COWASJP.COM – Tujuh belas Agustus tahun empat lima. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari Merdeka. Nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa INDONESIA. M E R D E K A. Lirik lagu yang dikumandangkan setiap bulan Agustus. Merah Putih sudah pasti turut serta.
Merayakan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) kedua kalinya di negeri orang menjadi salah satu agenda yang kami tunggu-tunggu. Tahun lalu sempat telat menghadiri upacara bendera. Tahun ini sengaja tidak datang pagi. Langsung menuju arena perlombaan anak-anak saja.
“Mi, besok jangan sampai telat ya buat datang ke KBRI”, celoteh Zirco (anak sulung kami) setiap hari. Zirco sudah ngebet mengikuti semua perlombaan. Sudah memiliki jiwa ambisius dan kompetitif sejak dini.
Kami bertiga berangkat ke KBRI di Portugal. Papi Fariz (suami saya) tidak bisa mengantar karena sedang ada rapat penting dan hanya bisa mengambil cuti setengah hari. Rencananya naik uber saja. Beruntung ada teman yang rumahnya tidak begitu jauh dari kediaman kami. Sepasang sejoli Fafa dan Diogo. Fafa adalah gadis cantik berasal dari Purwokerto. Sedangkan Diogo adalah warga lokal Portugis.
Merayakan Hari Kemerdekaan RI di KBRI Lisbon, Portugal. (FOTO: Fariz Hidayat)
Mereka menjemput kami tepat pukul 10.00 WEST (Western European Summer Time) dan go to KBRI. Sekitar 25 menit sudah sampai di KBRI. Ini pertama kali DoubleZ (dua anak kami: Zirco dan Zygmund) naik mobil bukan miliknya. Zygmund langsung mau kabur karena tidak melihat car seat kesayangannya. Alhasil selama perjalanan minta nemplok peluk, tidak berkata sedikit pun, dan ketakutan.
Prosesi upacara dan potong tumpeng oleh Bapak dan Ibu Duta Besar telah usai. Seluruh undangan memakai baju kebaya dan batik. Terlihat cantik dan gagah semua. Menyapa teman-teman yang dikenal terlebih dahulu, bertanya kabar, lengkap dengan cipika cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri). Baru datang langsung diarahkan menuju aula lantai 2 untuk menikmati sarapan bersama.
Coba tebak menunya apa moms? Clue: Makanan khas sarapan ala hotel.
Fafa dan Diogo langsung berburu Bubur Ayam. Sedangkan DoubleZ masih duduk termenung, warming up di tempat yang baru. Selain itu mereka juga masih kenyang karena sudah sarapan terlebih dahulu di rumah. Barulah sekitar 15 menit kemudian, mereka mulai mencari cemilan. Kerupuk dan kue tart menjadi pilihan mereka. Suasana hati mulai ceria dan nyaman di tempat baru.
DoubleZ semangat mewarnai. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Lomba pertama yang diikuti Zirco yaitu rebut kursi. Ada sekitar 10 anak yang sedang memperebutkan juara 1 dan 2. Musik diputar menandakan anak-anak harus berjoget mengitari kursi. Musik dimatikan, saatnya berebut kursi. Saat perebutan kursi yang tinggal 6, Zirco gagal mendapatkan kursi. Untung tidak nangis karena ada anak yang kalah terus menangis, hihihi. Masih menggerutu padahal dia sudah cepat berebut.
Oke, lomba pertama Zirco gagal.
Lomba kedua yaitu lomba memasukkan pensil ke dalam botol. Sudah antri terdepan di dekat botol. Padahal nama Zirco belum dipanggil. Wajahnya sudah seperti tidak sabar mengikuti perlombaan. Ada 3 kelompok yang dibedakan berdasarkan umur anak. Masing-masing kelompok diambil juara 1. Kemudian para juara 1 bertanding kembali untuk memperebutkan juara 1 dan 2.
Zirco berhasil menjadi juara 1 di kelompoknya. Meskipun ada tragedi Zygmund lari ke Zirco untuk menggoyang-goyang pensilnya. Maksud hati ingin membantu kakaknya, hehehe. Dan tidak disangka menjadi juara 1 lomba memasukkan pensil ke dalam botol. Langsung senangnya bukan main.
Lomba terakhir atau yang ketiga adalah kipas balon. Lomba dilakukan di aula, tidak lagi di lapangan supaya balon tidak tertiup angin. Lomba ini yang paling ricuh. Karena banyak balita (bayi dibawah lima tahun) yang ikutan mengejar balon. Apalagi balonnya warna merah putih. Sampai MC meminta orang tua bayi untuk mengamankan mereka. Termasuk Zygmund. Karena Zirco mengipas balon seperti mengipas sate. Balon bukan menuju depan tapi malah mundur. Jadi kalah deh di lomba kipas balon.
Para bayi yang mengganggu ternyata ingin ikutan lomba kipas balon. Zygmund ikutan lomba juga. Tapi tidak ada hadiahnya. Bukan kipas balon, namun jadi pukul balon. Ikut seneng lihat Zygmund karena berani tampil untuk dilihat dan disorak-soraki banyak orang. Tahun depan saat umur 4 tahun siap ikut lomba ya Zygmund.
Dress code Merah Putih wajib di tanggal 17 Agustus. (FOTO: Dok. Okky Putri Prastuti)
Selain lomba anak-anak juga ada lomba untuk dewasa. Diogo – teman kami yang menjemput pagi hari turut meramaikan lomba tenis meja. Dan juara 1 dong. Mantab sekali memang. Ada juga lomba tarik tambang untuk perempuan dan laki-laki. Suami dan saya juga ikutan. Baru di 5 detik pertama menarik tali tambang langsung dihempas oleh lawan. 1 kelompok terdiri dari 5 orang. Saya bagian yang paling depan. Nahasnya 4 teman di belakang saya langsung terjatuh dan terseret.
Kelompok papi Fariz masih lumayan bisa bertahan sekitar 30 detik. Namun setelah itu juga langsung terhempas dikalahkan lawan. Kuat-kuat sekali tim KBRI ini. Keduanya menjadi juara 1 baik tim laki-laki dan perempuan. Sepertinya sudah latihan tiap hari nih, hehehe.
Pulang dengan perut kenyang dan membawa pulang hadiah anak-anak. Hidangan makan siang dengan menu khas Indonesia. Nasi kuning, rendang, ayam goreng lengkuas, bihun goreng, sambal goreng kentang ati, telur balado, sambal hijau, orak arik tempe, kerupuk, dan es campur. Ada juga gorengan tahu isi, bakwan sayur, dan juga cemilan lapis merah putih. Sayang cemilan asin pastel, onde-onde, martabak, lumpia, risoles tidak turut meramaikan. Padahal tahun lalu ada nih. Semoga lebih semarak nih tahun depan.
Zirco juara 1 lomba masukkan pensil dalam botol. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Semoga tahun depan masih bisa turut serta meramaikan tujuh belas Agustusan. Dengan lomba-lomba yang lebih meriah. Jamuan makanan yang banyak. Mumpung gratis yaa kan moms, hihihihi. Berharap bertemu dengan rujak cingur, tahu campur, bebek goreng kremes, pempek, batagor, siomay, nasi padang, es pisang ijo, es teler durian, dan es degan.
Dirgahayu Indonesia. Merdeka!!! Indonesia selalu di hati.(*)