COWASJP.COM – PORTUGAL dan Indonesia bagaikan bumi dan langit. Dalam sepekan terakhir Portugal diguyur hujan setiap hari. Sedangkan Indonesia sedang diuji derajatnya. Maksudnya derajat suhu panas dari hari ke hari terus meningkat.
Guyonan warga +62 katanya perlu pendingin atau AC di jalan raya karena matahari jumlahnya ada 3.
Di sini (Portugal) jaket dan sweater mulai keluar dari lemari. Suhu rata-rata setiap hari sudah mencapai belasan derajat Celcius. Suhu terendah saat dini hari mencapai 14 derajat Celcius. Sedangkan siang hari bisa 22 – 23 derajat Celcius.
Pernah saking ekstremnya. Pagi hujan deras, angin kencang dan dingin. Kemudian siang cerah, matahari bersinar dan panas. Seketika langsung terasa nyaman tapi shock temperature pasti membuat badan harus cepat beradaptasi.
Beberapa minggu sebelum diprediksi hujan akan turun, terlihat dinas lingkungan Cascais momotong daun dan ranting pohon yang lebat. Menghindari adanya pohon tumbang. Saluran got juga dicek supaya tidak terjadi genangan air dan banjir.
Bulan Oktober sudah dikenal sebagai awal musim hujan. Meskipun pergantian musim panas ke musim gugur sudah di bulan September lalu.
Portugal adalah negara yang nyaman. Ketika negara Eropa lainnya sudah minim mendapatkan matahari sejak bulan September, Portugal masih menikmati panas matahari hingga tanggal 14 Oktober. Meskipun suhu sudah mulai turun, tapi kehangatan matahari masih terasa.
Di Inggris, Swiss, Belanda, Hungaria mulai hujan dan sudah harus menggunakan sweater atau jaket tipis. Penduduk lokal Lisbon masih santai menggunakan baju summer. Apalagi para turis yang berasal dari Eropa bagian Utara.
Sebelum hujan sangat deras turun, para warga mendapat pesan singkat atau SMS peringatan dini. Termasuk saya.
Banjir di daerah Odivelas. (FOTO: IG Qualeaboa.pt)
Bunyinya pesan singkatnya : “Chuva e vento forte na sua regiao nas proximas 36horas. Risco cheias e inundacoes. Proteja-se. Siga recomendacoes. Info: www.prociv.gov.pt / 800 246 246 / ANEPC”.
Artinya kira-kira: hujan dan angin kencang dalam 36 jam ke depan. . Resiko banjir. Pesan ini diterima pada tanggal 18 Oktober pukul 14.30 WEST ( West European Summer Time).
Warga diminta untuk waspada, lebih baik tetap di rumah. Dan ternyata benar, mulai tanggal 18 malam, hingga 19 malam hujan turun seharian. Mulai dini hari disambut angin kencang yang mengguncangkan pelindung jendela. Jadi bunyi brek brek brek.
Berangkat sekolah dan kantor sudah ditemani hujan. Matahari bersembunyi sehingga jemuran pakaian tidak kering. Tak berhenti sampai malam hari. Sebelum tanggal 18 juga sudah mulai hujan. Tapi kali ini benar-benar lebat.
Beberapa daerah di Lisbon sudah dilaporkan banjir. Mobil yang terparkir di pinggir jalan juga sudah mulai tak terlihat bagian bawahnya.
Kawasan gedung bawah tanah kereta metro juga terlihat ada gangguan. Elevator tidak bisa digunakan dan jadwal sedikit terganggu. Stasiun metro Odivelas, Ameixoeria, Cabo Ruivo, dan Roma juga mengalami hal tersebut. Seluruh stasiun itu ada di Lisbon. Pihak metro juga sudah melakukan segenap aksi preventif. Pengecekan saluran air dan pompa dilakukan untuk memastikan pergerakan air lancar.
Terpantau dari Instagram qualeaboa.pt beberapa daerah di Lisbon banjir. Dan juga hal serupa terjadi di kota-kota lain. Sama layaknya di Surabaya kalau hujan lebat pasti ada daerah yang sudah langganan banjir. Di Eropa juga ada langganan banjir kok, hihihi.
Memborong makanan Indonesia di Mercado Culinario. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Setelah hujan reda (tanggal 20 Oktober sudah reda), maka daerah tersebut sudah susut juga airnya. Karena warga sudah paham betul, maka sudah tidak kaget lagi dan tingkat kewaspadaan meningkat.
Alhamdulillah di area tempat tinggal kami aman dari banjir. Tidak ada genangan sedikit pun.
Sedihnya saat Mercado Culinario Indonesio di KBRI kemarin (15/10/2023) juga sempat turun hujan. Karena diselenggarakan secara outdoor membuat sedikit tidak nyaman. Stand jualan, kursi tempat makan juga basah. Akhirnya kami putuskan untuk membungkus aneka makanan Indonesia.
DI EROPA, ANAK MAIN DI BAWAH GUYURAN HUJAN ITU BIASA
Kami masih memiliki mindset “awas jangan hujan-hujan nanti masuk angin” sehingga jarang sekali mengijinkan anak-anak main hujan-hujanan. Padahal di Eropa sini, anak kehujanan atau main hujan itu biasa. Tinggal dikasih jaket anti air, topi, dan sepatu boot anti air. Selesai!
Adaptasi yang tak mudah bagi kami.
Ada 7 stand makanan yang tersedia. Kami membungkus aneka makanan dari 5 stand. Ada sate ayam, nasi rendang, nasi uduk, pempek, bebek ungkep frozen, otak-otak ikan, batagor, bolu kulus, bakso, mie ayam bakso, lumpia, onde-onde, pastel tuna, bakwan sayur, tempe mendoan, dadar gulung, kue lumpur, cumi oseng pedas, nasi bakar, dan snack cemilan anak. Ada 21 macam!! Itulah belanjaan kami. Wouww .... banyaaaak sekali!! Lebih tepatnya mborong. Hahaha.
Terlihat banyak karena untuk dimakan 4 orang.
Sebenarnya saat mercado seperti ini harganya terlihat murah. Rata-rata sekitar 3 – 7 Euro per porsi. Namun porsinya sangat sedikit. Dibandingkan dengan sandwich baguette di toko roti ataupun makan portugis di food court yang porsinya jauh lebih banyak.
Gorengan tetep jadi cemilan terenak. Serba 1 Euro (Rp 16.500) per biji. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Alhasil, saat membeli 1 porsi makanan dirasa belum kenyang. Maka akan tambah jajan yang lainnya. Per orang wajib menyiapkan uang minimum 20 Euro (Rp. 330.000) untuk kenyang. 1 Euro : Rp. 16.500.
Jadi kami berempat bisa mengeluarkan 1 juta rupiah untuk pergi ke kuliner seperti ini. Sekali makan. Woooowwwww!!!!
Momen kuliner ini setahun hanya 2x. Bulan Juni dan Oktober. Tidak ada makanan gratis, wajib bayar semua. Kami termasuk ke customer tetap karena setia event selalu datang. Haha.
Kalau ingin makan gratis ya ke KBRI, dengan makanan Indonesia. Maka wajib berkunjung ke KBRI saat Idul Fitri, 17 Agustus, dan Natal. Para tamu bebas makan sepuasnya selama persediaan masih ada. Itu nikmat sekali.
Karena hujan, acara mercado yang biasanya ditutup jam 16.00 WEST di extend menjadi 18.00 WEST. Karena cuaca mendadak cerah dan matahari bersinar.
Sweater sudah kembali menjadi baju sehari-hari saat suhu mulai dingin. Penulis dan suami (Fariz Hidayat). (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Pingin kembali sebenarnya karena ada yang belum dibeli, yaitu martabak ayam, haha. Cuma karena jauh akhirnya stay di rumah aja. Berharap next event ada martabak lagi. Ditambah terangbulan mungkin lebih nikmat. Yummy!!!!
Semoga hujan di Portugal bisa nular ke Indonesia nih. Turun hujan 1x aja pasti sudah seneng seluruh warga di Indonesia. Paling tidak bisa mengurangi polusi dan kualitas udara yang mulai memburuk.
Semoga tanah airku Indonesia sehat selalu dan bisa menuntaskan isu-isu lingkungan sekarang. Kalau kata Luffy One Piece mungkin bisa pakai bubuk hijau penurun hujan yang ada di Kota Arabasta. Ada gak ya kira-kira di Indonesia. Hihihihi.(*)