COWASJP.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan selamat kepada Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) yang baru diangkat sebagai perdana menteri negara tersebut.
Ucapan tersebut disampaikan melalui pernyataannya di Twitter pada Jumat (30/9/2022).
Presiden Jokowi menganggap MbS sebagai seorang teman dekat Indonesia.
"Saya mengucapkan selamat kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman, teman dekat Indonesia, atas pengangkatannya sebagai Perdana Menteri Arab Saudi," ujar Presiden Jokowi .
"(Saya) menantikan untuk bekerja sama lebih erat lagi dalam memajukan hubungan bilateral kita, termasuk di bidang ekonomi," tambah presiden
Diberitakan Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud dari Saudi Arabia merombak kabinet pemerintahan. Salah satunya melantik MbS sebagai perdana menteri pada Selasa (27/9/2022) melalui dekrit kerajaan.
Mohammed bin Salman sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan sekaligus pemimpin de facto Arab Saudi.
Seorang pejabat Saudi mengungkapkan peran MbS sebagai perdana menteri bakal sejalan dengan tugas yang diberikan Raja kepadanya.
Beberapa tugas itu termasuk menjadi perwakilan Saudi dalam kunjungan asing dan menjadi tuan rumah pertemuan yang diselenggarakan kerajaan.
Perdana menteri Arab Saudi bertugas memimpin Dewan Menteri. Dewan tersebut bertanggung jawab atas urusan eksekutif dan administratif Arab Saudi, seperti kebijakan asing dan dalam negeri, pertahanan, finansial, kesehatan, dan edukasi.
Direktur Program Timur Tengah di Pusat Strategis dan Studi Internasional (CSIS), Jon Alterman, menilai bahwa penunjukan MbS sebagai perdana menteri tak bakal memberikan perubahan besar dalam kebijakan Saudi.
Ia kemudian berucap, "Itu mungkin berhubungan dengan aspek internasional, yakni secara formal menjadikannya kepala pemerintahan ketimbang seorang kepala negara yang sedang menunggu diangkat secara resmi." katanya.
Sebagaimana diberitakan The Straits Times, penunjukan putra mahkota sebagai perdana menteri bukanlah sesuatu yang sering terjadi.
Pada 1950-an, mantan Putra Mahkota Faisal al Saud menjadi perdana menteri dan mengambil alih pemerintahan. Namun, ini berujung pada perebutan kekuasaan yang membuat raja Saudi kala itu lengser.
Meski begitu, seorang analis Saudi yang dekat dengan pemerintah kerajaan, Ali Shihabi, menilai hal tersebut tak terjadi saat ini.
Penunjukan MbS sebagai perdana menteri bak "meresmikan situasi de facto", katanya.
"Ini terlambat sebenarnya. Mengingat dia [MbS] telah menjadi CEO dari peran kepemimpinan Raja selama bertahun-tahun," lanjut Shihabi.
Sementara itu, pakar politik Saudi di Universitas Birmingham, Umar Karim menilai: MbS telah melewati fase perebutan kekuasaan dan memenangkannya, sehingga yang terjadi saat ini lebih kepada pengaturan kewenangannya.(*)