COWASJP.COM – Kematian mahasiswi I di Apartemen Cipulir Jakarta, dipastikan akibat suntik silikon di bokong. "Penyuntiknya, L (Lisa) bukan dokter," kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto di konferensi pers, Rabu (22/6).
***
KEPASTIAN ini hasil otopsi bedah mayat I (31, semula disebut polisi 22 tahun) di RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur.
Hasil otopsi dikonfrontir dengan keterangan tersangka Lisa (29) selaku penyuntik. Lisa mengakui, menyuntikkan silikon ke bokong I. "Sehingga ada kecocokan," ujar Kombes Budhi.
Dengan kepastian ini, kasusnya jadi jelas. Tidak ada spekulasi. Tulisan di kolom ini, kemarin menduga, kematian I akibat suntikan filler, disebut Brazilian Butt Lift (BBL). Ternyata suntikan silikon di bokong.
BBL dengan silikon berbeda. Jauh. Sama-sama disuntikkan ke bokong, tapi beda cara.
BBL adalah memindahkan lemak, dari titik tertentu yang dkehendaki pasien (biasanya perut), dipindah ke titik tertentu (dalam kasus ini: bokong). Prosesnya sedot dan suntik.
Suntik silikon cuma satu kali suntik saja, cairan silikon langsung ke bokong. Hasil otopsi, I mati akibat overdosis silikon di bokong. Ambyar... Menyumbat pembuluh darah. Sakit luar biasa. Mati.
Kombes Budhi: "Kami tangkap satu tersangka lagi inisial RH (41) juga transpuan. Peran RH (alias Bella) adalah merekomendasi korban I, agar disuntik silikon oleh L (Lisa). Dan, RH mendapat komisi dari L atas pasien yang jadi korban."
Lisa dan Bella, sama-sama transpuan. Polisi tidak menyebut nama pria mereka. Tapi disebut polisi, korban I kenal akrab dengan Bella. Lantas, minta pertimbangan suntik silikon. Oleh Bella, korban I diarahkan ke Lisa.
Lisa dan Bella sama-sama mengelola salon. Sedangkan, salon Lisa adalah apartemen, atau TKP terbunuhnya I.
BACA JUGA: Wanita Berani Mati Asal Punya Bokong Gede​
Dikutip dari situs United States Food and Drug Administration (FDA) suntik silikon ke bokong, jauh lebih mematikan dibanding BBL. Artinya, jumlah korban mati akibat suntik silikon jauh lebih banyak dibanding BBL.
Dr. Clyde Ishii, Presiden American Society for Aesthetic Plastic Surgery (ASAPS) mengatakan, FDA melarang penggunaan suntik silikon untuk kosmetika sejak 1990-an. Karena sangat berbahaya.
FDA melarang BBl, apalagi suntik silikon. Tapi praktik ilegal tetap saja ada di Amerika. Tarif BBL (ilegal) di sana berkisar USD10 ribu (sekitar Rp140 juta). Sedangkan, suntik silikon sepersepuluhnya. Atau setara Rp14 juta.
Dr Ishii tidak memungkiri, ada banyak suntik silikon yang sukses. Dilakukan dokter ahli bedah plastik. Pasien tetap hidup. Hasilnya, bokong jadi montok, seksi. Ia katakan begini:
"Awalnya terlihat bagus. Tapi seiring waktu, di bokong terbentuk jaringan parut. Kian lama kian melebar. Terus tumbuh dan berkembang. Mengapa bisa begitu? Karena, silikon menjalin jalan ke jaringan tubuh. Lama-lama menjadi kental dan keras, dan tidak mungkin untuk dihilangkan. Karena silikon sudah menyatu dengan jaringan tubuh.”
Dr Ishii tidak memastikan, berapa lama munculnya parut bokong sejak saat disuntik? Karena, tergantung daya tahan masing-masing orang. Tapi kisarannya, tiga sampai lima tahun setelah disuntik.
Persoalan lain, bahan silikon. Ada bahan silikon farmasi yang memang untuk kepentngan medis. Tentunya, harga mahal. Ada yang menggunakan bahan silikon bukan medis. Ini biasa dilakukan oleh bukan dokter.
"Mereka membeli silikon dari Home Depot atau Lowe's," jelas Dr Ishii. Maksudnya, itu toko material bahan bangunan, kalau di Indonesia seperti Mitra 10.
Silikon jenis ini biasa digunakan tukang bangunan untuk menutup garis, pertemuan antar pasangan keramik lantai. Bahasa tukang kita disebut 'nat;.
"Silikon jenis ini jauh lebih murah daripada silikon kelas medis," tulis Dr Ishii.
Salah satu akibat suntik silikon. Seperti yang dialami Hang Mikou, model cantik asal Korea Selatan. Lihat foto. Yang kiri wajah asli, yang kanan setelah suntik silikon. (FOTO: Dailymail - solo.tribunnews.com)
Selain soal bahan, juga keahlian penyuntik. Harus dilakukan dokter ahli bedah plastik. Dengan dosis silikon medis maksimal 300 mililiter. Mengapa begitu" Dr Ishii menjelaskan, begini:
Jika penyuntiknya bukan dokter ahli bedah plastik, maka arah suntikannya spekulatif. Kita sebut: Untung-untungan.
Jika arahnya benar, maka bisa sukses. Tapi, dengan munculnya parut bokong, seperti penjelasan di atas. Sedangkan, kalau meleset, suntikan masuk ke pembuluh darah.
Kemudian, silikon terbawa darah, menuju jantung atau paru-paru. Di situlah aliran darah tersumbat. Mengakibatkan pasien mengalami sakit luar biasa. Akhirnya aliran darah macet. Pasien mati.
Di kasus Apartemen Cipulir, polisi belum mengumumkan, silikon jenis apa yang disuntikkan ke bokong I, dan berapa volumenya? Polisi hanya menyebutkan, over-dosis silikon.
Tapi, lihatlah ini. Dari tersangka, polisi menyita sejumlah barang bukti. Di antaranya, 1 jeriken (ukuran 5 liter) berisi cairan ethanol 96%, 1 jeriken (ukuran liter) berisi cairan silikon, 1 kardus berisi suntikan kosong yang masih tersegel, dan satu wadah obat bius merek LIDOCAINE.
Dr Ishii menyebut, maksimal suntikan 300 mililiter silikon, di kasus ini, dari barang bukti yang disita polisi, disiapkan literan silikon. Juga, literan ethanol.
Mungkin saja, maksud tersangka antisipatif, begini: "Siapa tau silikonnya kurang." (*)