COWASJP.COM – PERNYATAAN Wakil Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie baru-baru ini karuan saja viral dan mengundang reaksi sejumlah kalangan. Ketika dia mengatakan bahwa Prabowo Subianto menyesal, sebab pernah dekat dengan kelompok intoleran (Islam).
Persoalannya, sebagian orang justru mempertanyakan: Apa enggak kebalik? Bukankah justru umat Islam yang sejatinya menyesal, setelah mendukung Prabowo mati-matian, tapi kemudian malah kecewa?
Sudah bukan rahasia lagi, umat Islam telah mengorbankan banyak hal untuk memenangkan mantan Danjen Kopassus itu pada Pilpres 2019 silam. Mulai dari harta benda berupa duit, air mata, darah dan bahkan nyawa, dengan harapan Prabowo menjadi presiden. Mereka bahkan dipersekusi, diintimidasi dan dihadapkan pada berbagai macam tekanan.
Salah satunya seperti yang dialami Hjh. Neno Warisman. Karena pegiat deklarasi #2019 Ganti Presiden itu mengalami aksi persekusi yang sangat tidak menyenangkan di Bandara Sultan Kasim (SSK) II Pekanbaru, Sabtu (25/8/2018). Bahkan pada kesempatan itu, dia langsung dipulangkan secara paksa dari bandara itu menuju Jakarta.
Tapi ketika dinyatakan kalah, Prabowo tidak berbuat apa-apa untuk sedikit menyenangkan hati para pendukung setianya. Sebaliknya, dia begitu mudahnya melupakan perjuangan mereka yang berdarah-darah. Karena dengan begitu mudahnya dia bergabung dengan Jokowi yang merupakan lawan politiknya. Bagaikan kacang yang lupa pada kulitnya.
Dengan begitu, kalau benar apa yang diungkapkan Grace Natalie, di mana Prabowo memang menyatakan menyesal, tentu patut dipertanyakan: Apakah Prabowo masih punya hati nurani?
Bagaimanapun, penyesalan Prabowo karena pernah dekat dengan kelompok Islam ini terungkap dari video yang diunggah di kanal Youtube Total Politik, 13 Agustus 2023 lalu. Dalam video tersebut terlihat Grace Natalie sedang menghadiri sebuah talkshow. Salah satu topik yang dibahas dalam talkshow itu soal Prabowo Subianto. Dan pembawa acara mengajukan pertanyaan kepada mantan Ketua Umum PSI itu, terkait kedekatan Prabowo dengan kelompok yang disebut intoleran.
Grace Natalie yang dalam banyak kesempatan memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Islam itu memberikan jawaban seadanya. Dia mengaku tidak ingat detail perkataan Prabowo. Tapi pada intinya, menurut dia, Ketum Gerindra itu menyiratkan penyesalan.
“Ya itu memang kita kritisi. Tapi beliau dalam sebuah percakapan santai, tersiratnya saya lupa kata-kata persisnya, dan ada tereksplisit juga. Kurang lebih beliau menyiratkan penyesalanlah pernah mengambil langkah itu,” jelasnya.
MEMBANGUNKAN MACAN TIDUR
Pernyataan Grace Natalie ini tentu membangkitkan kemarahan sebagian kalangan umat Islam. Ini seperti membangunkan macan tidur. Menyebut umat Islam sebagai kelompok intoleran saja sudah menimbulkan kemarahan umat Islam. Apalagi kemudian umat Islam yang sudah dikecewakan sedemikian rupa oleh sikap Prabowo malah dipersalahkan sehingga membuat mantan Danjen Kopassus itu menyesal.
Sejumlah pihak melancarkan protes atas pernyataan itu. Di antaranya adalah Mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring dan pengacara senior di Surabaya, H. Tjetjep Mohammad Yasien.
Tifatul yang marah mendapatkan info itu dengan tegas melontarkan pertanyaan siapa yang dimaksud pendukung yang membuat Prabowo menyesal. “Maksud anda menyesal didukung siapa, Pak? Pendukung dan relawan itu sudah banyak berkorban. Cepat kali lupakan jasa orang,” ungkapnya dalam sebuah postingannya di twitter.
Sedangkan advokat senior yang akrab disapa Gus Yasin menegaskan, umat Islam jangan dicap intoleran. Jangan kalau Islam pasti intoleran. Radikalisme itu ada di semua agama. Jangan cuma Islam yang disudutkan.
“Mereka sengaja merusak nama baik Islam. Kalau mereka gak (tidak) butuh dukungan umat Islam, tidak usah menuduh Islam intoleran. Ini menyakitkan,” tegasnya.
“Kami urunan untuk bantu kampanyenya, bahkan jiwa relawan terancam. Ada yang masuk penjara. Apa mereka peduli? Tidak. Buktinya mereka (relawan) sakit-sakit sendiri, dia tega dan enak jadi menteri,” tegasnya.
Gus Yasien juga menyebut pengorbanan Habib Rizieq Syihab (HRS). “Beliau kawal Pak Prabowo sampai babak belur. Risikonya sangat berat. Enam (6) syuhada FPI, pengawal HRS, disiksa dan ditembak mati. Kalau itu kemudian (kata Grace) Prabowo menyesal, maka kami pun menyesal dukung dia,” terangnya.
Publik tentu masih belum lupa bagaimana menjelang penyelenggaraan Pilpres 2019 Prabowo begitu gencarnya mencari dukungan dari umat Islam. Bukankah dia sempat mendatangi Habib Rizieq Syihab (HRS) di Mekah, Arab Saudi, Sabtu (2/6/2018)? Bukankah semua orang juga tahu bahwa saat itu HRS sedang dalam pengungsian di Arab Saudi dan mendapatkan rintangan yang tidak sedikit dari kaki tangan pemerintah untuk pulang ke tanah air? Dan bukankah Prabowo sengaja mengunjunginya, mengadakan pertemuan dengannya bersama Amien Rais, guna mendapatkan dukungan dari lingkaran pengikut HRS, seperti dibenarkan oleh Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad H. Wibowo?
Karena itu, jika benar Prabowo menyesal pernah dekat dengan kalangan muslim yang dituding intoleran, tentu sangat keterlaluan. Sehingga cukup beralasan anggapan sebagian orang yang menyebut Prabowo itu tidak jelas agamanya. Masih banyak berita yang simpang siur tentang hal itu. Ada yang mengatakan dirinya muslim setelah jadi mualaf. Ada pula yang mengatakan dirinya muslim sejak kecil, bahkan ada yang mengatakan dirinya masih non-muslim.
Apa pun agama yang dianut Prabowo, tentu dirinya sendirilah yang lebih tahu. Tapi, jika ditelusuri dari keturunan dan keluarganya, Prabowo berasal dari keluarga yang mayoritas non-muslim. Karena dibesarkan di tangan ibundanya yang Katholik, maka tidak menutup kemungkinan dirinya mendapatkan sentuhan-sentuhan rohani Katholik. Apalagi bila dilihat dari masa lalunya yang sering berpindah-pindah di sejumlah negara yang bukan negara Islam.
Umat Islam tampaknya perlu sadar diri dan berhati-hati dalam memilih seorang pemimpin. Dalam haditsnya, Rasulullah Saw. pernah mewanti-wanti agar muslim tidak memilih pemimpin yang lemah. Sebagaimana terungkap dalam sebuah hadist Nabi yang berbunyi: “Wahai Abu Dzar! Kamu ini lemah (untuk memegang jabatan), padahal jabatan itu adalah amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan. Kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan benar dan melaksanakan tugas dengan baik.” (HR Muslim)(*)