COWASJP.COM – Tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur mendapatkan sorotan luas. Tragedi yang menelan 131 korban jiwa itu tengah menyita perhatian publik. Ungkapan belasungkawa pun berdatangan dari sejumlah tokoh global.
Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) menyampaikan pesan belasungkawa atas insiden yang menewaskan ratusan korban jiwa itu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kami telah mengetahui berita tentang korban kerusuhan yang terjadi selama pertandingan sepak bola dan mengakibatkan kematian dan cedera,” ujar Raja Salman, melansir dari Arab News, Kamis, (6/10/2022).
“Kami menyampaikan kepada Anda, keluarga almarhum, dan masyarakat Indonesia, duka cita yang sedalam-dalamnya,” lanjutnya.
Ia berharap, proses pemulihan bagi seluruh korban terdampak bisa berjalan cepat. Selain itu, ia juga mendoakan agar Indonesia senantiasa terhindar dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
“Semoga Tuhan memberikan pemulihan yang cepat bagi yang terluka, dan melindungi Anda dan masyarakat Indonesia dari semua hal buruk,” katanya.
Tak hanya Penguasa Arab Saudi, Pemimpin baru Inggris, Raja Charles III turut menyampaikan duka mendalam atas tragedi Kanjuruhan. Ungkapan duka disampaikannya melalui pernyataan tertulis di akun media sosial Twitter Royal Family.
“Saya dan istri saya sangat sedih mendengar hilangnya nyawa dan cedera pada pertandingan sepak bola di Malang pada 1 Oktober 2022,” tulis @RoyalFamily.
Pangeran Charles, Raja Inggris baru setelah Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada Kamis, 8 September 2022 ((FOTO: Gorajuara.com/ dok: Pikiran Rakyat)
“Saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada Anda, keluarga yang terkena dampak dan masyarakat Republik Indonesia di masa sulit ini,” sambung pernyataan itu.
Insiden di Malang itu menjadi catatan kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Beberapa media asing juga turut menyoroti tragedi kemanusiaan Kanjuruhan.
The Guardian dalam laporannya menyebut insiden itu sebagai tragedi paling mematikan dalam sejarah olahraga stadion di dunia.
Penembakan gas air mata oleh polisi sebagai tanggapan atas invasi lapangan oleh penggemar yang membuat kerusuhan menyebabkan kepanikan di antara para penonton.
Selain itu, The New York Times juga menyoroti metode yang digunakan kepolisian dalam menghadapi kerusuhan Kanjuruhan. Dituliskan bahwa praktik itu menunjukkan adanya masalah sistemik terkait kurang terlatihnya personel dan dianggap sangat militeristik.(*)