COWASJP.COM – Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat Hari Raya Idul Adha untuk seluruh umat Muslim.
Tak terasa berjumpa kembali dengan lebaran. Rasanya selisih waktu lebaran Idul Fitri (22 April) dan Idul Adha sangat tipis. Padahal dari tahun ke tahun pun selalu sama. Hampir terlupa kalau lebaran Idul Adha ada di akhir bulan Juni. Dua minggu sebelum lebaran bergegas membeli hewan kurban di Indonesia. Titip uang kepada ayah saya di Malang, Jatim, untuk dibelikan seekor kambing untuk qurban.
Alhamdulillah tahun ini diberikan rezeki oleh Allah untuk bisa berkurban seekor kambing untuk dibagi kepada sesama yang berhak mendapatkan daging kurban.
Alhamdulillah sholat Idul Adha tahun ini berjalan mulus. Dapat parkiran mobil di area masjid besar Lisbon, Portugal. Kedua anak saya DoubleZ (Zirco dan Zygmund) aman terkendali tidak rewel. Mereka juga ikut sholat Idul Adha. Dan bertemu dengan beberapa teman Indonesia di masjid.
Usai sholat Idul Adha langsung pulang karena Papi Fariz tidak libur kerja. Tapi alhamdulillah kami sempat makan rendang instan bersama biar suasana perdagingan tetap ada.
Dua minggu sebelum lebaran ada pengumuman libur cuti bersama. Untuk pegawai negeri tidak ada masalah. Beda cerita dengan karyawan perusahaan swasta. Cuti bersama pun dipotongkan dari cuti tahunan.
Mengikuti update berita di Indonesia, kebijakan cuti bersama ini salah satunya untuk mendorong pergerakan ekonomi Indonesia. Long weekend adalah momen yang paling ditunggu. Apalagi libur 5 hari sejak Rabu hingga Minggu.
Suasana ramai di dalam masjid Lisbon. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Kumpul bersama keluarga besar, liburan dengan keluarga kecil, me time menikmati solo traveling, dan kegiatan seru lainnya. Pasti ada pro kontra. Ada yang menikmati ada pula yang tidak menikmati.
Ditambah lagi dengan momen libur anak sekolah. Pasti si anak pun menanti liburan bersama keluarga. Karena kalau kenaikan kelas pasti di awal masuk sekolah disuruh menceritakan apa kegiatan selama liburan. Paling ngetrend adalah “Liburan ke rumah nenek”.
Dengan adanya kegiatan liburan, maka otomatis pergerakan dan perputaran uang akan meningkat. Pariwisata, kuliner, perdagangan akan mendongkrak ekonomi di Indonesia.
Tingkat kebahagiaan pun pasti meningkat. Mengapa? Sebab kita semua "terpasung" lebih dari 2 tahun gegara pandemi Covid-19. Terkurung di dalam rumah demi kebaikan bersama.
Tak hanya wisata dalam negeri, luar negeri pun begitu. Kabarnya warga Indonesia yang mendaftar visa Schengen pun penuuuh. Menunggu antrian panggilan, cerita teman di Indonesia yang mau liburan ke Eropa.
Promo-promo liburan ke wilayah ASEAN, Jepang, Korea, dan Eropa sudah banyak dilirik kelas menengah hingga atas.
Acara pentas menari akhir tahun pelajaran Zirco. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Tak hanya cuti, momen wisuda anak-anak kelas playgroup dan taman kanak-kanak juga turut ambil bagian. Prosesi wisuda, sewa kostum, biaya wisuda di gedung atau hotel, serta pernak-pernik lainnya pun menjadi perbincangan terkini mama muda sekitar umur early 30s atau late 20s. Termasuk saya, hahaha….
Zirco kebetulan juga resmi lulus dari kelas TK pada umur 6,5 tahun. Karena jauh berada di Portugal, maka tidak ikut acara selebrasi wisuda di Indonesia. Ijazah pun masih disimpan oleh sekolah karena dibutuhkan cap 3 jari.
Foto wisuda Zirco dieditkan dengan sangat baik dari sekolah karena jelas tidak foto bersama dengan pihak sekolah memakai toga. Sekolah Zirco sangat fair. Siswa yang tidak ikut wisuda tidak ditarik biaya sepeser pun oleh sekolah.
Penasaran dengan wisuda ala Portugal?
Di hari terakhir Zirco sekolah di Kelas 2 Primary School. (Ya, Zirco di Portugal dengan umur 6,5 tahun sudah duduk di kelas 2 SD). Mengundang orang tua ke sekolah. Para murid per kelas memberikan performance akhir tahun. Rata-rata semuanya menari atau dancing. Tidak ada kostum khusus yang perlu disewa, cukup celana pendek/panjang dan kaos colorful. Tidak boleh ada gambar atau tulisan. Alias polooos.
Tema year end adalah cultural day. Orang tua yang datang memakai dress code dari negara asalnya. Tidak wajib, hanya disarankan. Karena Zirco bersekolah di International School, maka para siswanya berasal dari lebih 30 negara. Sangat bervariasi dari 5 benua. Orang tua siswa boleh membawa sharing food yang nanti dimakan bersama-sama di sekolah.
Stand hidangan makanan berjejer per negara. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Sekolah tidak menyiapkan tenda khusus di lapangan. Hanya meja makan yang ditata rapi, sudah diberikan tanda bendera. Terlihat di meja Indonesia ada bendera merah putih. Sudah terpampang Sosis Solo yang jelas dibuat oleh maminya Zirco. Hihihihi. Memperkenalkan makanan Indonesia ke bule-bule.
Untuk Kelas 6 yang akan naik ke Secondary School juga tidak memakai toga atau pakaian khusus. Tidak ada acara spesial.
Uniknya pihak sekolah sama sekali tidak menyiapkan hidangan khusus. Tidak ada iuran untuk acara. Acara makan minum gratis dipersembahkan oleh seluruh orang tua yang hadir dari berbagai kebangsaan, yang telah mempersiapkan makanan terbaik dari negaranya. Free!!
Sosis solo buatan penulis (maminya Zirco). (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Siapa yang makan seluruh hidangan itu?Seluruuuh yang hadir dong. Guru, murid, orang tua murid, pasangan si guru apabila diundang.
Kami datang membawa 2 box sosis solo. Pulang dengan perut kenyang mencicipi makanan dari Nigeria, Libia, Lithuania, Slovakia, Turki, dan Portugis. Enaaak kaaan, hahahaha.
Dan senengnya ternyata sosis Solonya ludees tidak bersisa! Next year akan bawa lebih banyak lagi. Menurut moms (ibu-ibu) apakah acara serupa ini bisa diterapkan di Indonesia? Ataukah memang lebih cocok selebrasi wisuda meriah dari tingkat PG hingga nanti kuliah?? (*)