COWASJP.COM – MINGGU DEPAN ada Pilkades serentak. Semua pakai e-voting. Maju sekali. Itu di kabupaten Magetan, Jatim.
"Tahun 2019 lalu sebenarnya saya sudah ingin seluruhnya pakai e-voting," ujar Suprawoto, bupati Magetan. "Saya pun minta izin ke Kementerian Dalam Negeri. Tidak diizinkan," tambahnya.
Waktu itu Suprawoto baru terpilih sebagai bupati. Tahun 2018. Ia mendapat laporan dari staf: tahun depannya harus ada Pilkades serentak. Saat itu juga muncul ide Suprawoto: harus pakai e-voting. Tentu latar belakang Suprawoto sebagai pejabat di Kementerian Kominfo mewarnai keputusannya itu.
"Dengan e-voting bisa hemat biaya sampai 60 persen," katanya. "Bagi kabupaten seperti Magetan hemat Rp 25 miliar itu besar sekali. Bisa untuk membangun berapa jembatan. Berapa kilometer jalan," ujar Suprawoto.
Saya bertemu Suprawoto kemarin. Ia lagi bikin gebrakan baru: membangun kebun raya bambu. Lebih 30 hektare. Di Sukomoro, pinggir jalan raya Madiun-Magetan. Semua jenis bambu ditanam di situ. Butet Kartaredjasa juga di sana. Beserta istri. Ia yang jadi moderator sarasehan bambu.
Soal e-voting, bahkan Suprawoto ingin lebih hemat lagi: serentak tapi jangan benar-benar serentak. Tiap pekan dilakukan 18 Pilkades. Pakai e-voting. Dalam waktu 2 bulan semua Pilkades selesai.
Dengan ''serentak tapi tidak serentak'' seperti itu Pemkab cukup membeli laptop 18 buah. Atau 20. Laptop yang sama bisa dipakai di 18 desa berikutnya. Lalu berikutnya lagi. Hemat sekali.
Depdagri punya prinsip sendiri: yang namanya serentak harus bersamaan. Di hari yang sama. Padahal ketentuan itu dibuat Depdagri sendiri. Bukan UU. Rupanya memenuhi prosedur lebih penting dari berhemat.
Akhirnya Suprawoto hanya melaksanakan Pilkades e-voting di 18 desa. Yakni satu desa di satu kecamatan. Dipilihlah desa dengan penduduk terbanyak. Selebihnya, di hari yang serentak, dilakukan Pilkades cara lama: pakai biting (potongan lidi).
Dari pengalaman e-voting di 18 desa itulah Suprawoto tambah pe-de. Terbukti tidak ada sengketa sama sekali. Justru di antara Pilkades cara lama yang timbul masalah.
Pun kecepatannya. Pilkades e-voting ini membuahkan hasil lebih cepat. Begitu jadwal pemungutan suara selesai: petugas mencetak hasil. Klik. Menit itu juga diketahui hasilnya. Kertas hasil print ditempel di lokasi pemungutan suara. Selesai.
Karena aturan harus serentak, Suprawoto kini membeli banyak laptop. Juga printer. Untuk Pilkades e-voting serentak. Sebanyak jumlah desa yang Pilkades.
Padahal kalau arti serentak itu tidak harus satu hari tidak perlu banyak beli laptop. Toh Pilkades sangat lokal. Hasil di satu desa tidak akan berpengaruh di desa lain. Beda dengan semifinal pertandingan sepak bola: jam mulainya pun harus serentak.
Waktu itu Suprawoto menggunakan software buatan BPPT. Yang dirancang khusus untuk e-voting. Karena sangat sederhana, untuk Pilkades minggu depan, 12 September, Magetan bikin software sendiri.
Memang sangat sederhana: laptop ditaruh di dalam bilik. Di layar terlihat foto-foto calon yang harus dipilih. Berikut nama dan nomor urut hasil undian.
Pemilih tinggal ndumuk foto di layar yang ia/dia suka. Foto yang di-dumuk itu berubah ukuran menjadi lebih besar. Lantas muncul dua kotak pilihan: OK dan BATAL. Kalau foto yang membesar itu sudah sesuai dengan yang diinginkan tinggal dumuk OK. Kalau ternyata salah dumuk, tekan BATAL. Layar kembali menyajikan foto-foto pilihan.
Tentu ada juga yang tidak setuju: sejumlah LSM di sana. Alasan mereka: e-voting itu menghilangkan ''kearifan lokal''. Cara-cara lama hilang. Misalnya wujud simbol yang mewakili sosok calon menjadi punah. Di masa lalu ''tanda gambar'' calon diambil dari alam sekitar. Ada calon yang mengidentifikasikan diri sebagai pisang. Ada juga yang memilih kelapa. Atau jagung.
Maka pisang, kelapa, jagung diikatkan di kotak suara masing-masing. Kotaknya sendiri dibuat dari sepotong bambu. Dilubangi. Disebut bumbung. Kartu suaranya berbentuk potongan lidi. Sepanjang sekitar 10 cm. Lidi dimasukkan bumbung.
Setelah pemungutan suara selesai, bumbung dibelah pakai gobang. Lidi di dalamnya di hitung. Yang terbanyak yang menang.
Kalau calonnya hanya satu, tetap harus ada persaingan. Disediakanlah bumbung kosong (tanpa pemilik). Kadang isi bumbung kosong lebih banyak. Maka Pilkades batal. Pemenangnya bumbung kosong.
Memang semua itu akan hilang. Sedih. Sekarang pun sudah banyak yang hilang. Siapa tahu perlu ditetapkan satu desa saja, satu saja, yang tetap pakai cara lama itu. Sebagai pelestarian lambang anti kemajuan. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 3 September 2023: GanSi GanBeh
Mirza Mirwan
Judul CHD hari ini mengingatkan saya pada OTB -- organisasi tanpa bentuk -- di AS yang punya slogan WWG1WGA, where we go one we go all. Hayo, apa nama OTB yang saya maksudkan? Selamat pagi aja deh.
Mirza Mirwan
Cerita Gus Dur dibikin bingung orang Madura ini membuat saya geli sendiri. Cerita ini dituturkan adiknya Gus Dur, Bu Lily Chadidjah Wahid yang menyusul Gus Dur pulang ke hadiratNya tahun lalu. Syahdan suatu hari, di Jombang, Gus Dur menerima tamu orang Madura dan anaknya. "Nama sampeyan siapa?" tanya Gus Dur. "Mad Ruslan, Gus," jawab si Madura. "Nanti namanya diganti Mohammad Ruslan, ya. Sebab Mad itu dari kata Muhammad," kata Gus Dur menasehati. "Baiklah, Gus." "Lha nama anaknya ini siapa?" "Mad Yusuf, Gus." "Nah, ini juga. Nanti diganti Muhammad Yusuf, ya!" "Baiklah, Gus." "Mongomong rumah sampeyan di mana?" "Dekat sini saja, Gus. Jalan itu lurus, nanti ada pertigaan. Di sebelahnya ada Mohammad Rasah. Nah, rumah saya di belakang Mohammad Rasah itu, Gus." Gus Dur mengerutkan kening sambil membetulkan letak kacamata tebalnya. Mohammad Rasah? Sebentar kemudian Gus Dur tertawa lepas. Yang dimaksud Muhammad Rasah oleh si Madura adalah Madrasah.
Jimmy Marta
Lah.. MadUra itu asline Muhammad Ura tho... te sate...wkwk
Riyono ,SKP
Ohhh...jadi Madinah itu dari kata Muhammad Dinah... Baru tahu saya,tak iye...
Fiona Handoko
selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp prof pry, bp jo, bp jimmy dan teman2 rusuhwan. kamis malam. surry menemui temannya, bagus. "bagus. tolong bantu aku. aku akan tidur dengan istri bartender. bisakah km menahannya di pub selama 1 jam setelah dia tutup?" bagus dengan berat hati mengiyakan. mengingat hubungan pertemanan dengan surry sudah terjalin sejak sekolah tk. setelah pub tutup. bagus memulai percakapan dgn bartender. bagus menanyakan segala macam pertanyaan konyol dan bodoh. untuk membuatnya sibuk. selang beberapa waktu. bartender mulai curiga. "bagus. apa sebenarnya yg kamu lakukan dengan semua ini?" bagus yg dipenuhi perasaan bersalah dan menyesal. berkata ke bartender. "maafkan aku. temanku sedang tidur dengan istrimu saat ini. dan dia memintaku untuk menyibukkanmu". bartender itu tersenyum, dan meletakkan tangannya di bahu bagus. "bagus. menurutku sebaiknya kamu cepat pulang. istriku sudah meninggal tahun lalu".
Xiaomi A1
Yamato adalah nama alternatif untuk negara jepang.. Yamato jg merupakan suku asli paling dominan di jepang.. Yamato jg jadi nama kapal perang terbesar jepang pada perang dunia kedua. April 1945, kapal yamato berangkat ke okinawa untuk bergabung dgn armada jepang lainnya dlm rangka membendung serangan sekutu, namun yamato tdk pernah mencapai okinawa krn disergap sekutu yg mengerahkan lbh dari 100 pesawat, yamato pun tenggelam, bersamanya terdapat 2700 pasukan jepang yg ikut gugur.. Kita tinggalkan sejenak Yamato versi Jepang..bisa jadi Yamato itu bahasa bojonegoro, Matoh bisa diartikan lebih dari baik, lebih dari keren, lebih dari hebat..Yaa Matoh..
Komentator Spesialis
Pinjam istilah Pak Agus Suryono dibawah : GANSI GANBEH Ganti Siji Ganti Kabeh Tahun depan pak lurah lengser. Copot dan ganti semua anak buahnya yang penjilat.
Liam Then
Takut "diphentungi" kalo muncul duluan. Loh , saya jadi ingat masa kecil dulu, ada wahana permainan di pusat perbelanjaan. Yang anu, itu ...menthungi kepala curut yang keluar duluan, wkkwkwkwwkwkkw. Itu curut harus dimasukin koin dulu, baru nimbul. Dipikir lagi, hal serupa juga terjadi pada semua capres, cuma terlihat sibuk senyum terus kesana kemari, salam sana sini, sambil berjalan maupun lari-lari. Berjalan melambai-lambai, lari-lari pun begitu, kadang ada emak-emak histeris, "Pak......sini Pak ...waaaaa.....Pak sini......" Ah, saya jadi ingat boy band Korea, yang di histerisi oleh ABG manis itu. Aneh rasanya, sama sekaligus beda. Hari ini lagi dibuat mikir, keheranan saya selama ini, kenapa semua capres masih malu-malu umbar program unggulan. Apakah takut "dipenthungi" juga, atau takut "diblejetin" duluan. Mungkin inilah salah satu beda ,dengan boy band Korea. Yang biarpun sudah terbukti ganteng nya kelas obat perbaiki keturunan grade A , mereka keluar lagu dulu, baru melambai-lambai tangan. Itupun masih banyak yang gagal, yang lagunya tidak bagus, meskipun gantengnya tak ada obat, karena lagu tak bagus, penggemar pun ikut sedikit berjejer. Bolehlah capres kita ikut boy band Korea, keluar lagu, program dulu. Wani? Atau takut "diphentungi?" Kek curut yang di pusat perbelanjaan itu.
Johannes Kitono
Cerpen Kompas. Pagi ini selesai baca CHD langsung membaca " Mo Thian Liang " judul cerpen Sunlie Thomas Alexander di Kompas Minggu. Gaya tuturnya lincah menceritakan kejadian dimasa kecilnya di Belinyu. Ketika masyarakat Tionghoa disana melihat Penampakan Wanita Suci diatas pucuk pohon karet bukit Mo Thian Liang. Yang Katolik bilang itu Bunda Maria dan yang non Katolik bilang itu Dewi Kwan Im. Lucunya, nenek A Loi yang baru dipermandikan dengan nama Elizabeth. Langsung berdoa Novena Salam Maria dan sekaligus membakar Dupa untuk Dewi Kwan Im juga. Dialek lokal yang digunakan Chinese Belinyu ini sama seperti di Sanggau yaitu Hakka. Kenakalan A Loi dan teman-teman nya hampir dengan anak asrama Bruder di buku SDHA. Mencuri buah-buahan tetangga kemudian sobek kertas Phu dipohon sambil dikencingi. Biar hilang saktinya dan penis tidak bengkak seperti A Kwet yang habis kencingi Batu patok tanah dikaki bukit. Sunlie TA lahir di Belinyu, Bangka ( 1977 ) sudah menerbitkan 5 buku kumpulan cerpen. Bukunya Dari Belinyu ke Jalan Lain ke Rumbuk Randu mendapat Penghargaan Sastra 2020 dan cerprnnya Keluarga Kudus meraih Cerpen Terbaik Kompas ditahun 2021. Akhirnya, di hari ke 9 Pak Camat asal Palembang membubarkan kerumunan di bukit Mo Thian Liang sambil bagi-bagi Kaos Kuning gambar pohon Beringin. Now di lereng bukit Mo Thian Liang akan dibangun Gua Maria sebagai destinasi pariwisata. Kalau kebetulan ke Belinyu, Bangka jangan lupa mampir kesana !
Liam Then
Pesan buat para capres dan cawapres, jangan ke Pontianak dulu, lari-lari atau jalan-jalan.. Nanti sakit, Pontianak sedang berkabut asap
Udin Salemo
Tempat favorit saya kalau jogging di Ponti adalah Taman Alun-Alun Kapuas. Ada trek untuk jogging, rindang (banyak pohon), dan keberadaannya di pinggir Sungai Kapuas ada angin berhembus. Ini bagi saya sudah seperti surga. Saya sangat menikmati jogging disini. Kangen Ponti. Kangen seseorang di Sungai Pinyu.
Er Gham
Tadi siang saya keliling kota. Banyak baliho caleg dari partai demokrat yang dicat putih pada bagian wajah anies, yang ditampilkan sedang duet dengan ahy. Paket hemat saja. Daripada harus menurunkan baliho dan cetak ulang. Hehehe. Beberapa ada yang masih ada wajah aniesnya karena balihonya ukuran besar dan dipasang tinggi. Mungkin belum ada duit buat cetak ulang.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id