COWASJP.COM – Tak kurang ada 20 juta warga muslim Filipina yang butuh produk makanan halal. Karena itu, mereka meminta agar Indonesia bisa menyalurkan makanan halal ke Filipina.
Informasi ini diperoleh dari Irman Gusman Centre, menyusul kunjungan tiga hari Ketua DPD RI 2009 – 2016 itu ke Filipina, 10 – 13 November 2022.
Dijelaskan, sekitar 20 juta warga muslim di Filipina diduga mengonsumsi makanan haram karena absennya peran lembaga sertifikasi halal di negara itu.
Dalam kunjungannya ke Filipina Irman Gusman sempat ditemui Ketua Majelis Ulama Filipina,
Aleem Said A. Basher.
Aleem Said sengaja terbang dari Mindanao ke Manila untuk menemuinya mantan Ketua DPD RI Irman Gusman pada 12 November 2022. Beliau menjelaskan bahwa berbagai bahan makanan yang dibeli masyarakat Muslim di negara tersebut, khususnya di Mindanao, hanya tampak halal di kemasannya. Tetapi isinya tidak halal.
“Ada pedagang-pedagang nakal yang membubuhkan tulisan halal di kemasan bahan makanan, tetapi ternyata isinya haram. Dan masyarakat Muslim di Filipina secara tidak sengaja mengonsumsi makanan seperti ini,” ujar Aleem Said A. Basher.
Delegasi ulama Mindanao ini minta bertemu dengan Irman Gusman setelah mengetahui bahwa Ketua DPD RI 2009 - 2016 tersebut sedang berkunjung ke Manila.
Dalam pertemuan itu, para imam Filipina didampingi tokoh masyarakat lainnya dari Mindanao bercerita tentang sulitnya mendapatkan bahan makanan yang benar-benar halal dan busana Muslim serta berbagai keperluan rumah tangga yang dibutuhkan oleh masyarakat Muslim setempat.
Mereka mengatakan bahwa produk mie instan adalah salah satu bahan makanan yang digemari di negaranya, namun tidak mudah untuk mendapat bahan makanan yang benar-benar halal sesuai ajaran agama.
Filipina adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Katholik serta Kristen Presbitarian. Karena itu bahan makanan yang tersedia untuk mayoritas penduduknya tidak cocok untuk dikonsumsi oleh masyarakat beragama Islam. Jumlah total penduduk Filipina 105,9 juta jiwa.
Akibatnya, baik warga Muslim Filipina, maupun warga Muslim dari negara lain yang berkunjung ke negara itu harus berhati-hati ketika membeli bahan makanan atau memesan makanan di restoran atau kafe.
Menurut keterangan Irman Gusman Center, hal itu juga yang dialami oleh Irman Gusman dan delegasi Indonesia yang dibawanya dalam kunjungan tiga hari ke negara tersebut. Pernah suatu ketika delegasi Indonesia sudah duduk di dalam satu restoran, harus pindah lagi ke restoran lainnya karena ternyata di menu hidangannya tidak ditemukan makanan halal.
Pengalaman seperti itu juga sering dialami oleh warga Muslim di Filipina. Itulah sebab para imam yang menemui Irman Gusman pada 12 November itu meminta agar Indonesia mengirim berbagai macam bahan makanan halal untuk masyarakat Muslim di negara tersebut.
“Dan saya mau katakan, apabila kami melihat ada stempel Majelis Ulama Indonesia di kemasan bahan makanan yang diedarkan di sini, maka kami yakin seribu persen itu pasti halal, tidak perlu diuji lagi,” kata Gani, seorang pengusaha asal Mindanao, yang membawa para Imam itu untuk menemui Irman Gusman.
Menurut Ketua Majelis Ulama dari Mindanao yang menemui Irman Gusman di Manila, para imam telah mengajukan usulan ke Mahkamah Agung di Manila agar hak-hak warga Muslim yang dijamin oleh Konstitusi Filipina diberikan sepenuhnya kepada mereka. Termasuk hak untuk memperoleh makanan halal.
Ketua para imam itu mengatakan, Mahkamah Agung telah menyetujui usulan tersebut, namun mereka belum melihat implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi seperti ini memberikan peluang besar bagi produsen bahan makanan dan minuman halal di Indonesia untuk mengeksepor berbagai macam bahan makanan dan minuman halal ke Filipina.
Legalisasi Perjudian di Filipina
Selain urusan tidak halalnya bahan makanan, satu pemandangan yang tak lazim bagi warga Indonesia yang berkunjung ke Manila, adalah menjamurnya tempat-tempat perjudian yang dilegalkan di negeri itu.
Di berbagai hotel dan pusat-pusat perbelanjaan, Casino merupakan hobi masyarakat. Mulai dari anak-anak muda sampai ibu-ibu rumah tangga dan kakek-nenek tampak sibuk bermain Casino di jam-jam kantor. Bahkan sampai lewat tengah malam, karena banyak tempat perjudian dibuka sepanjang waktu.
Di pusat-pusat perbelanjaan di kota Manila, misalnya, Casino ditempatkan di beberapa lantai sehingga para penggemar “mimpi kaya instan” dapat dengan mudah menghabiskan waktu sambil mengadu nasib.
Yang ditugaskan sebagai bandar para wanita cantik berbusana seksi. Sehingga kalah atau menang menjadi urusan kedua. Meja para bandar cantik itu selalu dipadati para pemain yang enggan pulang meski sudah kalah.
Hanya saja di tempat perjudian seperti ini, tidak diizinkan untuk memotret. Apabila ada orang yang secara diam-diam memotret, maka ia akan dihampiri petugas sekuriti yang akan menyuruhnya menghapus semua foto.
Petugas tersebut akan memastikan bahwa semua gambar yang telah direkam dalam telepon genggam pemotret sudah terhapus semuanya sebelum ia pergi dari situ.
Yang dilarang masuk ke lokasi Casino adalah PNS dan anggota angkatan bersenjata, meskipun sudah pensiun. Kamera CCTV yang berjejer di atas setiap mesin Casino merekam semua pengunjung, sehingga tak ada PNS dan pensiunan yang berani muncul di situ. Sebab sistem pelaporannya cukup canggih.
Seperti di sebuah hotel di Manila ditemukan bahwa di lantai tempat perjudian massal itu juga terdapat sejumlah restoran serta panggung hiburan Live Music yang di depannya banyak pasangan, entah muhrim atau pun bukan sedang asyik berpelukan dan berdansa-ria.
Pada tahun 2020 pemasukan dari sektor perjudian di negeri ini tercatat USD 100 miliar, meningkat menjadi USD 113 miliar di tahun 2021. Dan dari Januari hingga Maret 2022 saja sektor ini menghasilkan hampir USD 40 miliar.
Pemerintah setempat berharap pemasukan dari sektor perjudian akan terus meningkat seiring dengan meredanya pandemi Covid-19 yang memungkinkan banyak pengunjung memadati tempat-tempat tersebut. (*)