COWASJP.COM – TENTU saja, jika ada yang bilang judul di atas itu nyeleneh, ya begitulah. Biar saja! Tapi terus terang, hal itu bolak-balik disampaikan Ustad Zulkifli Muhamad Ali, Lc., MA (Uzma), dalam berbagai ceramahnya.
Mengapa Uzma begitu semangat membahas persoalan itu? Video ceramahnya yang membahas soal kiamat bertaburan begitu banyak di Youtube. Dengan mengemukakan sejumlah alasan. Termasuk dalil-dalil dari Alqur’an dan hadist. Yang menerangkan sejumlah fenomena yang belakangan ini terjadi. Di Arab Saudi khususnya dan Timur Tengah umumnya. Sejalan dengan sabda Rasulullah Muhammad Saw.
Ini ceramah yang bagus. Poinnya: Masyarakat Arab Saudi itu dulunya miskin. Penggembala ternak. Lalu Allah jadikan mereka kaya-raya.
Dengan petrodolarnya. Dan dengan kekayaan itu mereka jadi berkuasa. Menetapkan kebijakan sesuai kehendak hati mereka sendiri. Terakhir, ikut berlomba-lomba mendirikan bangunan pencakar langit paling tinggi di dunia.
Setelah gedung pencakar langit Burj al Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE) setinggi 828 meter, Arab Saudi berencana membangun bangunan setinggi 1200 meter di kota pintar masa depan, Neom. Kota canggih bak di film fiksi ilmiah yang akan jadi pulau buatan terbesar di dunia.
VISI 2030 MBS: ARAB SAUDI PALING MODERN DI DUNIA
Tapi masalahnya, yang lebih menarik bagi kalangan tertentu adalah berita tentang kebijakan baru Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS). Yang telah mencanangkan apa yang dia sebut “Visi 2030”. Untuk menjadikan negara puritan konservatif Arab Saudi sebagai negara paling modern di akhir dekade ini. Melebihi apa yang sekarang berlaku di Eropa dan Amerika.
Menariknya lagi, sejumlah kebijakan MBS dianggap akan mengikis tatanan Islam yang selama ini berlaku di negara itu. Keteguhan para ulama untuk mempertahankan dan membela nilai-nilai suci ajaran Islam dipertentangkan dengan konsep modernisasi Arab Saudi.
PERANG PEMBERITAAN
Karena itu, berita yang paling banyak digembar-gemborkan jaringan media Barat yang tidak suka Islam adalah: Para ulama yang dianggap pembela ajaran Wahabi mulai ditangkapi dan dijatuhi hukuman penjara.
Seperti yang dialami Sheikh Abdullah Basfar dan Sheikh Saud al-Funaisan. Keduanya adalah qari' ternama dan guru besar pada jurusan Syariah dan Studi Islam di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Bahkan sejak MBS berkuasa, diperkirakan sudah puluhan ulama ditangkap dan dipenjarakan. Termasuk beberapa mantan Imam Masjidil Haram. Karena Wahabi dituduh sebagai sumber inspirasi aksi-aksi terorisme.
Sementara itu, nightclub mulai dibuka di sejumlah kota. Dansa-dansi yang dulu diharamkan, diperbolehkan berlangsung tanpa rintangan. Perempuan diperbolehkan mengemudikan mobil sendirian. Berbeda dengan zaman dahulu. Karena dulu sewaktu ke luar rumah, mereka harus didampingi seorang pria terdekat yang lazim disebut mahramnya.
Lalu apa lagi?
Perempuan Arab Saudi mulai banyak yang tampil di muka publik tanpa cadar dan abaya. Pemandangan yang sangat kontras dulu dan sekarang.
Dalam banyak kesempatan, pria dan wanita boleh bercampur baur jadi satu. Minuman beralkohol kini tersedia di banyak tempat. Anak-anak muda bebas berkeliaran di sejumlah tempat yang dulu dianggap tempat maksiat. Dugem tanpa halangan dan rintangan mulai jadi keseharian yang memabukkan.
Lucunya, Uzma menyebut sejumlah perkembangan terbaru di Arab Saudi sebagai tanda-tanda bahwa kiamat makin dekat. Tapi para pembenci Islam menganggap bahwa sejumlah kebijakan MBS itu sebagai tanda-tanda bahwa ajaran Islam akan makin tenggelam. Bahkan dari tempat suci sekaligus tempat lahirnya Islam. Dua kota suci yang dikenal dengan sebutan “Alharamain wasy syarifain”. Yaitu Mekah dan Madinah.
Karena gerakan reformasi pemahaman Islam yang dicanangkan MBS itu diperkirakan akan mengikis sendi-sendi Islam yang di zaman dahulu sulit dibongkar.
Lalu mereka mengatakan – sebagaimana pidato MBS sendiri – Arab Saudi akan mengalami modernisasi melampaui Eropa dan Amerika.
Dalam beberapa tahun ke depan. “Haza harbuna. Wa haza harbiy”. “Ini adalah perang kami. Dan ini adalah perang saya,” begitu kata MBS berapi-api.
Dia juga menyebut bahwa kemajuan Eropa dan Amerika sekarang akan dialami dan dikalahkan tidak hanya oleh Arab Saudi. Tapi juga oleh Kuwait, Mesir, UAE, Oman, bahkan juga Qatar dan sejumlah negara Timur Tengah lainnya.
KENYATAAN YANG BERBEDA
Di tengah bombardir berita tentang sejumlah kebijakan sekularistik pemerintahan Arab Saudi, berbagai pemberitaan tentang Islam di berbagai belahan dunia juga tidak kalah fenomenal. Misalnya, tentang pemberian nama anak lelaki yang baru lahir di Negeri Kincir Angin Belanda. Bahwa “Muhammad” adalah nama anak yang nomor dua paling populer diberikan warga Belanda kepada anak-anak lelaki mereka yang baru lahir. Seperti diumumkan oleh Dutch Social Insurance Bank (DSIB), 6 Januari 2023 lalu.
Lantas, benarkah Islam akan tenggelam di Arab Saudi dan belahan bumi lainnya? Jawabannya jelas: Tidak!
Islam akan tetap terjaga dengan baik. Karena Allah telah menjamin untuk menjaganya. Sebagaimana firman-Nya: “Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al Qur’an), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya“. (QS. Al-Hijr: 9).
Meski demikian, serangan terhadap Islam tidak pernah berkurang. Sebagian syariat Islam terus menerus direndahkan. Pergunjingan secara negatif terhadap hal-hal seperti: Jenggot, cadar dan celana cingkrang terus berlangsung. Lalu Al Qur’an disebut kitab paling porno. Teknologi zaman ini disebut lebih hebat dari mukjizat nabi. Haji sebaiknya dihentikan karena pemborosan. Dan banyak statemen lainnya.
Burj al Khalifa setinggi 828 meter di Dubai, Uni Emirat Arab. (FOTO: unsplash.com - Tomorrow Volz)
Padahal Allah telah berfirman: “Mereka ingin memadamkan ‘cahaya Allah’ dengan mulut mereka. Namun Allah menolak kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang orang kafir membencinya“. (QS. Attaubah: 32).
Baru-baru ini muncul pernyataan dari Stephen Bullivant, Guru Besar Teologi dan Sosiologi di St. Mary's University, London. Ketika bicara dengan koran Inggris, The Guardian, dia menjelaskan: “Norma bahwa biasanya orang Eropa memeluk Kristen, sudah tak berlaku lagi. Bahkan mungkin hilang selamanya.”
Sementara itu, hasil survei – yang dilakukan pada 2014-2016 terhadap anak muda berusia antara 16 hingga 29 tahun yang disebut generasi milenial di 12 negara Eropa – menurut Bullivant, juga cukup mencengangkan. Karena memperlihatkan, mayoritas mereka mengaku tidak menganut agama. Seperti di Republik Ceko. Proporsinya mencapai angka 91%. Begitu juga di Estonia, Swedia, dan Belanda. Angkanya berkisar antara 70% hingga 80%.
Di Inggris, Prancis, Belgia, Spanyol, dan Belanda, antara 56% hingga 60% anak mudanya mengatakan tidak pernah ke gereja. Antara 63% hingga 66% tidak pernah beribadah. Survei dilakukan atas permintaan Gereja Katolik Roma. Hanya di Polandia, Portugal dan Republik Irlandia di mana lebih dari 10% anak muda mengatakan menghadiri misa atau kebaktian setidaknya sekali dalam sepekan.
300 JUTA MUSLIMIN DI NEGARA NON-MUSLIM
Dalam studinya yang berjudul Memetakan Populasi Muslim Global: “Sebuah Laporan Tentang Jumlah dan Distribusi Populasi Muslim Dunia”, Pew Research Center mengindikasikan bahwa seperlima kaum Muslimin (300 juta) tinggal di negara-negara non-Muslim.
Hasil studi yang dirilis awal Oktober 2009 ini juga menemukan bahwa Eropa memiliki sedikitnya 38 juta Muslim yang membentuk lima persen dari total populasi benua tersebut. Sebagian besar terkonsentrasi di Eropa Tengah dan Timur. Rusia memiliki lebih dari 20 juta Muslim, dan terbesar di Eropa.
Menurut studi tersebut, Jerman memiliki pemeluk agama Islam sebanyak 4,5 juta jiwa, Prancis 3,5 juta, Inggris 2 juta, dan Italia 1,3 juta jiwa. Sisanya tersebar di beberapa negara Eropa lainnya seperti Portugal, Swedia, Belanda, dan Swiss.
Namun demikian, jumlah ini diperkirakan bertambah lagi. Sebab, sebuah hasil studi di Rusia menyebutkan, jumlah pemeluk Islam di negara Beruang Merah tersebut mencapai 25 juta jiwa. Atau sekitar 18 persen dari total populasi yang mencapai 145 juta jiwa. Jangan ditanya sejumlah negara pecahan Uni Sovyet seperti Azerbaijan, Kirgistan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan lain-lain, yang memang memiliki jumlah umat Islam yang sangat besar.
Beberapa informasi menarik menyebutkan bahwa faktor pemicu peningkatan umat Islam yang demikian pesat itu disebabkan makin muncul kesadaran bagi warga Eropa dan Amerika untuk mempelajari Islam. Setelah serangan terhadap the World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, ketika Islam dipropagandakan sebagai agama teroris, kejam dan bengis, justru berbuah sebaliknya. Karena tidak sedikit masyarakat yang justru tertarik secara alamiah terhadap Islam. Yang juga mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.
Unik memang. Serangan 11 September yang mengkambinghitamkan Islam bukannya membuat makin besar stigma negatif, tetapi makin menambah jumlah anak muda dan peneliti yang termotivasi untuk mempelajari Islam. Bahkan, mereka makin tertarik dan akhirnya memeluk Islam.
Surat kabar Times melaporkan, Islam bukanlah sesuatu yang garang seperti dituduhkan selama ini. Islam justru menunjukkan wajah aslinya yang santun, damai, toleran, dan menghargai setiap perbedaan.
Berbagai pemberitaan seputar Islam itu melahirkan kesimpulan sementara. Bahwa Islam bisa saja menghilang dari sejumlah negara Islam – termasuk Indonesia – namun ia akan tumbuh dan berkembang di benua lain. Seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika sekarang. Hal itu merupakan bukti bahwa Allah akan tetap menjaga agama ini. (*)