COWASJP.COM – PORTUGAL adalah salah satu destinasi wisata favorit di bagian Eropa Selatan. Khas dengan bangunan Heritage yang terdaftar di UNESCO. Selain itu kuliner di Portugal juga salah satu yang dicari oleh para turis.
Makanan Portugal lebih “berasa” daripada makanan di Eropa bagian Utara. Contohnya Switzerland. Makanan khas Switzerland rasanya biasa saja, cenderung hambar. Hehe. Makanan bule lebih ke arah salad dan roti. Sedangkan Portugal punya nasi. Berbagai jenis nasi. Bahkan nasi menjadi makanan utama.
Hal yang juga dicari para turis di Portugal adalah keindahan alamnya yang hijau dan lapang. Bukan di pusat kota Lisbon tentunya ya.
Warisan alam yang indah menjadi sumber kebanggaan bagi penduduk setempat. Mereka berusaha menjaga lingkungan alam agar tetap asri. Menjaga keseimbangan ekosistem antara banyaknya transportasi publik yang menyebabkan polusi. Yang pasti, pemerintah Portugal terus merawat lingkungan agar tetap hijau. Cascais adalah salah satu daerah yang indah dan hijau.
Ibu-ibu berpose. (FOTO: Fariz Hidayat)
Adanya acara “Hari Pemuda Sedunia” beberapa waktu lalu terlihat banyak tumbuhan hijau ditanam di pusat kota. Turis wajib berkunjung ke Cascais – Lisbon kalau ke Portugal. Pemandangan laut, taman yang indah, makanan yang lezat, dan ditunjang dengan bus transportasi di Cascais yang sudah menggunakan hybrid listrik. Alhasil, lingkungan lebih sehat bebas polusi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Portugal telah melakukan upaya yang signifikan untuk melestarikan dan mengembangkan kawasan hijau di seluruh wilayah negeri.
Berikut 6 taman nasional yang bisa menjadi tujuan wisata yaitu:
1. Taman Nasional Peneda - Geres.
2. Taman Nasional Arrabida (Lisbon).
3. Taman Nasional Sintra-Cascais.
4. Douro Valley.
5. Pulau Madeira.
6. Parque das Nacoes (Lisbon).
Geres adalah salah satu wishlist tempat liburan. Kawasan Geres sangat cantik. Tidak berasa di Portugal. Sebelas dua belas dengan keindahan Switzerland.
Wooow, jadi penasaran nih. Namun jarak yang ditempuh cukup jauh ke Portugal bagian utara.y Yang selalu menyejukkan hati adalah melihat pemandangan perkebunan anggur. Portugal terkenal dengan produksi wine terbaik. Salah satunya di Porto, yaitu Douro Valley.
Kali pertama penulis naik kuda. (FOTO: Fariz Hidayat)
Para turis pasti mengunjungi tempat wisata ini karena bisa mencicipi wine langsung dari pusatnya. Kebetulan kami belum pernah. Tahun lalu saat singgah ke Porto tidak sempat ke sana.
Keindahan alam yang menyejukkan ini membuat banyak penduduk lebih memilih tinggal di kawasan perkebunan. Kalau bahasa Portugisnya disebut dengan “Quinta”.
Lisbon sudah dikenal dengan kemacetannya. Biaya hidup super mahal, dan padat penduduk. Para ekspatriat (expats) lebih melirik kawasan perkebunan/pedesaan di Portugal. Mereka merasakan hidup lebih tenang, dekat dengan alam, dan jauh dari hiruk pikuk kemacetan ibu kota.
Tersadar bahwa kami tinggal di Ibu Kota. Macetnya luar biasa. Sudah seperti kemacetan di Jakarta.
Harga rumah di Quinta pun bervariasi. Tergantung dari luas property, fasilitas property/villa, serta daerahnya. Dengan luasan minimal 150 meter persegi bisa mencapai 200.000 – 500.000 Euro. Atau Rp 3,3 miliar - Rp 8,2 miliar. Kurs 1 Euro = Rp16.500.
Bahkan bisa mencapai jutaan euro. Seperti di daerah Douro Valley yang terkenal dengan perkebunan anggurnya, bisa mencapai jutaan euro. Karena sudah lengkap dengan fasilitas pengolahan anggurnya.
Beberapa waktu lalu sempat diundang untuk makan siang bersama oleh landlord atau pemilik apartemen kami. Mereka tidak tinggal di Lisbon, melainkan di farm/perkebunan di daerah Santarem (Lisbon bagian Utara). Dari Cascais sekitar 80 kilometer, menggunakan mobil dan lewat tol butuh waktu 1 jam. Santarem terkenal sebagai daerah yang sepi dan cocok sekali untuk pribadi yang ingin dekat dengan alam.
Jorge pemilik apartemen kami memiliki farm yang cukup luas, hampir setara atau lebih luas daripada lapangan sepakbola. Rumahnya megah dan komplit dengan kandang hewan.
Tepat memasuki gerbang rumahnya, tercengang karena begitu luasnya. Di depan pintu gerbang disambut dengan stable atau kandang kuda. Terdapat 7 kuda. 5 kuda dewasa dan 2 kuda bayi. Sampai di parkiran sudah ada 3 mobil yang memadati halaman. Sungguh kami berasa amaze sekali.
Landlord kami adalah kalangan 1% keluarga kaya raya di Portugal. Semoga bisa nular nih, hahahaha. Aamiin, aamiin.
Sebelum makan siang, kami diajak untuk home tour. Ada kandang ayam, turkey, bebek, domba, dan kelinci. Mereka membangun playground dan kolam renang sendiri. Jorge memiliki 2 anak yang umurnya sebaya dengan DoubleZ (dua anak saya Zirco dan Zygmund). Laki-laki 7 dan 4 tahun. Rafael dan Gabriel namanya.
Senangnya Zygmund dan ayahnya bisa melihat kuda langsung. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Rafael dan Gabriel lebih suka tinggal di farm daripada di Lisbon. Bisa bebas berlarian tanpa takut kena teguran tetangga. Rumah utamanya pun megah, tingkat 2. Terdiri dari 7 kamar, ruang tamu super luas, dan 4 kamar mandi. Salah satu keunikan bule di sini adalah tamu diajak home tour. Ini bukan pertama kali bagi kami. Setiap kami berkunjung ke rumah teman selalu diceritakan ada berapa ruangan. Rumahnya pun tidak harus super rapi, mereka malah menunjukkan “kapal pecah” rumahnya. Hahaha.
SANGAT MENGHORMATI MUSLIM
Dengan hidangan ala Portugis, kerang saus lemon, daging picanha, dan dessert kue membuat kami super kenyang. Khusus untuk kedatangan kami, mereka tidak menggunakan wine dan apapun yang mengandung babi saat memasak.
Jorge dan istrinya sangat sangat menghormati ummat Muslim, seperti kami yang tidak mengonsumsi babi dan alkohol. Mereka begitu ramah, supel, dan super baik. Semoga biaya sewa apartemen tidak dinaikkan yaa. Bisa kalang kabut kami.
Agenda wajib yaitu mengendarai kuda. Mumpung gratis dan bisa sepuasnya. Namun karena pengalaman pertama dan nervous banget, jadi cukuplah hanya beberapa menit. Yang penting sudah di jepret-jepret foto.
Zygmund yang belum kesempatan naik kuda malah tidak mau pulang. Dia antusias sekali melihat berbagai hewan langsung di farm. Biasanya dia hanya melihat hewan-hewan tersebut di buku atau di game. Ini benar-benar melihat langsung. Tanpa ada rasa takut saat menyentuh mereka.
Zirco sangat antusias mencoba naik kuda. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Bagi kami yang besar di kota merasa belum siap kalau harus tinggal di Quinta seperti ini tiap hari. Meskipun pemandangannya indah dan hijau, tetapi kalau malam pun gelap dan krik krik. Cascais sementara ini adalah tempat yang nyaman. Tidak terlalu macet dan ramai seperti di pusat kota Lisbon. Ingin ke mall atau pantai, semua terjangkau.
Pulang tidak tangan kosong pastinya. Karena habis liburan di farm, dapat oleh-oleh 1 lusin telur ayam. fresh from kandang ayam. Masya Allah. Sudah berasa berkunjung ke keluarga sendiri. Rezeki bukan hanya tentang uang, namun bertemu dengan orang-orang baik seperti inilah yang membuat hidup semakin damai.
Kalau ada kesempatan merantau, kota mana yang ingin kawan pembaca datangi? Lebih nyaman tinggal di kota besar atau melipir ke pedesaan?(*)