COWASJP.COM – Pada momen peringatan Hari Santri 22 Oktober 2022, PW ISNU Jawa Timur (Jatim) bekerja sama dengan Yayasan Nawa Bhakti Satya (NABASA) menerjunkan tim tanggap darurat untuk merespons daerah terdampak bencana banjir di Kabupaten Trenggalek. Bencana itu terjadi sejak 18 Oktober 2022.
Sejak kejadian banjir tersebut, ratusan rumah warga dan berbagai fasilitas publik tenggelam dan memunculkan keprihatinan. Pemerintah Provinsi Jatim serta Pemkab Trenggalek melalui BPBD telah mengerahkan tim untuk mengatasi masalah. Membuat posko posko dan menyalurkan bantuan dari berbagai pihak.
Ketua ISNU Jatim Prof. M. Mas'ud Said berkoordinasi dan menunjuk KH Romadlon Sukardi, pengurus PW ISNU Jatim yang ada di kawasan Mataraman untuk merespons cepat.
Kemudian KH Romadlon yang juga Ketua NABASA menggandeng pengurus PW lain, yaitu Prof Patoni dosen UIN Satu Tulungagung, para relawan daerah dan ISNU Cabang Trenggalek.
Pilihannya adalah mempersiapkan 100 paket sembako yang berupa beras, minyak, telor dan gula untuk dibagi kepada keluarga korban sebagai bentuk simpati.
"Kami ikut prihatin dengan musibah itu. Untuk itu kami ikut berbagi sebagai bentuk empati kami," ujar Prof Mas'ud kepada Cowas JP tadi pagi.
Sebagaimana diketahui, banjir dan tanah longsor terjadi di Kabupaten Trenggalek pada Selasa (18/10/2022). Kejadian ini berawal dari meluapnya Sungai Tawing setelah diguyur hujan deras pada pukul 07.00 waktu setempat.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat, hingga kemarin banjir masih menggenangi beberapa titik. Sebelas kecamatan terdampak banjir dan tanah longsor:
1/ Kecamatan Kampak
2/ Kecamatan Dongko
3/Kecamatan Gandusari
4/ Kecamatan Tugu
5/ Kecamatan Pule,
6/ Kecamatan Suruh
7/ Kecamatan Bendungan
8/ Kecamatan Trenggalek
9/ Kecamatan Pogalan
10/ Kecamatan Karangan
11/ Kecamatan Durenan.
Bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek tersebut menambah daftar panjang bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di Jatim.
"Namun sejauh ini kesigapan Pemda, ormas, organisasi profesi dan gotong royong masyarakat setempat sangat baik. Kami berharap dampak fisik dan non fisik bisa diatasi bersama," pungkas Prof Mas'ud yang juga Direktur Pasca Sarjana Kampus Hijau Unisma Malang itu.(*)