COWASJP.COM – Liburan ke mana pun perginya, hampir pasti tujuannya adalah kuliner. Tinggal di mana pun negaranya, pasti setiap weekend juga inginnya kuliner. Harus direm. Tidak setiap weekend juga. Supaya tidak rugi bandar nanti. Hohoho.
Tapi kalau ada berita festival kuliner Indonesia, tanpa pikir panjang pasti gaspol langsung datang. Setiap hari memasak ala Indonesia, sesekali aja masak menu bule yang simple dengan khasnya cukup dengan bumbu garlic (bawang putih), salt (garam), dan pepper (lada). Kali ini ada festival bernama Mercado do Chef yang hanya 1 hari. Bukan pada hari libur, melainkan hari Jumat.
Mendapatkan info dari salah satu teman yang berprofesi Chef dan kebetulan membuka stand makanan Indonesia di sana. Rudy Duncan namanya. Cerita kali ini juga merupakan edisi spesial berbincang bersama Rudy dan keluarganya.
"Guys, jangan lupa mampir yah!! Acara jualannya mulai dari jam 11.30 sampai jam 20.30 di Mercado de Benfica. Nanti gue jual sate khas Lombok", kira-kira begitu bunyi pesan text di whatsapp grup kami. Dengan sigap langsung menjawab "siyaaap" begitu mendengar kata sate. Sate merupakan menu favorit Zirco.
Karena Zirco masih sekolah, jadi baru bisa meluncur ke Mercado de Benfica sekitar jam 17.30 WET (Western European Time). Dari jemput pulang sekolah langsung ke sana tanpa pulang ke rumah dulu.
Lokasi kuliner ini ada di Lisbon, sehingga memerlukan waktu perjalanan sekitar 30 menit kalau tidak macet dari Cascais (tempat tinggal kami). Karena hari itu adalah hari Jumat, maka jalanan menuju Lisbon sedikit macet.
Tiba di lokasi agak sedikit ragu, karena tempatnya seperti pasar tradisional. Bukan food stall ala festival. Dari pintu masuk sudah tercium bau ikan, jelas Zirco langsung protes. "Kok ngajak jalan-jalannya ke pasar sih mi? Beli satenya di sini? Aku mau satenya dibawa pulang, tidak dimakan di sini", celoteh Zirco. Ternyata betul setelah memutari gedung pasar ini, acara kulinernya ada di dalamnya.
Ada 6 stand yang mengikuti acara ini. Mereka merupakan satu komunitas. Semuanya berprofesi chef, baik bekerja di restoran, membuka katering, ataupun meng-handle private dining. Mereka adalah Chef Ricardo (Portugal), Chef Sophian (Malaysia), Chef Ploy (Thailand), Chef Rudy (Indonesia), Chef Zurath (India), dan Restaurante Pardal do Mercado (Portugal).
Mereka meminjam beberapa stand di Mercado de Benfica. Kabarnya tidak ada biaya sewa stand. Alias gratisssss. Acara ini diselenggarakan hanya 1 hari, tanggal 3 Maret 2023. Terdapat 2 sesi jualan. Sesi pertama jam 11.30 - 14.00 dan sesi kedua pada jam 16.00 - 20.00 WET.
Langsung mengunjugi stand Chef Rudy, namun shock karena tinggal tersedia 6 biji bakwan jagung. Bertemu dengan teman di sana, sebut saja namanya Cece Jenny. Dia bilang mau borong bakwan jagung, tapi takut nanti saya tidak kebagian. Sebelum saya ada 1 bule warga lokal yang membeli 1 bakwan jagung. Dan 5 sisanya saya borong semua. Hahaha. Rudy bersama istrinya tercinta (Vera) menjaga stand dari pagi. Mereka bercerita bahwa dalam kurang dalam waktu 1 jam, semua sudah sold out di siang hari.
Chef Rudy Duncan bersama isterinya, Vera, dan anaknya. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Akhirnya harus segera balik ke rumah untuk mempersiapkan masakan untuk sore hari. Ternyata sudah langsung ludes lagi. Untung masih sempat kebagian nih.
Rudy Hartawan menjual 4 macam menu Indonesia:
Bakwan sayur/perkedel sayur (1.5 Euro)
Bakwan jagung/perkedel jagung (1.5 Euro)
Sate Ayam ala Lombok (3.5 Euro/5 tusuk)
Sate Daging ala Lombok (4.5 Euro/tusuk).
Saya bungkus 2 porsi sate ayam dan 1 porsi sate daging. Zirco sedikit kaget karena bumbu satenya kok tidak coklat seperti pada yang sering dia makan.
"Ini sate Lombok Zirco, beda sama sate ala Madura yang bumbu kacangnya coklat pekat," kataku. Meskipun begitu toh dia habis 1 porsi lebih sendiri. Lahap dimakan dengan nasi hangat.
Gorengan bakwan jagung tidak begitu suka. Ya sudah buat papi maminya saja.
Masakan Chef Rudy benar-benar istimewa. Rasanya pun juara. Sungguh benar-benar membuat hati berbunga-bunga. Ditambah lagi 5 bakwan jagung yang dikasih secara cuma-cuma.
Masya Allah. Selain itu saya juga membeli 1 dessert Pao de Indian dari Chef Zurath. Menurut saya rasanya manis dan ada sedikit rasa rempah-rempah tapi super light. Cream dessert yang creamy, dipadukan dengan butiran kacang dan kismis serta ada topping rotinya membuat tampilannya cantik. Pertama kali bagi saya mencicipi dessert ala India.
Masih penasaran sama bakwan jagungnya kok bisa enak begini. (Maklum, saya kalau bikin bakwan jagung rasanya kurang manteb, haha). Ternyata saya dapat kesempatan lagi mencicipi bakwan jagung Chef Rudy.
Hari esoknya kami bertamu ke rumah Chef Rudy, hanya untuk mengambil bakwan jagung GRATIS. "Sebelum beneran buka PO aku kasih gratis lagi, mumpung aku buat banyak", kata Rudy.
Langsung meluncur ke rumahnya di area Benfica. Tak jauh dari tempat Mercado de Benfica kemarin.
Disambut hangat oleh Vera juga. Istri Rudy merupakan perempuan cantik asli Lisbon. Mereka bertemu di Lombok pada Juli 2017, memutuskan untuk serius, melanjutkan ke jenjang pernikahan, dan Alhamdulillah sudah dikaruniai satu anak laki-laki. Cakep sekali. Lorenzo namanya.
Namun sayang saat kedatangan kami di rumahnya kemarin, Enzo sedang berada di rumah neneknya. Lain kali semoga cocok waktunya bermain bersama DoubleZ.
Dagangan Rudy dan Vera laris manis. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Usut punya usut, ternyata latar belakang Chef Rudy yang belum mau dipanggil Chef ini merintis karir di dunia kuliner ini sejak menginjakkan kaki di Lisbon. Saat tinggal di Lombok, dia hanya suka dan bisa masak. Pria kelahiran 21 Januari ini tiba di Portugal tahun 2019, 22 Juni silam. Memutuskan hidup bersama keluarga kecilnya di sini.
Pekerjaan pertama saat tiba di Lisbon menjadi Cook Helper. Hingga sekarang sudah nyaman bekerja di SHAKAR Brunch & Speciality Coffee. Tidak ada menu Indonesia di sana. hehe. Mau pindah tempat kerja belum sempat terpikirkan, karena lingkungan kerja, rekan, dan bos nya pun sangat ramah dan baik. Namun kalau ada tawaran yang lebih baik, Why Not? Nanti harus dipertimbangkan dengan sangat matang.
Vera sangat mendukung sekali profesi Rudy sekarang. Hingga H+1 acara mercado, mereka masih tidak menyangka bahwa seluruh masakan yang dibuat habis ludes. Antusias pengunjung sangat besar.
"Tiba-tiba sejak siang semua orang langsung berdatangan, entah itu hanya berbelanja atau khusus datang ke acara mercado. Area ini bukan tempat turis, bisa dipastikan bahwa kemungkinan besar mereka semua adalah warga lokal. Sampai harus gerak cepat saat menyiapkan pesanan. Dokumen foto pribadi pun tidak ada, karena saat makanan disajikan semua pengunjung langsung berbaris rapi", cerita Vera dengan antusias dengan Bahasa Inggris.
Komunikasi Rudy dan Vera sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris. Rudy belajar Bahasa Portugis dari Enzo. Bahasa pertama Enzo tetap bahasa ibunya yaitu Portugis. Namun tetap sedikit-sedikit dikenalkan Inggris dan Indonesia.
Acara mercado ini rencananya akan rutin diagendakan setiap bulan sekali. Dengan menu berbeda-beda. Rudy akan mengenalkan masakan Indonesia. Dia punya harapan masakan Indonesia akan menjadi favorit dan terkenal di Portugal. Rasa masakan Indonesia dan Portugis hampir mirip, itulah sebabnya warga lokal bisa menerima dan menyukai masakan Indonesia.
Masakan Indonesia yang lebih full flavor alias rasanya medok harus bisa dimodifikasi. Karena rata-rata bule tidak begitu suka pedas dan sensitif dengan rasa yang kuat. "Aku dan keluarga kecilku punya mimpi, aku ingin ke depannya bisa membuka restoran sendiri. Dengan masakan khas Indonesia. Sekarang aku mulai dengan mengikuti acara komunitas ini dan ingin sekali-kali membuka PO. Sebenarnya ingin juga bisa membuka stand di KBRI kalau ada acara kuliner. Namun benar-benar tidak sempat. Kerjaan sangat padat. Seminggu libur 2 hari (Jumat dan Sabtu), buat konten video, bermain bersama anak selagi ada di rumah, dan sisa waktunya dipakai untuk istirahat", cerita Rudy.
CHANNEL RUDY IN THE KITCHEN
Ternyata selain seorang Chef, Rudy juga seorang Content Creator. Dia aktif mengunggah video terbarunya di Channel Youtube Rudy Duncan dan Rudy in the Kitchen. Kedua nama ini juga bisa ditemukan di akun Instagramnya. @rudy.duncan_ dan @rudy.in_thekitchen.
Mencoba dessert Pao de Indian pertama kali. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
"Awal mula buat video di Youtube hanya sekadar hobby. Aku senang buat video. Gak ada motivasi khusus. Yang penting bisa jadi kenangan sampai kapan pun. Saat pertama memulai buat video, bisa 3 video dalam satu minggu. Sekarang karena padatnya jadwal harian, seminggu sekali aku usahakan untuk rutin upload 1 video. Karena hobby buat video, sampai seluruh videoku itu tanpa script lho. Ngevlog random saja, tapi aku sudah set mau tema apa yang ingin diperbincangkan. Untuk seluruh penikmat videoku di Youtube atau content di Instagram, aku berharap bisa menghibur kalian, bermanfaat, dan bisa mengambil sisi positif. Apalagi konten yang berhubungan dengan tinggal di Portugal. Mengenalkan ke penonton seperti apa hidup di luar negeri. Seperti video yang baru di-upload, yaitu terkait menikmati Family Time, jalan-jalan ke Shopping Mall. Belanja barang diskonan dan makan di foodcourt yang ada di Mall.
Selengkapnya tonton di Channel Rudy Duncan dan Rudy in the Kitchen.
"Mas Rudy, lebih suka mana nih memasak jadi Chef Professional sama jadi Content Creator?", tanyaku to the point.
"Jelas MEMASAK. Cooking adalah PASSION, Video adalah HOBBY", jawabnya dengan lantang! (*)