COWASJP.COM – Pesta Santo Antonio di Tires atau Festival di bulan Juni yang dikunjungi beberapa waktu lalu sudah berakhir. Belum sempat puas beli jajan farturas, ternyata semua food truck di arena festival sudah tidak ada jejaknya.
Harus menunggu momen-momen spesial lagi karena kebanyakan para food truck hanya ditemukan saat ada acara festival. Atau bisa juga lokasi tempat "mangkal" mereka belum terdeteksi oleh kami.
Tapi, ada info menyegarkan di official instagram dari KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Lisbon. Terpantau dari IG @Indonesiainlisbon ada pengumuman terkait Mercado Culinario Indonesio 2022. Acara ini hanya digelar 1 hari, yaitu pada Sabtu 18 Juni 2022. Dari pukul 12.00 – 16.00 WEST (Western European Summer Time).
Informasi ini sudah diposting di feed Instagram sejak tanggal 2 Juni 2022. Acara ini sudah dinantikan oleh banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Portugal, khususnya di Lisbon. WNI yang tidak berdomisili di Lisbon pun sudah mempersiapkan diri untuk datang di acara ini.
BACA JUGA: Bulan Juni Pesta Rakyat Menggelora di Seluruh Negeri​
WhatsApp grup Diaspora Portugal atau orang-orang Indonesia yang tinggal di Portugal juga sudah woro-woro (mengumumkan) sejak jauh hari. Ada yang mengingatkan para temannya untuk segera meluncur ke Lisbon pada tanggal 18 Juni.
Mereka juga mempromosikan menu dagangan saat hari H. Ada lontong sate ayam, Indomie goreng, dan rendang yang menjadi daya tarik tersendiri saat melihat poster acara ini.
Pembukaan Mercado Culinario Indonesio 2022 oleh Bapak Duta Besar - Rudy Alfonso. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Ketiga makanan ini adalah khas masakan Indonesia. Siapa yang tidak kangen dengan nikmatnya sate ayam Madura, per-indomie-an dan perbakmi-an. Tak ketinggalan adalah masakan nasi Padang di Rumah Makan Sederhana. Yang tinggal pilih mau lauk apa aja di atas meja. Ini adalah makanan favorit saya sekeluarga. Meskipun ketiga masakan ini pernah saya masak sendiri di rumah, namun kami tetap antusias untuk membelinya di acara Mercado.
Kalender di handphone sudah di setting supaya acara spesial ini tidak terlewatkan.
Sebagai warga yang baru saja pindah di Cascais – Lisbon selama hampir 3 bulan, bertemu dengan teman baru, keluarga baru yang sama-sama merantau di negara yang terkenal dengan prestasi sepakbolanya yang gemilang ini sungguh menyenangkan.
BACA JUGA: Sungai Aare Terlihat Perlahan Arusnya, tapi Sejatinya Sangat Deras​
Pukul 11.15 WEST, kami sudah berangkat dari apartemen yang berada di daerah Sao Domingos de Rana – Cascais menuju Lisbon. Butuh waktu sekitar 30 menit (by car) untuk sampai di Av. Dom Vasco da Gama 40, 1449 – 039 Lisboa – lokasi tempat KBRI.
Parkiran belum terlalu padat dan pintu KBRI masih dijaga oleh 2 polisi berbaju biru muda. Sudah ada beberapa pengunjung yang menunggu di pintu masuk, sekitar 15 orang. Datang di waktu awal supaya tidak kehabisan makanan dan bisa memilih tempat duduk yang pas. Agar DoubleZ (dua anak laki-laki kami: Zirco dan Zygmund) tetap nyaman.
Karya @restylingcrafts.(FOTO: Okky Putri Prastuti)
Kami pernah memiliki pengalaman buruk saat di Swiss. Dua kali KBRI Bern mengadakan acara serupa (bazar makanan Indonesia). Kami datang telat dan makanan sudah banyak yang habis.
Pintu masuk dibuka tepat jam 12.00 WEST. Tidak ada pengecekan sertifikat Covid, suhu tubuh ataupun identitas diri. Portugal sudah bebas wajib masker sejak 22 April 2022, baik indoor maupun outdoor.
Kami hanya melihat penggunaan masker saat di transportasi bus umum yang melintas.
Mercado Culinario Indonesio dibuka untuk umum tanpa biaya tiket masuk. Bukan hanya untuk WNI, banyak juga bule-bule yang datang untuk mencoba aneka makanan Indonesia.
Ada 7 stand makanan yang sudah berbaris rapi. 2 stand di bagian kanan dan sisanya di kiri. Menu yang disajikan ada bakso, siomay, batagor, aneka es, rendang, nasi goreng, mie goreng, nasi liwet, lontong sate ayam, cilok, nasi uduk, nasi pecel, dan aneka gorengan.
BACA JUGA: Euforia Weekend di Lisbon Tidak Menggebu Lagi, Mengapa?​
Rasanya semua ingin dibeli. Rata-rata per porsi makanan yaitu 6 Euro = Rp 93.600. 1 Euro = Rp. 15.600. Tidak ada satupun stand yang menyajikan menu yang sama. Sepertinya para penjual sudah berjanjian sebelumnya, hehe.
Ada juga stand Pasar Indonesia di Portugal namanya SUASA.PT. Suasa menjual segala kebutuhan sehari-hari khas Indonesia yang pasti ada Indomie, Kecap ABC, Bumbu Bamboe, Tolak Angin hingga Bir Bintang. Yang menarik lagi ada stand dari @restylingcrafts – sebuah Arts & Crafts Store yang berbasis Handmade Crafts Fashion Accessories. Pemuda bernama Dinzdin yang tinggal di Coimbra – Portugal menyulap kain batik khas Indonesia dan Portugal menjadi sebuah fashion accessories.
Acara dibuka oleh sambutan Bapak Rudy Alfonso selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Portugal. Beliau berkata bahwa ini merupakan acara offline pertama kali yang digelar selama pandemi Covid-19. Bahkan di Hari Raya Idul Fitri pun tidak ada acara offline. Silahturahmi bersama warga Indonesia, waktu itu, dilakukan melalui zoom online.
Pesan Bapak Rudy Alfonso “Selamat menikmati makanan Indonesia untuk semua pengunjung”. Pidato beliau dibawakan dalam Bahasa Inggris. Sementara MC yang memandu acara menggunakan bilingual – Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris.
Berkenalan dengan Dubes RI di Portugal: Bapak Rudy Alfonso. (FOTO: Fariz Hidayat)
Bapak Dubes kelahiran Mambi, Sulawesi Barat, pada 15 September 1965 itu boyongan bersama istri dan kedua putera-puteri yang sudah remaja. Beliau baru 6 bulan menjabat Duta Besar di Portugal.
Sebelumnya Bapak Rudy merupakan politikus Partai Golkar. Pernah menjabat sebagai Bidang Hukum Partai Golkar tahun 2017.
Suami juga sempat melontarkan pertanyaan “Bagaimana suasana pekerjaan dari karir sebelumnya, kemudian sekarang memasuki jalur diplomatik Pak?”
“Ya, okelah”, jawabnya singkat sambil tersenyum dan mengingatkan kami untuk makan siang.
BACA JUGA: Wisata Pantainya Terkenal, Pesan Steak Selalu Ada Nasinya​
Saya juga bertemu teman-teman baru. Ada Mbak Roya dan kedua puterinya yang sudah menetap di Amadora – Lisbon selama 4 tahun. Mbak Roya diboyong suaminya Pak Nova karena bertugas di KBRI Lisbon. Ada lagi Mbak Vanila yang ternyata sama-sama warga Sawojajar Malang (tempat saya tinggal di Malang). Belum sempat ngobrol banyak karena beliau sedang sibuk melayani para pengunjung yang pesan sate ayam.
Yang paling unik tiba-tiba disapa orang bule “Enak sate ayamnya?” dengan berbahasa Indonesia fasih tanpa ada logat-logat bule. Pak Rustam namanya.
Dengan kaget saya bertanya: “Wow, kok fasih sekali Bahasa Indonesianya?"
Suami penulis, Fariz Hidayat (kanan) bincang-bincang santai dengan Bapak Dubes. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
"Emang tidak boleh bule lancar Bahasa Indonesia, hehe, " candanya. Beliau dan istrinya Ibu Efti (domisili Jakarta) pindah dari Amerika (lebih dari 20 tahun di Amerika) dan menetap di Coimbra – Portugal untuk waktu yang lama.
Sudah kenyang makan 2 porsi lontong sate ayam, 1 porsi cilok, dan 1 porsi bakso. Sebenarnya ingin sekali beli nasi pecel lengkap dengan tempe goreng, bakwan jagung, dan peyek kacang. Tapi perut sudah tidak muat.
Semoga ada acara kuliner lagi seperti ini ke depannya. Acara yang pasti dinanti oleh seluruh warga WNI di Portugal. Makanan Indonesia selalu di hati.(*)