COWASJP.COM – Setelah tujuh jam terapung di tengah laut, akhirnya empat pemancing mania Bima ditolong KM Cingkalang yang sedang menuju Labuan Bajo, Minggu 4/6/2023 siang.
Senin sore sekitar pukul 17.00 WITA empat pemancing itu tiba kembali di Pelabuhan Sape dengan kapal feri yang menolongnya. Setelah semalam di Labuan Bajo.
Salah satu di antara mereka, Idham, 53 tahun, adalah adik saya yang tinggal bersama keluarga di Bima.
Kedatangan mereka Senin 5/6/2023 sore disambut tangis oleh sanak keluarga yang menjemputnya.
Anak, isteri, sanak saudara menjemputnya dan 3 korban lain. “Tadi ada enam mobil yang menjemput kami,” cerita Idham yang dihubungi melalui telepon isterinya.
HP Idham hanyut dibawa arus akibat hantaman ombak besar di Gilibanta.
Sampai malam ini tetangga dan sanak keluarga tak henti-hentinya berdatangan ke rumahnya. Cerita Idham, habis shalat Ashar, Sabtu 3/6/2023 dia naik perahu. Jumlah semua penumpangnya 8 orang.
Dua awak perahu. Enam lainnya pemancing.
Mereka menuju Gilibanta. Sekitar 2 jam perjalanan dari Desa Lambu, Kecamatan, Sape, Bima.
Sebenarnya mereka memancing di tepi pantai. Perahunya diikat di pinggir laut itu. Meski pinggir laut, namun ikannya cukup banyak. Dalam waktu tak lama box plastik yang mereka bawa penuh ikan.
“Ikannya banyak sekali. Kewalahan menarik pancing,” cerita Idham, ayah tiga anak, alumnus Universitas Mataram itu.
Meski boxnya sudah penuh ikan, malam itu mereka memilih pulang pagi saja. Untuk menghindar ombak.
Tak disangka, saat paginya pulang baru satu jam perjalanan ombak besar pun menghadang.
Akibat ombak tersebut, air masuk ke perahu mereka. Dengan penuh perjuangan, air itu dibuang keluar. Tapi nasib menghendaki lain. Datang lagi ombak besar berikutnya menghantam perahu. Dalam sekejap perahu pun penuh air dan tenggelam.
Tak ada jalan lain. Harus loncat ke laut. Box yang penuh ikan dikosongkan. Dan box itu pula yang mereka gunakan untuk mengapung. Selama 7 jam itu.
Empat orang lainnya berhasil renang sampai pinggir pantai. Sedangkan 4 orang, termasuk Idham, tidak bisa renang. “Saya hanya merangkul box ikan. Karena tidak bisa renang,” ceritanya.
Meski terik matahari di siang bolong namun air laut di Gilibanta terasa dingin. Yang membuat kaki Idham kram.
Bahkan saat dinaikkan ke fery dia tidak bisa jalan. “Air lautnya dingin sekali. Sehingga kaki kram,” tuturnya.
Sebetulnya jalur itu tak selalu dilintasi kapal feri, Sape - Labuan Bajo.
Namun, karena ombak besar, feri tersebut melintas di dekat mereka. Sehingga Idham dan temannya ditolong.(*)