudah relatif dingin mencapai belasan derajat Celcius. Sehingga kami tidak menemukan warga lokal sedang berenang. Saya dan Zirco hanya foto di pinggir sungai dan kebetulan juga ada pagar pembatas sehingga aman bagi para pengunjung yang ada di sekitar situ.
Saat itu Papi Fariz (suami penulis) dan Zygmund (anak kedua kami) tidak ikut turun ke bawah (pinggir sungai), karena medannya penuh dengan anak tangga.
Sungai Aare di Kawasan Marzili merupakan sungai bebas dan lebar. Lebarnya sekitar 2x Sungai Kalimas yang ada di dekat Mall Surabaya Plaza/Delta atau Monumen Monkasel Surabaya. Bedanya Sungai Aare jernih dan Kalimas keruh. Seperti itu. Hehe.
Meskipun terlihat arusnya tenang dari atas namun sejatinya air yang mengalir di Sungai Aare begitu deras. Sehingga kalau orang berenang pun langsung cepat terbawa arus. Di sana pun telah diimbau bahwa yang boleh berenang hanya perenang yang berpengalaman. Warga lokal yang berenang, tidak memakai pelampung karena merasa sudah bisa.
Di beberapa pinggir sungai sudah tersedia tangga. Wisatawan bebas boleh berenang. Bisa dari mana saja di tangga yang telah dibuatkan, dan kapan saja mentas lagi ke daratan lagi.
Sungai Aare di dekat pusat kota Bern. (FOTO: Fariz Hidayat)
Banyak sekali tanda yang menunjukkan rekomendasi untuk mentas. Berdasarkan video Youtube dari Syarif Zapata – Swiss dijelaskan bahwa tempat yang biasa dibuat berenang ini sejauh 2 kilometer. Ada perbatasan di mana semua perenang dan perahu karet wajib segera naik ke atas. Terdapat juga penjaga sungai di penghujung perbatasan. Saking lebarnya Sungai Aare maka apabila dilihat dari atas jembatan perenang pun nampak sangat kecil.
Fasilitas di sekitar area tersebut juga sudah sangat lengkap. Terdapat ruang ganti pakaian, loker penyimpanan, shower di pinggir sungai untuk membilas badan, papan yang menunjukkan berapa suhu dan laju aliran sungai pada saat itu. Minggu kemarin suhu air rata-rata 15 derajat Celcius. Kalau dipegang rasanya seperti air dingin di kulkas.
Sebagai orang Asia yang terbiasa dengan suhu tropis, rasanya masih sangat terlalu dingin. Berenang di Malang dan Batu, Jawa Timur, tanpa adanya kolam air hangat badan sudah menggigil kedinginan.
Selain berenang di sungai juga tersedia kolam renang outdoor di kawasan tersebut yang suhu airnya lebih hangat, sekitar 23 derajat Celcius. Saat musim panas seluruh area ini penuh dengan pengunjung. Dari mulai hanya berjemur, melompat dari atas jembatan untuk mencebur ke sungai, hingga nongkrong di kafe. Dilansir dari Instagram Travel Blogger Syifa in Switzerland terlihat pasca kejadian juga masih ada yang berenang di sungai dan keadaan sekitar juga masih ramai.
TIPS BERENANG DI SUNGAI AARE, SWISS
Apabila sedikit dirangkum maka berikut adalah beberapa tips untuk bisa berenang dengan aman di Sungai Aare yang merupakan salah satu tradisi warga lokal Bern.
Pertama, mengetahui titik-titik masuk dan keluar Sungai Aare.
Kedua, memakai jaket pelampung supaya lebih aman meskipun sudah perenang berpengalaman. Untuk kapal karet juga tetap hati-hati karena banyak bebatuan.
Ketiga, berenang saat musim panas di mana suhu air mulai hangat serta menghindari arus deras tiba-tiba karena hujan.
Keempat, sesuaikan tubuh dengan suhu air. Hindari tiba-tiba langsung melompat dari atas jembatan.
Harus turun tangga ke bawah untuk mencapai bibir Sungai Aare. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Kelima, jangan berenang sendirian, alangkah baiknya ditemani warga lokal yang sudah mahir dan terbiasa.
Musim semi sekarang ini masih sering turun hujan dan cuaca cenderung mendung. Baik di Portugal maupun di Swiss. Sepertinya hal ini juga membuat Sungai Aare sedikit keruh. Hujan deras membuat arus sungai kencang dan debit air pun pasang. Meskipun Sungai Aare biasa dijadikan tempat berenang, namun di beberapa rute pejalan kaki sudah terpasang tulisan yang bunyinya AARE, YOU SAFE???
Hal ini bermaksud untuk meyakinkan setiap langkah perenang bahwa mereka harus siap dengan bahaya yang bisa saja terjadi di Sungai Aare.
Beberapa hari lalu suami bertanya, “kira-kira kalau terbawa arus begitu, langkah apa ya yang harus dilakukan supaya tidak tenggelam?”. Dengan sok pede, saya yang mantan atlet renang menjawab, “harusnya badan tetap santai, tidak boleh panik, berusaha mengikuti arus sambil bergerak ke tepian. Badan terlentang supaya mengambang, kalau berdiri bisa kecapekan karena kaki terus bergerak untuk mempertahankan supaya tidak tenggelam”.
Sungai Aare tempat olahraga air. (FOTO: Bern.com)
Namun itu hanya teori semata. Meskipun bisa berenang namun jiwa bak petualang tidak ada. Hehe.
Jangankan mau berenang di sungai, danau, atau laut. Kolam renang dengan kedalaman lebih dari 4 meter dengan dasar tak terlihat ditambah lagi penerangan tidak mumpuni saja tidak berani saya moms. Haha. Masih teringat pernah berenang di kolam arus Hawaii Water Park Malang. Saya dan adik tercinta Nugky Dyah Prastuti yang sudah memakai ban karet pun merasa was-was karena tidak sampai-sampai di tempat pemberhentian.
Apalagi tiba-tiba ada ombak datang di kolam arus, rasanya ketakutan, takut nanti tenggelam dibawa ombak. Padahal ini cuma kolam arus buatan. Kalau di sungai, danau, atau laut jelas sudah overthinking takut akan adanya buaya, ular, hiu, paus, dan semua hewan-hewan air lainnya.
Stay safe semua ya kawan pembaca apabila singgah di tempat baru.(*)