COWASJP.COM – PUKUL 04.00 saya sudah bangun. Saya perlu air minum hangat setengah liter. Yakni untuk minum obat sebelum makan apa pun. Air di termos kamar sudah dingin. Tidak ada telepon antar-kamar di wisma tamu Al-Zaytun ini.
Saya turun lewat lift: akan minta tolong ke petugas lobi. Tapi begitu keluar dari lift ruang makan di dekat lobi itu terlihat sudah terang. Saya melongok ke dalamnya. Sudah banyak makanan. Atau: masih banyak makanan.
"Jam segini kok sudah melayani makan pagi?" tanya saya ke petugas ruang makan.
"Ini layanan makan sahur. Tadi banyak sahur. Banyak yang puasa," jawabnya.
Saya pun membawa air panas ke kamar. Satu termos besar. Istri saya juga perlu bikin susu untuk orang tua.
Saya pun segera ke masjid. Agak terlambat. Salat subuh berjamaah sudah dimulai. Isinya santri berpakaian pramuka. Masjid ini besar sekali. Sekitar 40 x 60 meter.
Ini masjid lama. Salah satu dari bangunan pertama yang didirikan di Al-Zaytun 25 tahun lalu. Bukan masjid baru yang enam lantai. Yang belum sepenuhnya jadi.
Di salat subuh ini masjid tidak penuh. Ada empat baris panjang santri laki-laki: tiap santri berjarak 1 meter. Tidak ada yang aneh. Salat subuh biasa. Tanpa qunut.
Para santri wanita berjajar jauh di belakang. Juga sudah berpakaian pramuka yang ditutup mukena. Jumlahnya kurang lebih sama. Salat berjamaah lima waktunya pun seperti itu. Tidak ada wanita yang di depan laki-laki.
Selesai salat ada wiridan sebentar. Lalu ada pelajaran bahasa. Santri laki-laki berkumpul di kiri lantai masjid. Perempuan di kanan. Saya tidak bisa melihat pelajaran ini. Saya harus bersiap-siap senam dansa gaya Disway. Sambutan Al Zaytun ternyata antusias. Mereka senang santrinya diajak senam Sabtu pukul 06.00 itu.
Saya, istri, Nicky, dan Kang Sahidin jadi pemandu senam. Pemanasannya pakai lagu Mandarin. Tiga lagu. Lalu masuk ke gerak medium impact dengan lagu Cinta SMA. Para santri tidak hanya ikut bergerak, tapi juga serentak ikut mendendangkan lagunya. Rupanya lagu itu sangat populer di kalangan anak SMA.
Berikutnya mulai gerak yang lebih dinamis. Pakai lagu India, Arab disco, lagu Barat, rock 'n roll, dangdut, koplo, dan ditutup dengan gerak jenaka lagu chicken dance.
Satu jam penuh.
Nonstop.
Saya lihat presiden santri Al-Zaytun ikut senam. Wanita. Cantik dengan 4i. Asal Sukadana, Lampung. Namanyi: Shabrina Tifa Azzahra binti Yuni Faizal. Baru dua kali ini presiden santri dijabat perempuan. Yang pertama sekitar 6 tahun lalu.
Sejak dulu presiden santri dipilih secara demokratis. Mirip pemilu negara. Prosesnya unik: tahap pertama, 80 santri dengan nilai terbaik jadi calon presiden. Tidak peduli laki-laki atau perempuan.
Dari 80 calon itu, tiap santri memilih dua nama calon laki-laki dan dua nama calon dari perempuan.
Terpilihlah 8 calon laki-laki dan 8 calon perempuan. Lalu 16 calon tersebut tampil di forum santri. Mereka mengajukan program. Lalu dibuka perdebatan antar calon.
Setelah debat, setiap santri diminta menuliskan dua nama calon laki-laki dan dua nama calon perempuan. Itu untuk menentukan 4 calon laki-laki dan 4 calon perempuan pilihan mereka.
Delapan calon ini diajukan ke dalam Pemilu akhir. Untuk dipilih salah satu: jadi presiden.
Pemilunya pakai kartu suara beneran. Pakai bilik suara beneran. Pakai kotak suara plastik yang transparan. Lalu dihitung dengan dua cara: manual dan digital. Saling kontrol.
Selesai senam para santri bergegas ke asrama. Pukul 08.00 mereka masuk kelas ekstrakurikuler. Saya sendiri bergegas mandi. Pukul 08.00 menghadiri acara wisuda sarjana. Sekalian memberikan pidato wisuda.
Semua laki-laki pakai jas. Kecuali saya. Maka saya cari pinjaman jas. Mudah. Banyak jas di sana.
Di auditorium Al-Zaytun itu, tempat wisuda itu, bergema gamelan Sunda. Waktu saya masuk auditorium lagunya
Karatagan Pahlawan. Perjuangan para pahlawan. Penabuh gamelannya karyawan Al-Zaytun sendiri.
Setiap pembicara yang naik podium diiringi gamelan. Pun ketika meninggalkan podium.
Acara wisuda pun dimulai: tidak dengan pembacaan Alquran. Dua MC wanita minta hadirin membaca Basmallah.
Lalu seorang santri maju. Ia memimpin pembacaan asmaul husna. Tanpa nada. Diikuti semua yang hadir. Pembacaan 99 nama Tuhan itu ternyata masih dilanjutkan dengan pembacaan asmaun nabi. Juga diikuti yang hadir. Kelihatannya hanya saya yang tidak bisa mengikuti. Saya tidak hafal. Tidak ada bantuan teks di layar. Baru kali ini saya alami: pembacaan 21 nama Nabi Muhammad.
Di panggung kehormatan duduk berderet ketua yayasan, senat, rektor, para wakil rektor, dan guru besar. Syekh Panji Gumilang sebagai ketua dewan pembina yayasan. Di sebelah kirinya: Ny Panji Gumilang. Di sebelah kanannya: Dr Imam Prawoto, rektor institut agama Islam Al-Zaytun.
Dr Imam adalah putra pertama Syekh Panji. Ia juga lulusan UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta. Lalu ke Selandia Baru. Ia kuliah manajemen di sana. Sampai bergelar MBA. Masih banyak lagi gelarnya yang lain. Usianya 55 tahun.
Semua yang naik podium mengawali salam dengan pekik ''Merdeka!''. Kecuali satu orang: wakil rektor. Ia bertugas membacakan SK kelulusan. Setelah mengucapkan Assalamu'alaikum ia langsung membaca SK.
Ia pun ditegur.
Dari tempat duduknya di panggung Syekh Panji Gumilang menyela dengan suara keras. "Mana Merdekanya? Ulangi!" ujarnya.
Maka sang wakil rektor berhenti membaca SK. Ia mengulangi dari awal: Merdeka!
Syekh Panji sendiri, di podium, memulai dengan salam bahasa Arab, salam bahasa Ibrani dan salam bahasa Jawa: rahayuuu. Lalu mengajak hadirin bersama-sama menyanyikan satu ayat dalam kitab suci perjanjian lama, Taurat, dalam bahas Ibrani. Serasa di gereja.
Saya sendiri tidak mengucapkan salam apa pun. Langsung pidato ke materi persoalan. Hanya di akhir pidato saya memekikkan Merdeka!
Selesai wisuda hadirin pindah ke ruang makan besar di sebelahnya. Di situ ada gamelan Jawa. Penabuhnya para guru al Zaytun. Saat saya mulai duduk di meja makan lagunya Caping Gunung. Sindennya juga para guru Al Zaytun: tiga perempuan, satu laki-laki.
Di sebelah gamelan ada dua grup musik. Satu grup untuk musik pop. Satunya lagi musik untuk lagu keroncong. Syekh Panji Gumilang senang keroncong. Suaranya merdu.
Syekh Panji bahkan menciptakan banyak lagu keroncong. Yang dinyanyikan oleh 'ratu' keroncong, Sundari Sukoco. Salah satu lagu ciptaannya: Samudera Biru. Yang kemudian dijadikan nama PT untuk perusahaan perkapalan Al Zaytun di pantai utara Indramayu.
Saya tidak sempat menikmati sajian keroncong itu. Saya buru-buru harus ke salah satu desa di pedalaman Magetan. Desa Soco. Di selatan lapangan terbang Iswahyudi Maospati. Di desa itulah kiai dan ustad pesantren keluarga kami dimasukkan sumur hidup-hidup. Pelakunya: PKI. Di tahun 1948 - -peristiwa Madiun Affair.
Saya bergegas masuk mobil. Sampai lupa mengembalikan jas. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 24 Mei 2023: Zaytun Gantar
Otong Sutisna
Embun pagi telah hilang, eh... embun siang tuh terbawa angin, itulah Majalengka. Kota angin yang bisa yingkap rok cewek-cewek.
Mbah Mars
EmBoEn PaGi (KeRiNaN) Satu hari tanpa tawa adalah satu hari yang terbuang sia-sia. _Charlie Chaplin_
Agus Suryono
SERI AL ZAYTUN TERNYATA BELUM HABIS.. Mungkin, besuk pun, masih membahas Al Zaytun. Dari tulisan Abah di seri Zaytun ini, "terasa", sedikit banyak Abah terpukau oleh kelebihan-kelebihan Syech Pandji. Jadi, mestinya, kalau besuk, CHD serie Al Zaitun ini masih berlanjut, semestinya Abah ungkap dan atau tanyakan tanggapan maupun penjelasan Syech Pandji tentang:
1). Kontroversinya ilmu yang diajarkan ke para santri dan atau keyakinan Syech Pandji yang kelihatannya agak "berbeda".
2). Sumber dana tambahan yang diperoleh, sehingga pesantren Al Zaytun "mampu" membeli tanah ratusan hektar (minimal 120 + 350 = 470 hektar, yaitu yang di pesantren), di luar atau tidak termasuk uang pribadi, dan untuk membangun berbagai fasilitas pendukung pesantren. Mulai dari pabrik air, "katering raksasa" yang harus menyediakan paling tidak 3 (pagi siang sore) dikalikan 5.000 siswa.
3). Pandangan dan atau logika berpikir keagamaan dari mana atau dari siapa, yang "dipanuti" Syech Pandji.. @Terima kasih Abah DIS..
Ahmad Zuhri
Jangan silau dengan tampilan luar atau fisiknya, besar dan megah.. tapi kita harus pastikan isinya seperti apa. Saya kagum dengan prinsip kemandirian ala Al Zaytun ini, tapi tidak dengan ajaran yg udah di praktikkannya.. Godaan orang alim itu beda, lebih halus.. sangat berbahaya kl terlena, beda dengan perusuh seperti saya.. Hasil pengamatan dan interaksi saya antara pondok modern dan pondok salaf.. pondok modern secara keilmuan umum mmg lebih unggul, tapi untuk adab nya kurang. Pondok salaf secara keilmuan cukup, tapi adabnya sangat baik (mohon maaf kl kurang tepat hasil pengamatan saya) Kl bisa mmg keilmuan unggul, adabnya juga sangat baik.. tapi saya kembali ke ungkapan ini bahwa Adab itu lebih tinggi daripada ilmu.. Ojo gampang gumun lan kagetan..
Gregorius Indiarto
Yen gampang nggumun lan kagetan kuwi gampang diapusi lan kapusan. Sugeng enjang, sugeng makaryo.
imau compo
Ingat Harvard ingat Zuckenberg, manusia terkaya di dunia. Ingat lagi alumni-alumni Harvard yg menjadi tokoh dunia. Ingat ITB ingat Soekarno dan sederet tokoh nasional dan tokoh di Malaysia, termasuk pencipta serial kartin Upin dan Ipin. Ah...! Gak adil, masa feature Al Zaytun dikaitkan universitas-universitas terkenal itu. Jadi ingat, doktor hebat yg ceramah malam nuzul al Qur'an itu dengan bangga bilang lulusan Gontor. Beliau dengan takzim memberi hormat ke ketua DKM kami yg lulusan Irak sambil mengidentifikasi diri angkatannya dengan tokoh-tokoh nasional alumni Gontor. Dari situ saya penasaran, siapakah pendiri Gontor ini? Ketemu! Besok lupa lagi. Beda lagi dengan Gantar. Baru hari ini saya tahu. Ternyata lokasi lembaga pendidikan Al Zaytun, yg didirikan Sjech Panji..... Saya mencoba mengingat nama-nama terkait Al Zaytun ini......Sjech Panji! Tidak ada lagi. Mungkin Al Zaytun ini adalah lembaga pendidikan utk mendidik Sjech Pandji utk menjadi sesuatu. Tidak buruk juga...., semoga beliau jadi pemberi manfaat yg besar utk negara dan bangsa ini.
Leong Putu
Pak Jo... Bagi saya, apa pun artikel disway akan tetap saya baca. Ndak bosen kok... ... Kadang ta baca judulnya saja... Wkwkwk... Ampooooon Pak Bos, saya khilaf....
Ahmad Suwarto
sangat disayangkan sekelas abah dahlan mau jadi buzzernya Panji Gumilang, mohon ambil sumber yg kontra Al zaytun.mengenai kebobrokan Al Zaytun.. jadi berimbang seperti yg abah gembar gemborkab selama ini untuk membuat suatau berita
Samsul Arifin
Betapa SPEKTAKULER Al Zaitun dari Feature Abah DI ini dalam waktu kurang satu Bulan ini Abah DI Membahas Al Zaitun. Yang Terbaru ini Zantun Gantar sebelumnya Zaintun Gontor dan yang paling Vital adalah Zaitun Simanulang kalau ga salah. Tapi memang kami Juga butuh berita atau feature yang tidak hanya menjunjung tinggi kelebihan Al Zaitun tapi juga berbagai sisi dari Al Zaitun agar Abah Tidak Disebut BUZZER oleh para penikmat ulasan Abah DI tentang Al Zaitun.... #Salam Damai Dari IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo Jawa Timur
Mbah Mars
Mengapa Pak DI lebih suka menulis sisi-sisi positif Zaitun dan Syekh Panji ? Ya, karena rupa-rupanya Pak DI punya chemistri dan ngeklik dengan Syekh Panji. Pertama, mereka itu sama-sama opa-opa tua yang masih "haus" dan "bersyahwat" tinggi dalam berbisnis. Kedua, mereka sama-sama opa-opa yang disiplin menjaga kesehatan. Ketiga, dalam menjalani keberagamaan, mereka lebih memilih beragama secara inklusif bahkan out of the box. Suka pada hal-hal yang anti mainstream. Lihat saja bagaimana mereka bergaul dengan berbagai kalangan yang berkeyakinan beda. Ada lagikah persamaannya? Oia, mereka sama-sama anti poligami. Tepatnya takut berpoligami. Takut istri. wkwkwkwkwkk. Kaburrrrrrrr.
Dedy Ananta
Sepertinya pak DI juga harus mengunjungi Ponpes Nurul Iman Parung Bogor, yg pernah diwawancara Coach Yudi Chandra di chanel yutubnya. Sebagai pembanding saja, apalagi yang menangani seorang perempuan, uminya. Karena suami (pendirinya) sudah meninggal.
mzarifin umarzain
NII kini sudah tak ada. NKRI milik bersama. NKRI kita isi a.l.dg muslimiin yg kita usahakan 100% nya hafal Terjemahan surat alFaatichah. Agar bertaqwa dg benar.
Pryadi Satriana
RASANYA ndhak mungkin Dahlan gak tahu tulisan2 di Disway National Network yg sangat menyudutkan Panji Gumilang, bahkan muncul sampai beberapa hari terakhir ini, hampir bersamaan dg Dahlan 'keplak-keplok' (bukan 'koplak-koplak' lho ya?) tentang Panji Gumilang sampai 'termehek-mehek', 'kentut'-nya pun akan dibilang 'wangi'. CHD bilang "OK". DNN bilang "NOT OK". Ada pertentangan. Jelas sekali. Saya cemas. Jangan2 pertentangan itu diawali dalam diri Dahlan. Jangan2 Dahlan mengidap 'split personality disorder'. Berkepribadian ganda. Tapi tidak menyadari. Ada tiga indikator yg "saya lihat". Dahlan mengaku ber-"tauhid", tapi "membungkuk & menundukkan kepala" - seperti "menyembah" terhadap yg diketahuinya sebagai "dewa". Dua, Dahlan tahu: berikan upah pekerja sebelum keringatnya kering. Tapi, setelah 3 th lebih belum jg membayar gedung yg dibangun utk PT Ensterna. Dahlan berkilah hanya sbg pendiri, padahal Dahlan yg memilih Dirut & ikut rapat2 penting PT Ensterna, sampai bbrp hari yll. Tiga, tulisan2 Dahlan di CHD seperti "bucin" ttg Panji Gumilang & Al-Zaytun-nya, tapi tulisan2 di DNN seperti "talak tiga" utk hal yg sama! Ini mencemaskan. Seorang Raja Media yg punya 58 media yg tergabung dalam DNN bisa jadi "mengidap 'split personality disorder' tanpa menyadarinya". Kalaupun "ya", itu gak aneh. Basa Jawa-né: Wong gendeng yo ora rumangsa lek de'e iku edan." Moga2 itu ndhak terjadi pada Pak Dis. Sehat selalu semuanya. Havenu Shalom Aleichem. Assalammu alaikum. Rahayu.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id