COWASJP.COM – Kabar baik itu datang dari Lazismu Grobogan, Jawa Tengah, Sabtu (12/08). Peternakan Wedhus Lemu dipercaya Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) sebagai pengelola dana pemberdayaan ekonomi dalam peternakan kambing.
Perhatian MTT terhadap peternakan Wedhus Lemu tentu suatu kemajuan besar. Sebab program pemberdayaan ekonomi warga desa yang dhuafa itu masih tergolong baru. Usia programnya baru dua tahun. Skala usahanya juga masih mikro.
Melalui Lazismu Kantor Wilayah Jawa Tengah, MTT menyalurkan dana pemberdayaan ekonomi yang berasal dari infak karyawan muslim Telkomsel itu. ‘’Dana tersebut kami salurkan untuk program peternakan kambing di tiga kabupaten. Peternakan Wedhus Lemu salah satunya, kata Ikhwan, eksekutif Lazismu Jawa Tengah.
Peternakan Wedhus Lemu merupakan program pemberdayaan ekonomi pedesaan yang unik. Konsep program yang dimulai pada 2021 itu memanfaatkan uang pembayaran dari para sohibul qurban sebagai modal budidaya kambing yang dikelola warga miskin di pedesaan dengan Lazismu sebagai off taker.
Untuk menjalankan konsep itu, sohibul qurban harus membayar lunas 150 hari sebelum hari Idul Adha. Dalam waktu lima bulan itulah, warga desa menggemukkan kambing yang akan dikelola Lazismu pada hari raya qurban.
Peternakan Wedhus Lemu dibangun di desa Sedayu, Kecamatan Jati Pohon, Kabupaten Grobogan. Menempati lahan milik warga Muhammadiyah setempat, kandang Wedhus Lemu saat ini berkapasitas 100 ekor. Dua tahun lalu, kapasitasnya hanya 20 ekor.
Desa Sedayu berada di Kawasan hutan Jati milik Perhutani. Masyarakat memanfaatkan lahan di sela-sela pohon jati untuk menanam aneka tanaman produktif berumur pendek. Salah satunya rumput odot untuk pakan ternak.
Selain memiliki sumper pakan hijauan yang melimpah, desa Sedayu juga sentra produksi kecambah kacang hijau yang mengisi kebutuhan pasar di berbagai kota di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Limbah kecambah berupa kulit kacang hijau merupakan sumber pakan yang baik dan murah untuk peternakan Wedhus Lemu.
Mengelola peternakan Wedhus Lemu sebenarnya sama saja dengan peternakan kambing pada umumnya. Perbedaannya hanya pada motif usahanya saja. ‘’Peternakan lain bermotif bisnis murni. Peternakan Wedhus Lemu bermotif kewirausahaan sosial,’’ kata Andi, eksekutif Lazismu Grobogan,
Dalam konsep socioentrepreneur, warga miskin pedesaan bukan sekedar memperoleh penghasilan sebagai pekerja peternakan. Mereka justru yang menjadi pelaku usahanya. Untuk memperkecil risiko, Lazismu sebagai pengelola program qurban nasional bertindak sebagai offtaker.
Sebagai offtaker, Lazismu mengambil peran yang cukup banyak. Peran itu dimulai dari pemasaran paket qurban, bantuan manajemen dan teknis kepada para peternak, pengawasan peternakan, pelaksanaan qurban hingga pelaporan pelaksanaan qurban. ‘’Kami dibantu berbagai pihak yang berkompeten,’’ lanjut Andi.
Konsep ''Qurban Lunas H-150'', lanjut Andi, awalnya cukup sulit diterima masyarakat. Sebab, sohiul qurban sudah biasa membeli hewan qurban di pasar hewan seminggu sebelum idul Adha.
‘’Kami harus meyakinkan sohibul qurban bahwa pembayaran lunas 150 hari sebelum qurban akan menimbulkan multiflier effect yang besar. Perekonomian Masyarakat desa akan berputar lebih kencang. Sohibul qurban juga tetap menerima hewan qurban pada saat Idul Adha,’’ jelas Andi.
Edukasi pasar yang dilakukan Lazismu akhir berbuah manis. Pelan tapi pasti, peternakan Wedhus Lemu berkembang. Bila pada Idul Adha 2022 hanya mengelola 19 ekor kambing qurban, pada Idul Adha 2023 yang lalu, jumlah kambing qurbannya sudah meningkat dua kali lipat.
Untuk qurban pada 2024 mendatang, sudah ada beberapa sohibul qurban yang berkomitmen membayar lunas pada November 2023. ‘’Pembayaran paling lambat Desember 2023, agar cukup waktu untuk menggemukkan bibitnya,’’ kata Andi.(")
Notes:
Yang mau tanya-tanya bisa kontak Andi melalui: +62 882-1659-6134