COWASJP.COM – Setelah mengikuti serangkaian acara Delegasi Forum R20 (Religion 20) mengunjungi Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang, Minggu 6/11/2022.
Kedatangan rombongan disambut hujan gerimis. Seolah tanda merahmati dan memberkati perjalanan para pemimpin agama dunia itu di Yogyakarta. Mereka baru saja menuntaskan agenda Forum Agama G20 atau R20 di Nusa Dua, Bali, 3-5 November 2022.
Panitia bergerak cepat membagikan payung kepada peserta. Lima pemandu menjelaskan sejarah pendirian bangunan yang menjadi warisan budaya Unesco itu. Di sana, bukan saja menikmati kemegahan tempat peribadatan umat Hindu, para pemimpin agama dunia itu juga menyaksikan Ritual Tumpek Landek.
Usai menyaksikan kemegahan Candi Prambanan yang dibangun tahun 856 Masehi (1.166 tahun yang lalu), para pemimpin agama itu mengambil tempat untuk makan malam bersama. Dengan pemandangan Candi Prambanan yang disorot lampu. Kian tampak kemegahan bangunan itu.
Shalawat Jawi Emprak mengawali penampilan untuk menghibur para pemimpin agama itu. Dibawakan oleh grup dari Pesantren Kaliopak Yogyakarta asuhan KH Jadul Maula, Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
FOTO: istimewa.
Dalam sambutannya mewakili PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan bahwa keberadaan Prambanan merupakan perwujudan kehidupan harmoni di Indonesia. Keberadaan Candi Prambanan juga menegaskan bahwa Indonesia melestarikan tradisi kebudayaan yang kaya.
Direktur Bimas Hindu Kementerian Agama Prof I Nengah Dwija mengatakan pihaknya akan memberikan pengarahan kepada umat Hindu. Agar senantiasa mengelola keragaman Indonesia.
Prof Dwija menegaskan bahwa keragaman Indonesia tersurat dalam kaki burung Garuda lambang negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Garuda juga merupakan simbol kendaraan dewa bagi umat Hindu.
"Sasandi itu digunakan Indonesia dalam perbedaan agama, bahasa, etnis, dan seluruh lainnya," katanya.
Frasa Bhinneka Tunggal Ika itu termaktub dalam Kitab Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh pujangga masa lalu, Mpu Tantular.
SEJARAH PRAMBANAN
Selain Shalawat Emprak, tersaji pula Tari Roro Jonggrang. Ini bukan sekadar tari, tetapi juga mengandung cerita sejarah pendirian Candi Prambanan.
Roro Jonggrang meminta syarat dibangunkan 1.000 candi dalam satu malam kepada Bandung Bondowoso yang melamarnya. Namun, saat ayam berkokok, baru jadi 999 candi. Kurang satu. Ayam-ayam berkokok lebih cepat dari lazimnya akibat perintah Roro Jongrang kepada masyarakat untuk menumbuk padi dan membakar gunungan jerami di bagian timur. Dengan begitu, suasana pagi tampak terasa, sehingga pembantu Bandung Bondowoso dari kalangan makhluk halus kembali ke tempat asalnya.
Akhirnya, lamaran itu ditolak dan Roro Jonggrang dikutuk menjadi satu candi pelengkap. Genap sudah 1.000 candi.
Karenanya, selain dikenal sebagai Candi Prambanan yang berarti para Brahmana, kawasan ini juga dikenal sebagai Candi Sewu atau candi seribu.
Ribuan santri di Ponpes Sunanpandanaran menyambut kunjungan Delegasi Forum R20, dengan lantunan Lagu Banser. (FOTO: istimewa)
Cerita itu merupakan legenda kisah masa lalu yang kebenarannya masih diragukan. Menurut pemandu, candi di Prambanan aslinya berjumlah 240 buah.
Candi ini dibangun pada abad kesembilan, tepatnya sekitar tahun 856 M. Namun, candi ini roboh akibat gempa bumi yang terjadi pada sekitar tahun 1000-an M. Kemudian, candi ini dibangun ulang sejak abad 19, tepatnya tahun 1889. Sampai sekarang, baru ada 21 candi.
Setelah sajian tari, ditutup dengan bermain angklung bersama Saung Angklung Udjo dari Bandung, Jawa Barat. Seluruh peserta diberikan satu angklung dengan not yang berbeda-beda.
Dari atas panggung, pemandu memberikan aba-aba not. Para pemuka agama itu pun menggoyangkan angklungnya mengikuti gerakan tangan pemandu. Ada beberapa lagu yang dimainkan, di antaranya lagu We Are The Champions yang ditulis Freddie Mercury dan dipopulerkan Grup Band Queen. Lagu terakhir yang membuat semua pemimpin agama berjoget adalah lagu berjudul Ojo Dibandingke yang populer dinyanyikan Farel Prayoga usai Upacara 17 Agustus 2022 di Istana Merdeka.
Semua tampak bergembira. Tak ada ruang sekat yang membuat jarak antaragama. Semuanya menyatu padu dalam keharmonisan.
Selanjutnya serangkaian acara R20 Yogjakarta ditutup di Pesantren Sunanpandanaran. Delegasi TokohTokoh Agama se Dunia itu disambut meriah oleh ribuan santri. Yang istimewa para santri melantunkan "Lagu Banser". Para anggota delegasi pun berdiri menyambutnya.(*)