COWASJP.COM – Bocah kecil (Bocil) itu dengan tekun menggores-goreskan pensil warna ke kertas gambar. Ia begitu asyik. Di sampingnya ada wanita cantik memperhatikan dengan serius. Sekali-kali wanita itu memberikan petunjuk begini begitu. Wanita itu biasa dipanggil mbak Yanie, guru privat mewarnai dan menggambar di Kota Madiun. Berikut tulisan Santoso, wartawan senior di Madiun.
***
IBU dua putra itu, Riyani Handayani, sebenarnya belum genap setahun kembali ke kota kelahirannya, Madiun. Semula ia merantau ke Batam. Pulang gara-gara pandemi yang memorakporandakan sanggarnya Trendy Art, yang memberi kesempatan anak-anak belajar mewarnai, melukis, tari dan modeling.
Di Madiun maunya mendirikan sanggar serupa. Namun apa mau dikata. Selain tak punya hubungan, pun modal cumpen (tak cukup). Sampai beberapa bulan ia lontang lantung.
Suasana pandemi membuat upayanya amat sangat terbatas. Apalagi dianggap wong anyar di kota ini.
Ia tak menyerah oleh keadaan. Membuat sanggar seperti di Batam jelas belum mungkin. Akhirnya diputuskan untuk mengajar privat mewarnai dan melukis untuk anak-anak. ‘’Tapi apa ya laku,’’ pikirnya saat itu.
Bisa dimaklumi kemasgulannya. Biasanya orang tua memberikan les kepada anaknya ya pelajaran sekolah. Seperti matematika, bahasa Inggris dan sebagainya. Sedang talenta dia di jurusan seni lukis. Selain memahami seluk beluk seni lukis, ia juga paham paedagogik, ilmu yang didapat di Unesa (dulu IKIP Surabaya).
Mengajar privat di rumah muridnya. (FOTO: Santoso)
Tuhan selalu memberi jalan kepada umatnya yang mau berusaha. Kebetulan ada sahabatnya di Batam yang merekomendasikan ke familinya di Madiun.
‘’Murid saya pertama di Madiun, putrinya mbak Mila Saruci, yang akung kenal itu,’’ ungkapnya. Ditambah satu murid lagi. Jadi dua murid itu merupakan cikal bakal dia eksis di Madiun.
Dua ditekuni, yang lain menyusul berturut-turut. Dengan melandainya pandemi dan gencar promosi di media sosial membuat muridnya semakin banyak. Sekarang dalam sehari ia bisa keliling Kota Madiun dan sekitarnya mendatangi satu per satu rumah muridnya.
Sehari ia mendatangi 3 sampai 4 murid. Kecuali Jumat dan Sabtu sampai 6 anak. Selain jam pendek juga Sabtu sekolah libur, hingga jam kerjanya pun bisa lebih panjang. Tak hanya di dalam kota saja, sampai luar kota pun ia lakoni.
‘’Yang saya lakukan sekarang, bagaimana mendapatkan uang halal. Tak peduli harus motoran siang panas kentang-kentang,’’ katanya bersemangat.
Ide datang ke rumah murid memang merupakan celah yang bisa ditembus. Biasanya anak les mewarna atau melukis harus datang ke rumah guru. Yanie jemput bola. Dia yang mendatangi muridnya. .
‘’Itu celah yang saya ambil,’’ ungkapnya. Orang tua juga senang lantaran tak perlu keluar rumah.
Persiapan tampil di Night Carnival di Nganjuk, mewakili DPD Akari Kepulauan Riau. (FOTO: Santoso)
Bukan tanpa kendala. Khususnya orang tua yang kadang tak peduli dengan minat dan bakat anaknya. Kadang yang minat ibunya, justru anaknya yang tidak mau.
Ia bersyukur bahwa pendidikannya memungkinkan untuk bisa bergaul dengan anak-anak.
Secara psikologis, anak-anak memang butuh perhatian dan kasih sayang. Ibaratnya dengan pensil warna, ia pun dekat dengan anak-anak. Ditambah keakrabannya dalam bergaul dengan siapa saja, hingga membuat banyak teman.
Bahkan sekarang dia dipercaya memegang ekskul melukis di MI Al Amin, Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun.
Merangsang Fungsi Motorik
Dari berbagai artikel disebutkan, kegiatan mewarnai bagi anak mempunyai berbagai fungsi. Di antaranya bisa mendukung perkembangan otak anak. Karena bisa meningkatkan kerja otot tangan sekaligus kemampuan motorik. Hal ini dipicu gerakan tangan yang berkesinambungan dalam mengontrol gerakan pensil warna atau alat yang lain.
FOTO: Santoso.
Pun melatih kemampuan koordinasi. Saat mewarnai ada dua bagian tubuh yang sangat dimaksimalkan. Tangan dan mata. Hal ini sangat baik dalam melatih koordinasi kedua organ tubuh tersebut.
Selain itu mewarnai juga membutuhkan kejelian anak dalam melihat bagian-bagian mana yang hendak diwarnai. Kebiasaan ini juga membuat anak gampang untuk menulis huruf.
Alumnus SMAN 1 Madiun ini tak hanya melatih mewarna dan menggambar. Ia aktif dalam Asosiasi Karnaval Indonesia (Akari). Dan setiap tahun —bulan Agustus— ia diberi kesempatan tampil oleh WACI (Wonderful Archipelago Carnival Indonesia) yang menonjolkan ‘’wisdom’’ (kearifan) daerah masing-masing.
Seperti yang pernah ia wakili adalah Kepri (Kepulauan Riau) saat mengikuti Nganjuk Night Carnival belum lama ini. ‘’Meski sudah di Madiun tetap dihubungi, apalagi Nganjuk kan dekat.’’
‘’Saya baru setahun di Madiun, belum banyak berkiprah. Tapi saya sudah mulai,’’ tambahnya.(*)