COWASJP.COM – Jumlah doktor di Universitas Muhammadiyah Surabaya terus bertambah. Dalam dua bulan terakhir ini lahir enam doktor baru. Empat doktor dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan dua doktor dari Fakultas Ilmu Kesehatan.
Keberadaan mereka tentu kian memperkuat posisi Universitas Muhammadiyah Surabaya. Apalagi, pada 2023 ini Universitas Muhammadiyah Surabaya menargetkan akreditasi unggul.
Dari keenam doktor baru itu, lima orang menyelesaikan studinya di Pascasarjana Unesa. Satu lagi menempuh pendidikan di Unair.
Senin (9/1/23) Pramudana Ihsan mempertahankan disertasinya pada ujian terbuka. Disertasi Pramudana membahas ideologi guru saat mengubah cultural heritage of teaching. Ia mengangkat tema “Reflection of Ideal Teacher Concept Based on Two Memoirs (Freedom Writers Diary) and (Teacher Man) Through The Perspective of Cultural Reproduction”.
Gelar doktor Pramudana itu menambah doktor di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Akhir tahun lalu Masulah juga menyelesaikan studi S-3. Disertasinya menyoroti “Unesco's Core Values in the Teaching of Literature: a Case Study at a Muhammadiyah University in East Java Indonesia.”
Jumat lalu (6/1/23) dua dosen FKIP juga mempertahankan disertasinya pada sidang terbuka bersamaan. Satu dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Satu lagi dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Yarno, dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, menyoroti fenomena era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat Sosial 5.0. Kedua hal itu dikaitkan dengan dunia pendidikan. Khususnya masalah pemilihan model pembelajaran.
Karena itu, Yarno memaparkan disertasinya dengan judul “Pengaruh Project Based Learning dan Gaya Kognitif terhadap Keterampilan Kolaborasi dan Hasil Belajar Mahasiswa.”
Mantan anggota Pramuka 413-414 Unesa itu mengaku bersyukur bisa merampungkan studinya. “Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah. Akhirnya selesai juga,” ujarnya.
Sebenarnya dunia tulis menulis bukan hal asing bagi Yarno. Apalagi ia pernah lama menjadi tim editor bahasa Jawa Pos. Namun, ia harus pandai berbagi waktu karena kesibukan di kampus. Apalagi, saat ini Yarno juga diamanahi sebagai kepala perpustakaan UMSurabaya.
“Perpustakaan sekarang ini harus bertransformasi ke arah digital. Penyediaan buku dan jurnal konvensional saja tidak cukup. Perlu strategi dan kiat agar perpustakaan UMSurabaya dapat mengikuti perkembangan zaman,” tambah anggota Cowas JP itu.
Cowas JP adalah kependekan dari konco lawas Jawa Pos. Perkumpulan ini dibentuk oleh orang-orang yang pernah bekerja di Jawa Pos. Mereka berasal dari berbagai divisi atau bagian. Perkumpulan itu menjadi ajang silaturahim dan berbagi informasi.
Ada yang menarik ketika ujian terbuka Yarno berlangsung. Pertanyaan pertama disampaikan eksternal dari UPI Bandung, Prof. Dr. Deni Darmawan, M.Si.
Selanjutnya waktu diberikan kepada penguji berikutnya, Dr. Andi Mariono, M.Pd.
“Saudara promovendus ini saat masuk kuliah masih berambut agak putih. Sekarang sudah putih semua,” ujar Andi.
Hadirin pun menyambutnya dengan tertawa. “Lihat ini, saya malah jadi tertular. Mulai memutih,” tambah Andi.
Mendengar ujaran itu, Yarno ikut tersenyum. “Saya sudah tobat. Sudah masuk golongan putih, Prof. Andi,” ujar Yarno.
Dialog itu mencairkan suasana sidang. Dari semula resmi menjadi sedikit rileks. Juga sapaan Prof. Andi dimaksudkan agar Dr. Andi Mariono segera meraih gelar profesor.
Sementara itu, Wijayadi mengangkat judul “Pengaruh Model Pembelajaran Community of Inquiry Terhadap Keterampilan Kolaborasi, Metakognisi dan Hasil Belajar Dalam Mata Kuliah Scientific And Critical Reading bagi Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammdiyah Surabaya.”
Pada akhir sidang terbuka, Promotor Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. memberikan pernyataan tertutup. Mustaji mengaku senang mengantarkan para mahasiswanya menuntaskan studinya.
“Kita saat ini berada di lantai 9, lantai paling tinggi. Saudara Yarno dan Wijayadi juga sudah menyelesaikan pendidikan paling tinggi. Karena itu, selamat. Saudara Yarno dikukuhkan menjadi doktor ke-89 teknologi pendidikan. Sedangkan Saudara Wijayadi menjadi doktor ke-90,” ujarnya.
Promovendus bersama para penguji disertasi dan pimpinan di fakultas dan Universitas Muhammdiyah Surabaya. Dari kiri: Dr. Andi Mariono, M.Pd., Prof. Dr. Wasis, M.Si, Prof. Dr. Mustaji,M.Pd., Wadek I FKIP Endang Suprapti, M.Pd., Wijayadi, Yarno, Dekan FKIP Ratno Abidin, M.Pd., Warek II Dr. Endah Hendarwati, S.E., M.Pd., Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd., Dr. Fajar Arianto, M.Pd., dan Dr. Utari Dewi, M.Pd. (FOTO: Dok. Yarno)
Saat sidang terbuka Wijayadi, banyak tamu yang pangling. Sehari-hari Wijayadi memakai topi pet. Saat sidang, ia mengenakan kopiah. "Sudah cocok sebagai anggota dewan," ujar rekan sejawat.
Banyak yang hadir pada sidang terbuka itu. Dari jajaran rektorat hadir Wakil Rektor II Dr. Endah Hendarwati. Sementara Rektor UMSurabaya Dr. dr. Sukadiono, M.M. minta izin tidak hadir karena ada acara yang tidak bisa ditinggalkan. Apalagi, saat ini Rektor Suko, sapaan akrabnya, juga menjabat Ketua PWM Jawa Timur. “Selamat ya. Semoga ujian terbukanya lancar,” tulisnya di media sosial Whatsapp.
Juga hadir Dekan FKIP Dr. Ratno Abidin, Kaprodi/Sekprodi dan para dosen di lingkungan FKIP UMSurabaya. Yang mengejutkan hadir pula Direktur Pacsasarjana Prof. Dr. A. Hadi, M.Ag., Sekretaris Direktur Pascasarjana Dr. Sholikul Huda, M.Pill, Kaprodi/Sekprodi di lingkungan Pascasarjana UMSurabaya.
Kehadiran para petinggi di universitas itu menambah semangat promovendus.
Keberhasilan empat dosen ini membanggakan Dekan FKIP Dr. Ratno Abidin, M.Pd. “Alhamdulillah. Akhirnya FKIP panen doktor. Dalam waktu dekat beberapa dosen juga menyelesaikan studi doktoralnya,” ujarnya.
Fakultas Ilmu Kesehatan Tambah Dua Doktor
Sehari sebelumnya, Kamis (5/1/23) satu doktor menambah barisan Fakultas Ilmu Kesehatan. Suyatno Hadi Saputro dari Prodi D-3 Keperawatan juga berhasil mempertahankan disertasinya. Judul yang diangkat adalah “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan Keterampilan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Mahasiswa Keperawatan”.
Suyatno mengungkapkan, penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada mahasiswa keperawatan. Selain itu, agar dapat menyelesaikan masalah pasien, mahasiswa sangat perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan benar.
“Komunikasi yang baik dan benar membantu pasien untuk mengungkapkan masalahnya. Dengan demikian, perawat dapat menentukan solusi yang tepat dengan segera,” ujarnya
Keberhasilan Suyatno itu mengikuti Supatmi yang lulus doktor dari S-3 Keperawatan Unair. Bedanya, Suyatno dari Prodi D-3 Keperawatan, sedangkan Supatmi dari Prodi S-1 Keperawatan. Keberhasilan keduanya juga menambah kekuatan intelektual para dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dengan demikian, target unggul yang dicanangkan universitas segera menjadi kenyataan.(*)