Sang Begawan Media

Zaytun Ibrani

Di meja makan wisma 6 lantai di Kompleks Al-Zaytun. (FOTO: DISWAY)

COWASJP.COM – KAMI tiba di kompleks Al-Zaytun sudah sangat gelap. Tapi penjaga gerbang langsung tahu siapa yang datang. Mobil Syekh Panji Gumilang ini mencolok sekali:  bendera merah putih selalu berkibar di antena depan.

"Merdeka!" sambut para penjaga gerbang itu.

"Merdeka!" jawab Syekh Panji.

Saya, yang duduk di sebelahnya, masih agak canggung untuk ikut memekikkan ''merdeka''. 

Saya pilih tersenyum saja ke para penjaga itu.

Tidak ada sambutan Assalamu'alaikum di situ. Pekikan ''Medeka!'' sudah menjadi salam sehari-hari. Termasuk antara santri dan guru. Kalau pun tidak memekikkan "Merdeka!“ mereka saling melakukan "hormat militer":  menempelkan telapak tangan terbuka di pinggir dahi. Dengan gerakan itu sudah sama artinya dengan mengucapkan "Merdeka!". 

Tanpa pula harus berjabat tangan.

Assalamu'alaikum masih sering terdengar. Jabat tangan masih sering juga terlihat. Tapi tidak sebanyak pekik "Merdeka!". 

Begitulah suasana di gerbang masuk Al-Zaytun. Itulah gerbang barunya. Disebut juga gerbang utara. 

Dulu, untuk masuk pesantren ini hanya bisa dari gerbang selatan. "Kelak akan ada dua gerbang lagi. Gerbang barat dan timur," ujar Syekh Panji Gumilang, sang pendiri Al-Zaytun.

Malam itu kami memang datang dari arah utara. Dari arah pantai Samudera Biru bagian utara Indramayu. Kalau harus masuk dari gerbang lama amatlah jauh. Lewat jalan memutar. Bisa selisih setengah jam sendiri. Luas pesantren ini memang 1.300 hektare. Yang jadi kompleks bangunan saja 200 hektare.

Gelap.

Kegelapan itu membuat saya tidak bisa menjelaskan suasana antara gerbang ini dan tempat saya menginap: Wisma Tamu Al-Zaytun. Malam itu saya seperti melewati hutan jati yang luas. Jalan di tengah "hutan" itu lebar sekali. Aspal. Kanan-kirinya ada jalan yang lebih kecil. 

Jalan lebar di tengah itu untuk mobil dua arah. Jalan di kiri untuk sepeda dua arah. Jalan di kanan untuk motor dua arah.

Tertata.

Lalu ada simpang tiga. Kami belok ke kiri. Masih hutan jati. "Itu workshop baja. Semua bangunan di sini berkonstruksi baja," ujar Syekh sambil menunjuk arah gelap.

Beberapa menit kemudian Syekh menunjukkan jari lagi ke kegelapan yang lain: di sana sawmill. Ada pabrik mebel di situ. Semua mebel tidak ada yang dibeli.

"Kalau kita tadi belok kanan ke mana?" tanya saya.

"Ke pabrik beras, cold storage, dan pabrik air minum dalam kemasan," jawabnya. 

Air minum untuk 8.000 penghuni madrasah ini diproduksi sendiri. Beras juga diolah sendiri dari sawah sendiri. Kalau menyembelih ayam sekaligus sekian ribu, lalu dimasukkan cold storage.

Kami pun tiba di wisma tamu. Ramai. Banyak orang tua mahasiswa bermalam di situ. Besok paginya (Sabtu) ada wisuda sarjana angkatan ketiga.

Penerangan di sekitar wisma ini kurang terang. Saya pun berpikir ke masa-masa tahun 1997 ketika wisma ini dibangun: Indonesia masih kekurangan listrik. Mungkin saat itu sulit mendapat sambungan daya besar dari PLN. Lalu penerangan yang kurang terang ini dianggap biasa, pun setelah Jawa kelebihan listrik.

Wisma ini seperti hotel bintang tiga. Enam lantai. Lift-nya dua buah. Lobinya besar. Kamar-kamarnya besar. Ranjangnya besar. Kursi-kursinya besar. Berarti wisma ini sudah berumur 25 tahun. Sudah waktunya direnovasi ringan. 

Saya membayangkan betapa mewahnya untuk ukuran 25 tahun lalu di pedalaman Indramayu. Jangan-jangan itu gedung ber-lift pertama di kabupaten itu.

Usai menaruh barang di kamar saya turun ke lantai dasar: makan malam. Di sebelah lobi itu ada ruang makan. Ternyata sudah begitu banyak yang siap makan malam. Sekitar 100 orang. Mereka sudah duduk rapi menghadap meja-meja panjang. Makanannya pun sudah tertata di atas meja. 

Belum ada yang memulai makan.

Mereka menunggu kedatangan Syekh Panji. Dan saya. Dan istri.

Di kursi sebelah saya ada Mayjen Purn Kivlan Zein dan istri. Di kanan istri saya ada rombongan pendeta Kristen dari Jakarta. Di seberang saya ada Robin Simanullang, wartawan senior, anak pendeta, penulis buku tentang Al-Zaytun.

Syekh duduk di kursi di ujung meja. Maka makan malam pun dimulai: nasi, ayam, salmon, tongkol, sop gambas. Nasinya beras Jepang hasil panen pertama seluas 4 hektare di pesantren ini.

Syekh tidak ikut makan. 

Ia terus berbicara, menjawab begitu banyak pertanyaan orang semeja.

Ternyata ia tidak makan bukan karena sibuk bicara. Ia, setiap hari, memang puasa 22 jam. Untuk mempertahankan kesehatan badan. Ia baru makan pukul 21.00. Hanya ada waktu makan 2 jam selama seharmal. Dalam 2 jam itu makan apa pun boleh: nasi, daging, ikan... 

Itulah diet gaya intermittent fasting 22 jam. Itulah yang membuat Syekh Panji Gumilang masih gesit di usianya yang 77 tahun.

Diet intermittent itu sudah dilakukan sejak 3 tahun lalu. Sejak Covid-19 melanda Indonesia. Itu bagian dari usaha menghadapi Covid agar tetap sehat.

"Sejak itu badan saya enak sekali. Enteng," ujarnya mengenai hasil diet itu.

Banyak sekali pertanyaan diajukan ke Syekh. Termasuk soal-soal yang sensitif mengenai Quran dan Injil. Mengenai agama Ibrahim. Firaun. Isa Almasih. Muhammad.

Setiap jawaban juga disertai kutipan ayat-ayat Quran dan Injil, dalam bahasa Ibrani. 

Saya bertanya: di mana Syekh belajar bahasa Ibrani. "Bahasa Ibrani itu mudah. Mirip sekali dengan bahasa Arab. Termasuk pengucapan dan grammar-nya," ujar Syekh. Ia pun memberi banyak contoh. Saya tidak mampu mengingat semuanya. Begitu mirip dua bahasa itu. Salah satunya: assalamu'alaikum. Dalam bahasa Ibrani: salom alahum. 

Berati Syekh ini bisa berbahasa Arab, Inggris, dan Ibrani. 

Ketika ia sekolah di pondok modern Gontor dulu, siswa memang diwajibkan berbahasa Inggris dan Arab. Yang ketahuan tidak bicara dua bahasa itu kena hukuman.

Tapi tidak ada pelajaran bahasa Ibrani di Gontor.

Aneh! 

Ternyata Syekh juga bisa berbahasa Mandarin. Saya sama sekali tidak menyangka. Saya tahu itu secara kebetulan. 

Saat kami makan, ada orang Tionghoa masuk ruang makan. Syekh menyapanya dalam bahasa Mandarin. Saya terbengong.

Lalu saya juga menyapa tamu itu dalam bahasa Mandarin. Ternyata ia dari Shanghai. Di Al-Zaytun hanya akan 1,5 bulan. Ia tenaga ahli instalasi air minum kemasan. Al-Zaytun lagi memperbarui mesin pabrik air minumnya.

Saya pun ''menguji'' Syekh lewat beberapa pertanyaan dalam bahasa Mandarin. Semua bisa dijawab dalam Mandarin.

Syekh tidak mau menjawab pertanyaan soal tuduhan Al-Zaytun terafiliasi dengan ideologi Negara Islam Indonesia (NIl).

Ia sudah bosan dengan pertanyaan itu. Yang setiap menjelang tahun ajaran baru selalu muncul.

"Biar dijawab Robin saja," kelakarnya. 

Hanya soal itu yang ia tidak mau menjawab. Soal wanita ikut salat di barisan depan ia tampilkan perspektif sejarah. 

"Di zaman jahiliyah laki-laki diutamakan. Laki-lakilah yang diperlukan dalam perang. Di zaman Firaun laki-laki dibasmi. Perempuan dianggap mudah diatur. Di zaman Muhammad laki perempuan dibuat sejajar," ujar Syekh Panji.

Saya pun tahu arahnya ke mana. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 21 Mei 2023: Zaytun Salmon

Amat K.

Jadi begini Pak Joko, Pukul sembilan lewat sepuluh. Aku bertanya pada emboen yang masih tersisa, "Ke manakah emboen-emboen lain? Bukankah jumlah kalian banyak saat diturunkan Tuhan?" Sisa-sisa emboen menjawab, "Kami inilah emboen-emboen tersisa. Sebagian kami telah menguap, dijemput sinar pagi mentari. Kembali bersua bersama udara. Sebagian lagi terjatuh ke bumi oleh tiupan angin. Lalu sebagian lagi dinikmati sebagian kecil makhluk Tuhan." Kulanjutkan tanya, "Lalu bagaimana dengan kalian?" Kata sisa emboen lagi, "Kami yang tersisa ini pun sama, kami akan pulang. Tugas kami hanya sebentar. Datangnya hangat mentari adalah pertanda kami harus kembali." "Terima kasih wahai Emboen-emboen pagi!" timpalku.

Jokosp Sp

Wah tak kira HP dipakai mainan si bocil lagi. Mana si Emboen Pagi tak tampak sehari ini?. Log in susah atau habis log in tadi malam sehingga kesiangan, lambat buka HP? Pertanyaan Bli@LP

alasroban

Luar biasa, Betapa keren nya pengelolaan ekonomi nya pesantren Al zaitun ini. Syech Panji Gumilang sudah layak menyanyikan lagu "Nenek Moyangku Seorang Pelaut". Betoel-betoel merawat & mewarisi kultur sang nenek. Ingat ya sodara-sodara "nenek" itu seorang perempuan. Dan Pelaut. Betapa keren nya Nenek Moyang Bangsa Nusantara. :)

MULIYANTO KRISTA

Kalau ada komentar begini,bisa batal cuti komennya nanti pak Jo. wkwkwkkkkkkkkk...

Juve Zhang

Ucok : Dang Hadong Hepeng . kasbon lah lae kita ini. Wkwkwkwk

Chei Samen

Hahaha.. Horas! Selamat pagi sobat! Pak chei tak berapa paham. Tapi ikut tertawa!! Selamat berkarya Bung Tamiya! Sehat selalu sobat-sobatan.. Tabik.

Tamiya Audley

-Intermezzo- Local Pride Ucok,"Horas Ito, tutup lapo sekarang.Datuk sorban berperahu bawa jin ifrit di danau Toba menyeberang mau bikin penghijauan" Butet,"Dongan. Saep dohot tongtong saep. Lae, duduk minum dululah.Siang matahari bolong gerah begini" Ucok,"Awak makan tak enak duduk tak nyenyak. Kenapa Ito marpangulangi roha?" Butet,"Lae dengar gondang Samosir? Itu Sigale-gale sedang manortor. Opung Doli sudah tiup" Ucok,"Ito benar, jadi apple to apple. Mau ekspor, mau lokal.. digigit sama saja asam rasanya, kulit luarnya saja berbeda" Butet,"Akur, sesama bus AKAP dilarang saling mendahului" Ucok,"Mauliate Ito, sempatkanlah saya makan ikan Arsik dulu" Butet,"Ijo hepeng mi?" Ucok,"Ito, awak kasbon lagi" Butet,"naung roa godang eol" Ucok,"Ho bagak alai anggo rimas roa" -Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang-

Juve Zhang

@JM, Rumah makan Jepang ikan salmon nya gak match sama dompet saya. Dulu berani masuk ke RM Jepang di hotel bintang lima karena match dengan dompet kantor .wkwkwkwkwk. harganya gak kuat bayarnya .

doni wj

Ulama atau pengusaha..? Dikotomi ini yg telah terbentuk sekian lama sehingga terasa sebagai sebuah hal yg tidak biasa. Padahal Rasulullah dan Khulafaur Rosyidin mencontohkan bahwa mereka adalah Pemuka Agama sekaligus Pengusaha sukses. Era Khalifah sebagai Sultan rupanya mendorong pemisahan antara profesi dunia dan profesi akhirat

 

Jimmy Marta

Ingin menikmati salmon dg rasa unik, datangilah kota Murakami di Nìigata Jepang. Ada 1000 macam olahan ikan samon disana. Dan paling istimewa adalah hidangan sake bihashi. Salmon kering alami (tanpa panas matahari selama 6 bulan) yg dicelup ke sake... Tp bg JZ gk usah nyoba, gk macth dg lidah indo...

Agus Suryono

MEMENUHI KRITERIA MENJADU DIRUT PT PERIKANI II.. "Begitu penuh dengan ikan Arafuru, kapal ikan itu akan kembali ke Indramayu. Tidak ke Ambon, Bitung, Makasar, atau Surabaya". "Di pantai utara Indramayu itu kini sedang dibangun juga industri pengolahan ikan". "Di situ juga dibangun cold storage yang besar.." #Apabila di atas adalah jawaban wawancara Meneg BUMN dengan calon Dirut PT Perikani II, maka pak Pandji lolos dan lulus sebagai Dirut.. Untuk pelantikan, beliau cukup "ganti sepatu". Pakaian atasnya kan udah jas dan dasi..

Agus Suryono

TIADA HARI TANPA IKAN.. Tahun 1976- 1984 saya ditempatkan di Ambon. Harga sayuran mahal, saat itu. Karena budaya Maluku adalah tanaman umur panjang, misalnya cengkeh. Bukan tanaman umur pendek, misalnya bayam. Gpp sih. Tidak ada sayur, tapi "tiada hari tanpa ikan. Ikan laut. Dan segar. #Di Maluku, kami menerapkan kebiasaan: Tiada hari tanpa ikan. Sebelumnya saya hidup di Jawa, dengan slogan: Tiada hari tanpa tempe. Dan krupuk..

MULIYANTO KRISTA

Buka CHDI sehabis sholat dhuhur lha kok fotonya sudah berubah. Hidup mang UDIN SALEMO !!! Anda emang kereennnnnnnn....

Xiaomi A1

Orang Jepang rela membayar sampe miliaran rupiah untuk ikan Tuna dari Indonesia.. Cerita tentang ikan tuna dari teman yg asli Manado, rute perjalanan ikan tuna itu mengikuti arus laut (dari hasil googling saya pun kemudian tahu yg dimaksud adalah arus kurosyiwo).. - ikan tuna muda berangkat dari jepang ke arah pasifik (ke tenggara, melingkar balik ke barat) - sampe di laut sulawesi utara (dan laut maluku jg) ikan itu sudah dewasa, ada yg bereproduksi, banyak yg tertangkap nelayan juga.. - ikan yg selamat dari tangkapan nelayan balik ke jepang, sebagian ikan itu balik ke jepang dlm kondisi hamil.. - sampe di jepang, lahirlah anak tuna yg selanjutnya meneruskan perjalanan lagi sesuai rute kurosyiwo.. Ikan tuna Jepang tidak tahu bahwa mereka telah masuk ke dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia :)

Juve Zhang

Zaman purbakala tugas di pesisir Kalimantan, sambil kerja manggil pak Nelayan yg habis nangkap ikan kembung yg segar ,dan murahnya luar biasa. Padahal makanan di kantin karyawan sudah berlimpah ruah. Masih saja iseng bakar ikan. Dan harganya sangat fantastis murah nya. Itulah Mengapa Koes plus mengatakan Bukan Lautan Hanya Kolam susu. Kail dan Jala cukup untuk hidup. Sekarang anak muda jadi Relawan Capres yg lagi Tebar "logistik" jumbo lebih menarik, kalau anda beli saham mau dapat deviden Jumbo , modal gede, tapi Jadi Relawan cukup modal HP selfie pake seragam, Selfi sama Tokoh yg lagi Tebar "deviden " jumbo, masuk rekening kita , lumayan buat cicilan KPR, cicilan Mobil, cicilan HP, Cicilan Panci, bayar ke warung sebelah utang sembako. Kemaren relawan mas Gibran dukung capres lain boleh kah ,? Tentu boleh namanya relawan bebas asal cair pasti semangat. Soal menang dan kalah itu nomor dua, nomor satu cair dulu. Wkwkwkwk

yea aina

12.09 lima jam setelah di komen Pak Jokosp dibawah, foto bagian awal telah berganti. "Sesuai" narasi yang dituliskan Abah: "Di dalam gedung galangang kapal ini telah berjajar dua kapal yang nyaris bla... bla...". Pergantian gambar ini, sekaligus kesempatan bagi perusuh spesialis "roasting" sikap ngapurancang Abah, sembari menyimak penjelasan syekh APG. Monggo...

Xiaomi A1

Salah fokus ama foto Bapak2 yg di depan kapal.. Ada salah satu Bapak yg mengenakan sepatu sneaker Nike Air Jordan 1 mid... Gaul tenan hehehe :)

Kang Sabarikhlas

Hari minggu Puskesmas tutup tapi disitu ada staf puskesmas sedang rapat dan ada yang kenal saya, sayapun di tensi hasilnya 125/80... "Kang, sampean itu sehat wal'afiat di usia 67 ini". Alhamdulillah saya ndak terpapar apapun,..pulang dah siang, jalanan terasa terang benderang meski sempit tapi terasa ndak lapang... anu maksudnya saya gembira bisa komen lagi, sebab tadi pagi saya ngintip CHD ada 2 foto serupa tapi sama, saya kira ada kuis tebak gambar hadiah sepeda. Sungguh beruntung baca CHD bisa nambah wawasan, jadi tahu orang² hebat. kali ini 2 orang hebat berjiwa pengusaha sama² suka sneaker, jadi iri tapi saya pakai sepatu 'ket' mesti ndak pantes, lha wong uk 43 warna abu² atau putih nampak guede kayak bigfoot..duh. anu...saya permisi dulu, mau mancing, kepingin dapat ikan salmon.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda