COWASJP.COM – Menantu saya Erika Laylia, 31 tahun, diangkut ambulans didampingi Desty (kakak ipar) dan Zalfa (anak Desty). Desty dan Zalfa saat kejadian dibonceng Erika.
Ambulans melesat menembus keheningan malam kota Surabaya.
Tak berapa lama sampailah mereka di IGD RS dr Soetomo dan langsung di tangani.
Alhamdulillah pertolongan pertama sudah dilakukan. Bersyukur tiada henti meski masa kritis masih menghantui.
Diagnosisnya, ada pendarahan di kepala (kategori pendarahan tidak besar) Erika. Telinga kirinya terus menerus mengeluarkan dara. Luka (seperti sayatan) di bawah telinga kiri juga berdarah banyak akibat bacokan pembegal.
Ada retak di tulang selangka kiri dan bahu lengan kiri memar akibat sajam begal. Erika langsung diinfus, diberi obat lewat infus. CT Scan untuk kepala tidak hanya sekali dua kali, lebih dari itu.
Telinga kirinya dimasuki tampon untuk menghentikan pendarahan. Masya Allah, bergidik rasanya melihat lubang telinga dimasuki tampon yang lumayan besar. Telinga kita kemasukan benda kecil saja rasanya grebek grebek gak keruan, pusing, sakitlah pasti.
Duh... melihat penderitaannya yang bertumpuk tumpuk begitu ngilu rasa hati ini. Belum lagi ASI nya yang mengeras karena belum sempat diempeng anak bayinya.
Erika memiliki 2 putri , Rashi 8 tahun dan Raisya 14 bulan yang masih menyusu dan penderita Schiliosis (tulang belakang bengkok). Tulang belakang atas bengkok ke kanan lebih dari 40 derajat. Dan, Erika termasuk underweight. Dengan tinggi 165 cm dan berat badannya tidak sampai 59kg. Kurus banget. Bahkan dokter-dokter di IGD bertanya-tanya kenapa Erika kurus sekali ya?
Saya tidak berani berangkat sendiri malam itu ke RS. Selain sepi dan sudah larut malam, saya masih syok!!
Alhamdulillah banyak keluarga Erika yang menemani dan juga Dito (anak laki-laki saya), suami Erika. Setelah surat keterangan dari Polsek Tegalsari selesai, tanpa pikir panjang Dito pun tanda tangan untuk pengurusan urusan medis selanjutnya.
Di surat keterangan kepolisian disebutkan bahwa Erika adalah korban begal/ penjambretan.
Ternyata belakangan baru tahu bahwa surat keterangan awal dari kepolisian ini sangatlah menentukan untuk pengurusan administrasi di RS, terutama soal asuransi.
Desty Ariani, kakak ipar Erika, yang diboceng Erika saat dibegal. (FOTO: Dok. Desty Ariani)
Ini merupakan pengalaman yang sangat berarti/ berharga buat kami, mungkin juga bagi keluarga korban begal lainnya.
Meskipun malam itu saya tidak datang ke RS, tapi saya terus memantau dan terus telponan dengan keluarga Erika dan kerabat saya, dr Sri Purwaningsih, dosen FK di Unair. Kebetulan dr Sri malam itu belum tidur karena menemani anaknya belajat yang juga calon dokter. Hingga pukul 01.00 dini hari kami masih berbincang.
Beliaulah yang memberi petunjuk dan arahan. Dokter Sri pula yang meminta tolong teman dokter seniornya spesialis syaraf, dr Hermawan, untuk memantau Rika. Juga keponakan sendiri dr Birama, meskipun dia dokter ObGin tapi ikut memantau juga.
Setelah sholat subuh, saya meluncur ke IGD RS dr Soetomo tempat Rika dirawat.
Sesampai di sana, Masya Allah saya sangat kaget melihat kondisinya secara langsung. Luka lecet di kedua lutut seperti batik saja karena banyak. Bibir dalam atas bawah penuh darah karena terbentur gigi ketika jatuh. Bibirnya njedir besar sekali, giginya merah kena darah yang mengering. Mata kirinya bengkak. Masya Allah, saya tudak kuat menahan tangis.
Begitu besar penderitaannya, betapa sakit yang dirasakan, tapi Rika diam saja tidak ada keluhan. Karena memang dia tidak sadar selama 3 hari. Sesekali saja badannya bergerak gerak.
Saya tetap bersyukur dengan kondisi Rika yang seperti itu. Berarti dia tidak sepenuhnya merasakan sakit yang menimpanya.
Rabu siang 9/8/203/2023 kami ditanya oleh petugas RS tentang pembayarannya. Kami bilang pakai BPJS. "Silahkan diurus, nanti berkasnya berikan ke kami," kata petugas tersebur.
Anak Desty: Almira Nabila Zalfa yang berumur 3 tahun. Yang dibonceng Erika saat dibegal. (FOTO: Dok. Desty Ariani)
Langsung saja saya ditemani kakaknya Rika , ke gedung Arina, gedung sebelah IGD, ke petugas yang mengurus pembayaran dengan asuransi.
Berbekal surat keterangan dari polisi dan kartu BPJS kesehatan Rika (BPJS mandiri) kami serahkan semua data Rika. Tidak lama kemudian kami diberitahu bahwa BPJSnya tidak meng-cover.
Mengapa? Pasalnya Erika korban begal/jambret. Bukan korban laka lantas (kecelakaan lalu lintas).
"Coba saya ajukan ke Jasa Raharja ya," kata petugas yang menangani kasus Erika.
Ternyata jawabannya
sama: tidak bisa di-cover karena di laporan polisi tertera dijambret/
begal. Lemaslah kaki ini. Dalam benak saya, biaya dari mana?
Petugasnya menginfokan, dalam 2x
24 jam sudah harus ada keputusan
pembiayaan dengan cara apa.
Dito (suami Erika) yang sedang ada di kantor berusaha mencarikan jalan keluar. Tapi asuransi-asuransi yang difasilitasi kantornya tidak ada yang kerja
sama dg RS dr Soetomo.
Lantas saya berpikir
untuk nge-share kondisi ini di grup WA
Cowas JP (grup WA para mantan karyawan Jawa Pos). Alhamdulillah respons para sedulur Cowas JP luar biasa.
Wouw sedulur-sedulur
Cowas gercep sekali. Itu sangat membesarkan hati saya, yang tadinya
sudah lemes jadi semangat lagi.
Saya mau tidak menyerah begitu
saja. Saya datangi BPJS Pusat Surabaya di Jalan Dharmahusada.
Setelah menunggu antrian yang panjang, tibalah giliran kami. Meski sudah beradu argumen, tapi
jawabannya tetap sama , Tidak bisa!!! Titik (BERSAMBUNG)