COWASJP.COM – BAGI Tung Desem, tiap hari selalu tanggal 22 Desember: Hari Ibu. Cintanya pada ibu-Nya tidak hanya setahun sekali.
Setiap bulan Tung wajib satu minggu penuh menemani ibunya. Di Solo. Ia mengantar sang ibu ke pasar. Ke kolam renang. Ke mana pun sang ibu mau. Tentu, yang paling sering: memijat ibunya.
"Selama satu minggu itu tidurnya pun selalu di kamar ibunya," ujar Ming Ming, istri Tung Desem. Ming Ming adalah nama panggilan. Sejak kecil. Nama resminyi: Suryani Untoro. Disingkat Yani. Kini jadi Yani Tung.
Ming Ming bercerita: sesibuk-sibuk Tung ia selalu bisa mengosongkan jadwal seminggu penuh. Yakni di minggu terakhir setiap bulannya. Khusus untuk ke Solo. Menemani sang ibu.
Tung sendiri lahir di Hari Ibu: 22 Desember 1967. Di Solo. Ayahnya seorang guru. Di sekolah Tionghoa.
Kamis depan, 22 Desember 2022, adalah ulang tahun ke-55 Tung Desem. Tulisan ini sebagai hadiah ulang tahunnya.
Rasanya Tung Desem-lah motivator terbaik Indonesia saat ini. Terutama untuk masalah keluarga dan kalangan bisnis.
Ia selalu bisa membangkitkan semangat siapa saja. Terutama semangat hidup. Semangat untuk maju. Juga semangat untuk berbuat baik.
Pun bila Anda hanya bertemu Tung berdua. Cara bicaranya sama dengan ketika ia berbicara di hadapan 5.000 orang peserta seminarnya.
Bulan lalu Tung ke rumah saya. Tentu juga dengan Ming Ming yang cantiknya 5i itu. Ia dalam perjalanan ke Solo memenuhi ritual ''Seminggu Bersama Ibu''.
Di rumah saya hadir beberapa manajer Harian Disway. Salah satunya wanita, belum juga mau menikah. Tung pun memberikan ''seminarnya'' kepada satu wanita itu. Sangat menarik. Bagaimana memilih suami. Bagaimana memutuskan untuk kawin.
Ia berbicara dengan sangat runtut, logis, dan antusias. Saya, yang tidak lagi berkepentingan dengan motivasinya itu, jadi ikut antusias mendengarkannya. Siapa tahu ada pembaca Disway yang jomblonya never ending.
Kemarin saya mendengar, manajer Harian Disway itu menemukan calon suami. Waktu dia berkenalan dengan si calon, dia bilang tidak mau lagi pacaran. Mau kawin. Ternyata sang calon juga tidak mau pacaran lagi. Maunya kawin.
Umur mereka sekitar 33 tahun.
Punya tamu Tung, saya serasa dapat uang miliaran rupiah. Ia satu jam di rumah saya. Ia tidak berhenti menjawab pertanyaan. Isi pembicaraannya layak didengar 5.000 orang di ruang seminar. Tarifnya Rp 2.500.000/orang. Kalikan sendiri berapa miliar ia kehilangan uang di rumah saya hari itu.
Pun ketika Tung kena Covid-19. Ia tidak berhenti memberikan motivasi. Terutama kepada siapa saja yang senasib. Dari tempat tidurnya di rumah sakit, Tung menelepon saya. Video call. Ia memberi penjelasan mengapa saya yang pertama ditelepon. Ini rahasia berdua.
Lalu ia menelepon banyak orang. Ia sebarkan semangat sembuh. Termasuk lewat video pendek yang ia rekam sendiri di kamar RS itu.
Tentu Tung tidak hanya bisa bicara. Ia memang selalu mengajak orang untuk sukses. Ia sendiri sangat sukses. Ia kaya raya. Kehidupan keluarganya juga membuat iri siapa saja. Suami-istri ini ibarat lebah dan bunga. Lebahnya nempel terus di bunga. Tidak puas-puas mengisap madunyi. Bunganya pun terus segar. Tidak pernah layu. Sang bunga terus bergoyang seperti selalu terkena angin sepoi-sepoi sepanjang masa.
"Saya tidak takut Pak Tung selingkuh atau apa. Itu urusan ia dengan Tuhan. Saya takut kalau Pak Tung sakit," ujar Ming Ming.
Tidak hanya begitu sayang pada istri. Cara Tung berbakti pada orang tua juga istimewa. Bukan hanya kepada ibunya. Juga kepada bapaknya.
Waktu bapaknya sakit, Tung belum kaya. Tapi sudah bekerja. Sudah punya penghasilan. Ia pun berhemat habis untuk bisa menyenangkan sang ayah.
Tung cari tempat kos yang sederhana. Yang murah. Agar bisa menabung. Pun bila tempat tidur di rumah kos itu lebih pendek dari panjang badannya.
Tinggi badan Tung 183 cm. Panjang ranjang di tempat kos sederhana hanya 178 cm.
Ia harus menabung. Ia ingin membelikan jam tangan ayahnya.
Ayahnya selalu ingin punya jam tangan yang bagus.
Suatu saat Tung jalan-jalan dengan sang ayah. Mampir toko jam. Ayahnya lama sekali melihat satu jenis jam tangan di toko itu. Balik lagi. Lihat lagi. Balik lagi. Lihat lagi.
Tung menyimpan dendam di dadanya. Ia pengin membelikan sang ayah jam yang itu. Menunggu ada uang.
Setelah tabungannya cukup, Tung ke toko jam itu. Ia beli arloji itu. Ia pun mengajak sang ayah jalan-jalan. Lewat toko itu lagi. Sang ayah tentu mampir lagi. Ingin melihat jam incarannya itu.
Rumah empat lantai tersebut sangat kokoh. Megahnya rumah Tung Desem Waringin, Punya helipad pribadi. (FOTO: wolipop.detik.com)
Kecewa.
Jam yang ia suka sudah tiada.
Tung segera mengobati kekecewaan sang ayah. Ia keluarkan jam yang dimaksud dari sakunya. Ia serahkan jam itu ke ayahnya, di toko itu.
Kebahagiaan Tung di toko itu menghapus penderitaannya tidur di tempat tidur yang lebih pendek dari tubuhnya.
Ketika ayahnya sakit, Tung merawatnya secara total. Sang ayah sakit liver. Seperti yang saya alami. Sirosis. Lima tahun Tung merawat sang ayah. Di RS Surabaya. Lalu ia bawa ke Singapura. Sakitnya itu kian parah setelah sang ayah operasi katarak. Dua mata sekaligus.
Tung tahu papanya tidak pernah punya mobil. Maka di saat papanya sakit Tung bertekad membelikan sang papa mobil. Sekalian yang hebat, untuk ukuran papanya saat itu: BMW. Warna hitam.
Ia foto mobil baru itu. Ia tunjukkan foto itu ke sang ayah. Agar semangat hidupnya naik. Agar bisa cepat sembuh.
Sepuluh hari sang ayah dirawat di Singapura. Minta pulang. Di bawalah pulang ke Jakarta. Dimasukkan ke RS Siloam.
Tiga hari kemudian sang ayah meninggal dunia. Usianya 72 tahun.
Setelah jenazahnya dikremasi, abunya dibawa pulang ke Solo. Dinaikkan mobil BMW baru warna hitam itu. Sang papa akhirnya sempat naik BMW itu, biar pun sudah menjadi abu.
Tung tidak hanya bisa memberikan seminar lewat kata-kata. Ia lakukan semua yang ia katakan. Lewat perbuatannya. Dan budi pekertinya.
Termasuk Tung pernah berhenti bekerja karena mempertahankan kejujuran. Atasannya mengajaknya menyetujui anggaran besar untuk pasang iklan. Dapat bagian dari situ. Tung pilih berhenti. Ia tidak mau membuat atasannya stres akibat penolakannya. Ia akan selalu menolak keinginan seperti itu. Berarti akan banyak kebijakan atasan yang akan ia tolak.
Berhenti saja.
Padahal pekerjaan itu paling ia inginkan. Gajinya tinggi. Sampai-sampai ia berhenti dari pekerjaan bergengsi sebelumnya: kepala cabang Bank BCA Malang.
BCA adalah tempat kerja formal pertamanya. Sebelum itu ia jualan apa saja. Sambil menunggu kesempatan bisa masuk pendidikan khusus di BCA: Management Development Program (MDP). Sejak awal BCA memang mengembangkan pendidikan khusus. BCA selalu menyiapkan calon manajernya dengan pendidikan.
Syarat ikut MDP: harus lulusan terbaik universitas. Lamanya 1,5 tahun. Sampai sekarang, BCA meneruskan program pendidikan jenis ini. Itulah salah satu kekuatan fondasi BCA.
Tung selalu sekolah di sekolah negeri. Ia lulusan SMAN 3 Solo. Satu almamater dengan Ibu Iriana, istri Presiden Jokowi. Kuliahnya di UNS: maunya di dua fakultas sekaligus, ekonomi dan hukum. Tahun kedua ada larangan kuliah di dua jurusan. Tung pilih yang fakultas hukum.
Tung adalah marganya. Ia semarga dengan pemimpin Hong Kong masa lalu: Tung Chee Hwa.
Desem, adalah karena ia lahir di bulan Desember.
Waringin, nama akhirnya, adalah doa dari ayahnya: dengan maksud agar bisa jadi tempat bernaung banyak orang.
Jadilah Tung Desem Waringin (董国æ¾).
Tapi Tung tidak mau jadi lawyer. Hati dan pikirannya selalu ingin damai. Tidak mau beperkara.
Akhirnya Tung pilih mendaftar ikut program pendidikan manajemen di Bank BCA tadi. Lulus terbaik di angkatannya: angkatan 14.
Tidak lama setelah itu Ming Ming lulus dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ming Ming menamatkan SMA di Santo Yoseph Solo. Dia kenal adik Tung Desem. Dia minta tolong Tung untuk bisa ikut MDP BCA. Dia pun meninggalkan ijazah Atma Jaya di rumah Tung.
Ternyata Tung tertarik pada Yani. Tapi Yani tidak begitu saja menerima. Dia bertanya dulu ke para ahli dari empat kepercayaan: ke biarawati, ke suhu, ke kiai, dan ke dukun. Sebagai gadis 5i, Ming Ming sudah banyak berpacaran. Sering dikecewakan. Kali ini tidak mau seperti itu. Dia harus hati-hati. Harus banyak bertanya.
"Semua menjawab Tung itu orang yang sangat baik," ujar Yani mengenang.
Jadilah Tung mengawini Yani. Selisih umur mereka 4 tahun. "Selisih 4 tahun itu termasuk hitungan yang membuat saya mau kawin dengannya," ujar Yani.
Yani akhirnya juga lulus MDP: angkatan 27. Lalu diterima bekerja di BCA. Dia tugas di cabang pembantu Galaxy, Surabaya. Kepala cabang pembantu. Dia pilih di Surabaya agar dekat dengan Tung yang menjadi kepala cabang BCA Malang.
Anak mereka pun lahir. Anak pertama. Dibiayai BCA.
Setelah itu Tung ingin berhenti dari BCA. Ada tawaran lain dengan gaji lebih besar: dari grup Lippo. Sebelum pindah ke Lippo itu Tung menjual tabungan pertamanya setelah bekerja di BCA: tanah di Malang. Ia tidak gundah menjualnya. Pun ketika hasil penjualan tanah itu justru dipakai 'hanya' untuk ikut seminar. Yakni seminar hidup sukses Anthony Robbins yang mahal itu. Di Amerika.
Tung tidak lama di Lippo. Hanya 1 tahun.
Tung Desem dan isteri cantiknya Suryani Untoro alias Ming Ming. Dan Tung Desem (kanan) saat rawat inap di RS Siloam Banten gegara kena Covid-19. April 2020. (FOTO: grid.id)
Anak keduanya lahir.
Suami istri ini lantas terjun ke bisnis event organizer. Yakni khusus mendatangkan pembicara-pembicara terkemuka dari luar negeri. Bidang motivasi hidup. Juga mengorganisasikan orang yang mau ikut seminar serupa di luar negeri.
Tung dan istri pernah mengadakan seminar dengan tarif Rp 25 juta/orang. Selama tiga hari. Pesertanya 200 orang. Ia biasa mendatangkan pembicara dari Singapura, Malaysia, dan Amerika.
Yang pernah ia datangkan ke Indonesia misalnya, Robert T Kiyosaki. Penulis Buku Rich Dad Poor Dad dan Cash Flow Quadran. Lalu Anthony Robbins. Ia 📚 buku Unlimited Power, Awaken The Giant Within, Money Master the Games, dan Life Force.
Ada lagi John Gray, penulis buku Men Are from Mars, Woman Are from Venus.
Termasuk Dolf de Roos, penulis buku Real Estate Riches, 52 Homes in 52 Weeks, dan Commercial Real Estate Investing.
Semua mendatangkan peminat. Juga mendatangkan uang.
Suatu saat salah satu pembicara batal datang. Dari Malaysia. Seminar tidak bisa lagi ditunda. Maka Tung sendiri yang tampil sebagai pembicara pengganti. Itulah untuk kali pertama Tung menjadi pembicara seminar. Sejak itu Tung berani tampil sebagai motivator. Kian lama kian laris. Tarifnya kian mahal.
Belakangan Tung berkembang pula ke bisnis konsultasi. PT Pegadaian adalah salah satu kisah sukses hasil konsultasinya. Lalu ia jadi investor properti. Dan pengembang. Di masa pandemi ia ekspansi lagi: menjadi pengusaha laundry berjaringan.
Meski begitu, tiap bulan ia masih satu minggu penuh menemani ibunya di Solo. Yang 11 Januari depan genap 85 tahun.
Salah satu bukti sukses Tung ditandai dari rumah barunya. Yang besar. Mewah. Indah. Punya landasan helikopter di atapnya.
Luas tanah rumah barunya itu ''hanya'' sekitar satu hektare, tapi terasa 10 hektare. Itu lantaran di belakangnya ada danau. Dan taman umum. Tanpa ada pagar yang memisahkan kawasan hijau itu dengan rumah barunya.
Video rumah baru Tung ini beredar luas di medsos. Belum ditempati. Mungkin setelah Imlek, akhir Januari 2023, Tung pindah ke rumah baru.
Anda juga masih ingat: Tung pernah menyebarkan uang Rp 1 miliar dari atas helikopter. Itu jadi sensasi sepanjang masa.
"Boleh dikata perubahan besar hidup Pak Tung terjadi setelah berani berhenti sebagai kepala cabang BCA Malang," ujar Ming Ming.
Pada dasarnya Tung itu pendiam. Pemalu. Lantas ia ikut seminar kunci sukses. Saat ikut seminar Anthony Robbins dulu Tung ditanya: apa yang paling ia inginkan, tetapi takut melakukannya.
"Memeluk ayah," jawab Tung.
Pulang dari seminar itu ia berani memeluk ayahnya. Ia pun berani menjadi kaya. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 17 Desember 2022: Radikal Shofa
MZ.ARIFIN UMAR ZAIN
Wahabi= sunni= aswaja = berQur-aan & berchadiits shochiich bukhoori serta Muslim & sejenis nya. Radikal= akar, sumber, asal mula, mendasar, fundamental, pokok, esensi. Kekerasan = violence, merusak. Jihadis, dp jadi teroris, ada baik nya menjadikan 100% muslimiin hafal surat alFaatichah & Terjemahan nya. Peneliti meneliti, jalan murah: berapa % muslimuun yg hafal surat alFaatichah & Terjemahan nya? Jalan murah: menjadikan 100% muslimiin hafal surat alFaatichah & Terjemahan nya. Baru sekitar 20% muslimuun yg hafal surat alFaatichah & Terjemahan nya. Gawat darurat.
xiaomi fiveplus
satu bulan g bisa login, hari ini baru bisa
Fa Za
Saya pake browser BRAVE lancar tanpa iklan. Bisa dicari di Play Store.
anak rantau
Qaidah usul fiqih dasar. Yang cocok direnungi buat para mantan. درء المÙا سد ،مقدم على جلب المصالØ.semoga dikasih kesehatan semua. أمين
anak rantau
Alhamdulillah sya pake chrome, 2x sentuhan lembut langsung masuk .selamat pagi para komentator. whabi,slafi,mhmmadiya,nu, waktu dan layar hp dipersilahkan!!
imau compo
Tulisan yg aneh, paling tidak dibandingkan pernyataan teman saya: semakin banyak baca buku agama malah gaduh vs buku agama yg terbit di Indonesia selalu sama, tidak ada hal yg baru, paling ada satu dalam 20 buku. Pengetahuan agama orang Indonesia juga begitu-begitu saja, karena jadi profesor agama di Indonesia hasil remix/recycle buku-buku tadi. Jangan harap akan lahir ulama sekelas Yusuf Qardawi di Indonesia.
imau compo
Semakin banyak baca buku agama semakin gaduh, mungkin maksudnya buku agama yg stensilan. Yg stensilan ini siapa yg buat? Proyek! Radikalkan dulu, habis itu deradikalisasi. Tidak hanya satu bidang ini, bidang lain juga begitu, jembatan, drainase, sekolah dan proyek-proyek lain. Demikianlah, kalau yg dikejar uang, sedihnya, di Astana Anyar, korbannya, polisi yg baik dan soleh.
Ibnu Shonnan
Sarapan menunya sayur lontong/Kuahnya penuh santan kelapa Saat baca komentar Om Leong/Berkuranglah sakit kepala
beny rohman
Kadang suka aneh, sok²an deradikalisasi, paling toleran, dll. Tidak pernah ngaca di ormasnya sendiri suka membubarkan pengajian yg tdk sepaham. Kan gathel lak ngono iku????
MZ.ARIFIN UMAR ZAIN
kalau ada pendapat yg paling benar, kenapa tak kita ikuti? kalau belum merasa paling benar, kenapa tak cari yg paling benar? yg paling benar bisa jadi milik bersama dg dialog, diskusi, tukar pikiran.
Ibnu Shonnan
Diantara benih-benih radikalisme adalah mempunyai penilaian akan dirinya sendiri ; "bahwa pemahaman dan pengetahuannya paling benar". Indikasinya adalah berani memvonis faham dan keputusan pihak lain salah mutlak. Dan hal itu, ia ekspresikan-diantaranya- lewat komentar.
Ibnu Shonnan
Pagi-pagi buka laptopl/Menu sarapan nasi pecel CHD tulis isu yang ngetop/Mesti banyak hati yang kesel
Leong putu
Hari sabtu masak sagu / Dibubur manis gula aren / Ibu ibu selalu begitu / Bibirnya manis kalau lagi pengen /
Jimmy Marta
Mana yg lebih dulu, karena miskin jd radikal atau bersebab radikal menjadi miskin? Mestinya sudah ada kajian jelas. Tentang hubungan sikap radikal dg hidup miskin. Begitupun tentang pemahaman agama dan pendidikan yg mereka dapatkan. Dilihat secara sosio ekonomi, semua yg memilih bersikap radikal itu adalah orang2 yg 'terpinggirkan'. Karena skill atau pendidikan?. Mungkin. Yg jelas terlihat, akses mereka ke kemajuan pembangunan dan kue ekonomi sangat lemah. Rata2 nya mereka berada dibawah garis. Lembaga2 resmi kadang melaksanakan program deradikalisasi terasa sangat normatif formal. Metodanya, ceramah, kontra doktrin dan diberi buku. Seragam. Bagi mereka, itu membosankan. Untunglah Shofa Ikhsan memberikan sentuhan berbeda. Melakukan pendekatan personal. Tidak banyak menceramahi. Dan memberi buku yg bukan itu2 saja. Kalau memakai idiom lebih baik mencegah dari mengobati, tentu menghilangkan faktor penyebab adalah jurus terbaik. Yaitu kemiskinan.
Roziq Kurniawan
Alhamdullilah di 2024 , fundamentalis bukan lagi gorengan yg hangat , perang rusia ukraina menyeret ke tempat yg lain , pupuk mahal , terigu mahal dan energi mahal , itulah gorengan yg hangat
Juve Zhang
Saya lebih cocok dan setuju kalau Gus Shofa dapat pangkat LETKOL Tituler Shofa. Beliau akan dapat gaji dari negara sehingga akan ada uang buat bepergian dalam rangka " menetralisir" unsur unsur negatif di otak para pihak yg terlanjur "terkapar" virus virus mematikan. Semoga jadi Letkol Tituler Shofa. Mayor AHY kalau jumpa anda Letkol Shofa tentu akan tabik hormat. Wkwkwkwk.
Juve Zhang
Sebagai turis saya masuk SG via Johor bahru dan kaget ketika imigrasi menggiring masuk ruangan yg penuh para WNI, kita bisik bisik ada apa ya. HP kita di minta dan di cek oleh mereka. Saya lolos "screning" begitu HP di lihat dan ada ucapan Merry Christmas. Petugas senyum ke saya dan langsung di antar keluar. Belakangan saya baca berita ternyata yg "dicari" dengan susah payah itu malah WN Singapura. Wkwkwkwk. Kita turis minimal nyumbang devisa bukan nyumbang virus mematikan wkwkwk. virus tumbuh subur bahkan di negara seperti SG.
Fuad Tebe
Jika wahabi adalah orang yang berusaha mengamalkan islam secara kaffah menurut tuntunan Allah dan Rosulnya Berdasar Al quran dan Hadist yg shahih/As sunnah ..Murni tampa TBC...Biar lah saya ana dikatakan Wahabi. Allahualam..
Juve Zhang
Zaman kerja di Denpasar sering mengayuh sepeda lewat Sari Club logo nya SC huruf kapital besar. Kafe SC ramai sekali turis asing minum bir. Ber puluh krat per harinya. Dr.Azhari pasti sering lewat atau bahkan mampir ke kafe buat "survey" lokasi. Yg kemudian di ledakan nya. Makan korban 200 lebih. RIP buat para korban yg tak kenal Dr.A dan tak memusuhi siapapun. Saya merasa beruntung tak lewat SC karena sering sekali sepeda an lewat SC. kalau anda benci orang tertentu datangi saja ke negara nya dan ledakan disana.itu lebih "jantan" dan berjiwa "patriot" . Dr A dan Nurdin Top sendiri yg otaknya IQ 140 plus minus kenapa tidak meledakan keahliannya di negaranya ? Kok milih Indonesia?. Itulah Dr.A dan NT dia mencintai negaranya dan sadar tak boleh mencemarkan nama negaranya . Jadi ledakan saja di Indonesia. Ada teroris disuruh meledakan bom di kota kelahirannya yg sama dengan saya. Dia menolak dan memilih kota lain yg jaraknya 120 km dan akhirnya setelah selesai di penjara balik ke kota kelahirannya. Sekarang jualan es kelapa di pinggir jalan.
Leong putu
"Le....baiklah...., kamu om ijinkan untuk menikahi Dea. Usahamu untuk meyakinkan om, bahwa kamu layak untuk Dea cukup radikal". .....itu kata bapak camer dulu....
Johan
Perlu ada assessment untuk menilai sejauh mana suksesnya program deradikalisasi. Setiap satu semester berikan ujian 1 soal saja. Dengan pertanyaan seperti berikut: Demi Allah SWT. Golongan mana yang paling anda benci? A. Yahudi B. Nasrani C Shinto B. Syah C. Ahmadiyah D. Benar semua Jawaban mereka sangat penting untuk penilaian progres deradikalisasi. Peserta harus langsung dikeluarkan dari program jika pilihannya adalah C. Mengapa? Karena orang itu bukan radikal. Tapi gila.
Jimmy Marta
Banyak membaca, pikiran terbuka. Banyak bacaan, jadi toleran. >>>>>>>>>>> Sedikit umur, sedikit pengalaman. Sedikit tabungan, gk jalan-jalan
Liam Then
Episentrum radikalisme di Palestina. Jika mau jujur, orang Palestina lah yang paling kasihan , mereka sudah puluhan tahun jadi korban radikalisme. Islam tidak boleh di asosiasikan sebagai sumber radikalisme. Satu pertanyaan saya waktu kuliah kepada seorang dosen Ateis asal Australia. "Mr.Peter, kenapa konflik di Palestina di biarkan terus terjadi? Saya pikir ini sumber dari banyak masalah di dunia, Amerika dan Eropa sebagai kekuatan yang pegang kekuatan senjata de facto terbesar di dunia, cukup turun kata, Palestina harus merdeka. Selesailah banyak sumber masalah." Mr.Peter sejenak terdiam. Ia terlihat berpikir, mungkin memilih kata yang tepat. " Begini, menurut saya, masalahnya ada di golongan konservatif di Amerika dan Eropa. Suara mereka cukup besar. Mereka percaya suatu saat messias akan terlahir kembali di Palestina. Kamu sudah tahu ,mayoritas orang Palestina adalah orang muslim. Saya terperangah. "Segitunya Mr.Peter?Sampai mikir dan mengantisipasi sejauh itu, bukankah ini tak masuk akal"? Mr.Peter cuma angkat bahu, "Yah begitulah menurut saya yah, it's faith" Mr.Peter, bagaimana kalo PBB markasnya di pindah di Palestina saja, biar sekalian jadi ibukota dunia. Tiga agama paling berpengaruh situs sucinya ada di sana, jadi ngga rebutan lagi, karena menjadi milik seluruh dunia" Mr.Peter bilang , " ide kamu bagus, tapi kamu sudah tahu, it's faith" "Those who can make you believe absurdities, can make you commit atrocities" - Voltaire
*) Dari komentar pembaca http://disway.ida