COWASJP.COM – Uang itu perlu, tapi kepuasan batin tak bisa diukur dengan lembaran uang berapa pun jumlahnya. Karena itulah banyak orang yang usianya sudah senja dan waktunya beristirahat, masih berkecimpung di dunianya. Berikut tulisan Santoso alias Akung Bondet, wartawan senior di Madiun.
***
BUKAN sekadar cari uang. Tapi bagaimana kita bisa mentransferkan ilmu kepada orang lain, itu yang terpenting, begitu kata Hesti Patorangan, guru musik di Madiun yang tak pernah lelah bergaul dengan keyboard, gitar dan alat musik. Tapi kalau mengajar drum saya angkat tangan. Sudah tua, akunya.
Meski usianya sudah menyentuh angka 5, namun Hesti tak mau berhenti. Tak hanya mengajar les privat bidang musik saja. Pun tampil di Joglo Palereman Kelun, sebagai MC, player, maupun vokalis.
Diakui atau tidak, dengan adanya El Shinta, musik electone yang dipandegani oleh Pak Kuswanto ini, Joglo Palereman Kelun semakin menjadi tujuan pencari hiburan di malam hari. Apalagi sekarang tak hanya Sabtu dan Minggu saja tampilnya. Tapi hampir setiap hari, sehingga, joglo semakin ramai setiap malam.
Pun hari Sabtu dan Minggu pagi. Dipastikan para penggowes maupun ibu-ibu usai senam pun berombongan datang ke joglo untuk melemaskan otot dan urat saraf.
Dulu, sebelum ada hiburan ini, jangankan pengunjung, pelapaknya sendiri enggan berjualan selain hari Sabtu dan Minggu. Hari-hari biasa, dipastikan banyak lapak kosong.
Sebagai MC, Hesti pintar mengajak pengunjung untuk bersama-sama tarik suara. Menyenangkan. (FOTO: Santoso)
Kalau akhirnya Hesti Patorangan bergabung dengan Pak Kuswanto di joglo tentu bukan tanpa sebab. Sebagai ibu rumah tangga, apalagi tinggal di sebuah perumahan, tidak nyaman kalau setiap malam keluar rumah untuk ngamen demikian istilahnya. Belum lagi suaminya bekerja di luar pulau. Bisa jadi bahan gosip yang mengasyikkan. Saya menghindari gosip, ungkapnya.
Di joglo, selain dekat dengan rumah, juga ia sudah banyak dikenal warga. Termasuk para sesepuh di Perumahan Kartoharjo Indah yang hampir setiap malam menghibur diri di joglo. Karena itulah setelah pandemi mulai melandai, ia pun menemui Pak Kus. Kalau ingin penyanyi tuwek-tuwekan, saya siap pak Kus, katanya.
Dan ternyata tak hanya nyanyi, Hesti juga diminta jadi MC. Dengan pendekatan yang baik, maka pengunjung yang semula malu-malu kucing akhirnya mau on stage juga.
Yang jelas ada imbas positif lainnya. Dengan tampil di joglo, membuat masyarakat semakin mengenal. Sehingga kalau musim hajatan bisa kebagian job.
Mengenakan jilbab, Hesti selalu melantunkan Bismillah merupakan lagu pembuka yang dilantunkan Hesti. Ia pun menyapa seluruh pengunjung. Termasuk para pelapak maupun pedagang kaki lima yang banyak berjualan di Taman Kelun.
Setelah itu, ia pun memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melantunkan satu atau dua buah lagu.
Penulis (kedua dari kiri) pun tergerak untuk santai bernyanyi di panggung. (FOTO: Dok. Santoso)
Keakraban dengan pengunjung itulah ia jalin. Sehingga suasana joglo penuh kekeluargaan. Yang tua dan yang muda berbaur menyanyi dan joget bersama.
Sayangnya, belum ada support system yang memadai. Diakui atau tidak, hiburan musik ini menjadi daya tarik dan magnet bagi Joglo Paleraman Kelun.
Pengunjung pasti tak akan datang berkali-kali hanya untuk sekadar makan. Sayangnya boleh dibilang, kru musik ini mandiri dalam segala hal. Tapi gak papa, niat kami memberi hiburan, pungkasnya.(*)