COWASJP.COM – Anak dan cucu saya lazim menyapa Prof Dr Bambang Permono SpA (K), dengan Eyang (Kakek) Bambang.
Sapaan itu, tak dibikin-bikin. Tapi, atas permintaan beliau sendiri.
Keluarga saya memang sudah lama menjadikan Eyang Bambang sebagai dokter keluarga. Dimulai dari putri pertama, 38 tahun silam. Sampai cucu ke 5, tahun ini.
Bila sakit, Eyang Bambang lah tempat rujukan. Bahkan, bila sedang berada di luar kota pun. Cukup WA ke beliau. Resep dikirim melalui SMS dan WA sekarang.
Itulah kebaikan beliau yang susah dilupakan oleh keluarga saya.
Rabu kemarin 19/4/2023 pukul 20:20, Prof Dr Bambang Permono telah tiada. Meninggalkan kita untuk selama lamanya. Guru besar Universitas Airlangga Surabaya itu menghembuskan napas terakhir di RS Dr Soetomo, Surabaya, pukul 20:20. Dan dimakamkan Kamis pagi 20/4/2023.
Lewat zoom, saya dan anak cucu menyaksikan upacara pelepasan dokter yang rendah hati dan murah senyum itu.
Saya kenal dokter kelahiran Malang 23 Mei 1943 ini sejak tahun 1984. Kala itu anak pertama saya: Uswatun Khazanah masih bayi.
Bahkan empat anak saya, hingga enam cucu sekarang, selalu ke beliau tempat kami konsultasi, bila sakit.
Dan semuanya cocok dengan resep yang beliau berikan.
Di tempat praktik almarhum, Jalan Raya Waru 37 Sidoarjo, di situlah tempat yang selalu saya tuju bila anak-anak gangguan kesehatan. Pukul 05.00 pagi sudah banyak pasien yang antre. Bukan saja masyarakat di sekitarnya. Tapi datang dari berbagai penjuru kota Surabaya dan Sidoarjo.
Perawakannya tinggi besar. Kulitnya putih. Cara berpakaiannya selalu necis. Dengan rambut yang disisir rapi.
Eyang Bambang dikenal ramah. Bicaranya kalem dan terdengar santun. Senyum selalu menghiasi bibirnya. Yang membuat pasian lebih akrab dengannya.
Soal biaya, beliau tak pernah mengharuskan sekian rupiah. Berapa pun pasien berikan, selalu diterima dengan senyum.
Ada cerita menarik dengan Prof Bambang. Ketika saya memeriksakan kesehatan anak bungsu, Eva Yunita Rachmah, sekitar 30 tahun yang silam. Separoh dari bayar dokternya diberikan kembali ke Eva.
Kenangan itu yang membuat Eva menangis saat mengetahui kalau Eyang Bambang telah tiada kemarin. Pun isteri saya. Juga ikut meneteskan air mata saat saya kabarkan, kalau Eyang Bambang telah berpulang.
Secara pribadi saya juga memiliki hubungan baik dengan almarhum. Kami sering berkumpul di YPAC Surabaya.
Di kala Covid sedang merajalela. Saya WA ke beliau agar tidak praktik. Meski beliau sudah sangat membatasi, namun masih ada saja satu - dua pasien yang memaksa datang ke rumahnya. Termasuk cucu saya.
Selamat jalan Eyang Bambang. Engkau adalah orang baik yang pernah saya kenal.
Semoga amal perbuatan baik mu selama ini dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah. Semoga husnul khatimah. Aamiin.(*)