COWASJP.COM – "Sing waras ngalah." Itu pepatah dalam bahasa Jawa. Biasa dipakai untuk membuat suasana gaduh agar menjadi lebih tenang. Caranya, salah satu pihak yang sedang "berseteru" diminta untuk tidak meladeni lawannya. Diminta mengalah.
Dalam budaya Jawa, 'ngalah' tidak mesti kalah. "Wani ngalah luhur wekasane". Siapa yang mengalah, justru akhirnya mendapat tempat yang mulia. Yang lebih tinggi. Di sinilah pesan "sing waras ngalah" mendapat konteks yang pas.
Tapi, pepatah Jawa tersebut, untuk era medsos saat ini sepertinya mesti harus "disesuaikan." Di saat orang yang tidak waras merajalela menebar informasi palsu, fake news, hoaks dan ujaran kebencian, maka yang waras tidak boleh ngalah.
"Aja ngalah. Kalau yang waras ngalah, nanti yang tidak waras akan menguasai. Merajalela," pesan KH Mustofa Bisri kepada para peserta Dialog Kebangsaan di Universitas Alma Ata Yogyakarta, Senin (18/7).
Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien Rembang ini lantas mengajak "orang-orang waras" untuk membanjiri media sosial dengan konten-konten yang sehat. Konten yang benar. Konten yang baik.
Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menilai selama ini "orang waras jarang yang twitteran." Jarang bermain medsos. Itulah sebabnya dia heran saat melihat follower-nya yang mencapai 2,5 juta orang.
"Gumun saya. Santri di pondok saja hanya 500 orang, di twitter santri saya bisa sampai 2,5 juta. Ini kan karena orang mau cari yang lain tidak ada. Akhirnya ngikuti saya. Coba kalau ada kiai-kiai lain main twitter pasti followers saya tidak sebanyak itu," selorohnya.
Akun twitter @gusmusgusmu hingga berita ini ditulis, diikuti oleh 2,4 juta followers. Sedangkan akun instagram Gus Mus @s.kakung diikuti oleh 572 ribu followers. (*)