COWASJP.COM – Indonesia untuk kali pertama, menerbitkan green sukuk seri PBSG001, melalui lelang di pasar domestik, Selasa 20 September 2022 lalu.
Sebelumnya, green sukuk telah sukses lima kali diterbitkan di pasar internasional, dan tiga kali di pasar domestik untuk individu WNI.
Sukuk Negara Ritel adalah produk investasi syariah yang ditawarkan pemerintah kepada induvidu WNI.
Sedangkan Green Sukuk, merupakan inovasi pembiayaan hijau, untuk mendukung komitmen pemerintah dalam menanggulangi perubahan iklim.
***
Pembiayaan Hijau Pemerintah Indonesia
Setelah sukses dalam 5 kali penerbitan Green Sukuk di pasar perdana internasional dan 3 kali di pasar domestik untuk individu WNI, Pemerintah Indonesia pertama kalinya menerbitkan Green Sukuk seri PBSG001 melalui lelang di pasar domestik pada tanggal 20 September 2022.
Tingkat imbalan (kupon) ditetapkan sebesar 6,625% dengan yield yang dimenangkan sebesar 6,79292%.
Instrumen keuangan hijau ini sangat diminati oleh investor, terlihat dari total penawaran yang masuk sebesar Rp11,158 triliun. Jauh melebihi target indikatif lelang untuk keseluruhan seri sebesar Rp9 triliun.
PBSG001 memiliki tenor 7 tahun dan akan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2029.
Sebelumnya melalui Global Green Sukuk berdenominasi USD, Pemerintah dianugerahi berbagai penghargaan Keuangan Berkelanjutan, ESG dan SRI internasional. Dan menjadi pelopor negara pertama di dunia yang menciptakan portofolio investasi hijau melalui penerbitan Sovereign Green Sukuk.
Beberapa Lembaga internasional yang memberikan penghargaan untuk Pemerintah Indonesia antara lain:
IFR Asia
Islamic Finance News
Finance Asia
Euromoney
The Asset Triple A
Climate Bond Initiative
Cambridge IFA
Global Green Sukuk tahun ini bertenor 10 tahun dan berhasil didistribusikan kepada investor Asia, Timur Tengah, Amerika Serikat dan Eropa dengan total investor green sebesar 46%.
Sementara itu, Green Sukuk Tabungan yang telah diperkenalkan kepada investor individu sejak tahun 2019 telah berhasil menggaet lebih dari 41,646 ribu investor, dan diproyeksikan akan semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan literasi masyarakat terhadap instrumen investasi SBN Ritel online. Bertambahnya channel pemesanan yang dapat diakses di lebih dari 30 Bank, Fintech, Aperd, dan Perusahaan Sekuritas yang tergabung sebagai Mitra Distribusi SBSN Ritel Online.
TEMBUS GENERASI MILENIAL 48 PERSEN
Penerbitan Green Sukuk Tabungan juga merupakan penerbitan Green Sukuk Ritel pertama di dunia. Sukuk Tabungan melalui platform online kepada masyarakat. Dan sukses menarik investor – investor baru di Indonesia terutama generasi muda.
Hal ini dibuktikan dengan tingkat rata-rata partisipasi terbesar pada Generasi Milenial (48%) diikuti oleh Generasi X dan Baby Boomers.
Total Green Sukuk yang diterbitkan di domestic mencapai Rp11,88 triliun. Di tahun ini, Sukuk Tabungan direncanakan akan diterbitkan pada bulan November 2022.
Penerbitan ESG Bonds dunia telah mencapai USD1 triliun pada tahun 2021 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 70% sejak 2019. Di tengah meningkatnya perhatian dan kebutuhan pasar keuangan akan instrumen bertema lingkungan, lelang Green Sukuk membuka kesempatan bagi investor institusi untuk dapat melaksanakan transaksi di pasar perdana. Dalam mata uang rupiah secara reguler. Berdasarkan calendar of issuance penerbitan Sukuk Negara melalui lelang, seri PBSG001 rencananya akan ditawarkan sebulan sekali. Bagi investor yang berminat mengikuti lelang seri ini dapat menghubungi 18 Dealer Utama SBSN yang terdiri dari Bank Umum, Bank Umum Syariah maupun Perusahaan Sekuritas.
Menyusuli seri Global Green Sukuk dan Green Sukuk Tabungan, Pemerintah mengalokasikan seluruh dana hasil penerbitan instrumen PBSG001 untuk membiayai belanja negara yang memenuhi syarat. Untuk dikategorikan sebagai belanja lingkungan (Environment Focus) berdasarkan SDGs Government Sovereign Securities Framework.
Debut penerbitan PBSG001 ini mengokohkan komitmen pemerintah atas aksi perubahan iklim sekaligus guna mewujudkan agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.
Dampak Pembiayaan Hijau
Untuk memastikan bahwa investasi Green Sukuk menghasilkan dampak positif bagi lingkungan dan/atau sosial yang berkelanjutan selain keuntungan finansial, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan pelaporan yang transparan tentang jumlah dana yang dialokasikan dan digunakan. Juga dampak lingkungan dan sosial dan kemajuan proyek hijau yang dipilih sebagai underlying penerbitan, sesuai dengan framework yang digunakan.
Hingga saat ini, Indonesia telah 4 kali menerbitkan laporan sejak tahun 2019 dan akan terus menerbitkan Green Sukuk Allocation and Impact Report hingga masa jatuh tempo sukuk. Report yang diterbitkan oleh Pemerintah meliputi ringkasan framework, alokasi dan dampak proyek unggulan, daftar proyek, indikator dan metodologi pengukuran dampak.
Seluruh laporan telah mendapatkan review dari 3rd party assurance yakni KPMG (2019), PWC (2020), dan Ernst & Young (2021, 2022).
Berdasarkan impact report Green Sukuk tahun 2022, hasil penerbitan Green Sukuk tahun sebelumnya sebesar 38,4% digunakan untuk pembiayaan sustainable transport. Kemudian yang 35,6% dimanfaatkan untuk menurunkan risiko perubahan iklim di daerah – daerah rawan bencana dengan total aktivitas mitigasi sebesar 64,5% mitigasi. Sedangkan sisanya berupa aktivitas adaptasi.
Beberapa landmark pendanaan Green Sukuk antara lain:
*solar power plant project
*micro hydro power plant project
*kontruksi dan manajemen infrasktruktur kereta api Palembang
*pembangunan dam, bendungan serta proyek proteksi pantai dan preservasi ladang sawah.
***
Dari penerbitan Green Sukuk sejak tahun 2018, diproyeksikan tercatat terjadi penurunan emisi gas rumah kaca sebanyak 10,42 juta ton CO2e. Tambahan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan sebesar 7,36 juta kWh, 8,51 juta rumah tangga yang mendapat manfaat dari pengelolaan sampah yang lebih baik, dan proyek – proyek ramah lingkungan lainnya.
Sejak tahun 2018, Green Sukuk telah berkontribusi untuk pencapaian sasaran SDGs nomor 1 (Tanpa Kemiskinan), 2 (Nol Kelaparan), 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), 5 (Kesetaraan Gender), 6 (Air Bersih dan Sanitasi untuk Semua), 7 (Energi Terjangkau dan Bersih), 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), 10 (Mengurangi Ketimpangan), 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan 13 (Aksi Iklim).
Perhatian ke depan
Ke depan, Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen dalam penanganan dampak buruk perubahan iklim. Sebagai segmen keuangan yang baru dan penting untuk dikembangkan, edukasi berkelanjutan, tidak hanya harus dilakukan kepada investor namun juga kepada issuer, terutama terkait pemahaman atas instrumen keuangan hijau ini serta dampaknya.
Athius Shalikhah (penulis) dan anak kecilnya. (FOTO: Dok. Keluarga Abu Muslich)
Di samping itu, diperlukan dukungan terus menerus dari regulator dan pengambil kebijakan industri keuangan untuk mendorong pembiayaan dan investasi bertema lingkungan dalam rangka pengembangan sektor keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Sebagaimana dipahami, dengan kondisi geografis dan sosiologis yang ada, Indonesia termasuk dalam negara dengan peringkat kerentanan terhadap bencana relative tinggi. Hal ini juga selaras dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28H yang menyatakan bahwa negara harus menjamin kehidupan dan lingkungan yang baik bagi warga negaranya. Yang kemudian mendasari komitmen Indonesia untuk aksi perubahan iklim.(*)
Penulis: Athius Shalikhah, Puteri dari Mantan Wartawan Jawa Pos, Abu Muslich.