COWASJP.COM – Di penghujung tahun 2022, dunia menyaksikan kebangkitan teknologi kecerdasan buatan (AI), dengan ChatGPT buatan OpenAI menjadi pionir. Popularitas ChatGPT menandai era baru dalam interaksi manusia dengan mesin, merangsang perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft untuk terjun ke kancah yang sama.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah perkembangan AI di Indonesia bisa membawa kemajuan yang lebih besar? Bagaimana pula masa depan AI di Indonesia ke depan? Berikut news analysis M. Theofany Aulia, penggiat AI, peneliti di Akademi AI Indonesia (AAI), dan alumnus Filkom UB Malang.
Respons Global terhadap AI
ChatGPT telah membuka mata dunia terhadap potensi AI. Google merespons dengan meluncurkan Bard, chatbot AI-nya. Sementara Microsoft menggandeng OpenAI untuk mengintegrasikan AI ke dalam rangkaian produknya.
Ini merupakan titik balik dalam sejarah teknologi. Di mana AI tidak lagi menjadi konsep futuristik, melainkan realitas yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Di tengah euforia global, Indonesia tampaknya masih berjalan dengan langkah yang lebih hati-hati. Mengutip Abraham Hidayat, Managing Partner Skystar Capital sebagaimana dikutip dari CNBC, AI di Indonesia belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Menurut Abraham, fokus utama saat ini adalah mengadaptasi teknologi AI yang sudah ada ke dalam konteks lokal. Sebuah strategi yang diperlukan untuk memastikan relevansi dan efektivitas teknologi ini di tanah air.
Menambahkan perspektif Abraham, Founder Akademi AI Indonesia (AAI) Khoirul Anwar, memberikan pandangan futuristik. "AI bukan hanya tentang adaptasi, tapi transformasi," kata Anwar.
Ya, di Indonesia, kita memang memiliki kesempatan unik untuk tidak hanya mengadopsi AI, tapi juga menginovasinya. Lalu, menciptakan solusi khusus yang berakar pada keunikan budaya dan kebutuhan lokal kita.
Ini berarti local wisdom menjadi sangat penting mewarnai dunia AI di Indonesia. Belum lagi kekentalan akhlak yang kuat bisa mampu mewarnai lebih luas eksistensi AI di negeri ini.
Pelajaran dari Masa Lalu
Masih dari Abraham, ia mengingatkan bahwa setiap inovasi teknologi membutuhkan waktu untuk berkembang. Contohnya iPhone yang diperkenalkan oleh Steve Jobs.
Steve Jobs butuh waktu bertahun-tahun sebelum ekosistem aplikasi berkembang dan menjadi integral dalam kehidupan kita. AI, yang baru saja menandai tahun pertamanya sejak peluncuran ChatGPT, juga diharapkan mengikuti pola pertumbuhan yang serupa.
Nah di Indonesia, meskipun tertinggal dalam perlombaan AI global, Indonesia memiliki potensi unik untuk mengadaptasi dan menerapkan teknologi ini dalam berbagai sektor. Dari layanan pelanggan yang lebih personal hingga solusi bisnis yang efisien, AI dapat membuka peluang baru yang belum pernah terjamah sebelumnya.
Mendatang: Era Baru AI di Indonesia
Karenanya baik Abraham maupun Anwar optimis bahwa tahun ini akan menjadi titik awal pendanaan untuk proyek-proyek AI di Indonesia. Dengan fokus pada penerapan kasus nyata dan adaptasi lokal, Indonesia dapat segera menyaksikan munculnya brand-brand AI baru dalam 2-3 tahun mendatang.
Ini bukan hanya soal mengikuti tren. Tapi juga tentang menciptakan nilai dan solusi yang relevan untuk masyarakat Indonesia.
Sebagaimana keyakinan Khoirul Anwar yang menegaskan bahwa ia percaya bahwa masa depan AI di Indonesia tidak hanya akan menyentuh teknologi, tetapi juga pendidikan, kesehatan, dan berbagai sektor lainnya.
"Kami melihat AI sebagai katalis untuk inovasi yang inklusif dan berkelanjutan," ucapnya.
Visi itu menunjukkan harapan bahwa AI tidak hanya akan menjadi alat, tetapi juga pendorong pertumbuhan dan kemajuan sosial-ekonomi di Indonesia.
Karena itu, sementara dunia telah mengambil langkah besar dalam penerapan AI, Indonesia berada di ambang fase penjelajahan dan adaptasi. Dengan pendekatan yang bijaksana dan strategis, Indonesia tidak hanya bisa mengejar ketertinggalan, tapi juga membentuk sebuah lanskap AI yang unik dan relevan bagi kebutuhannya.
Dengan adanya pemikiran inovatif dari para penggiat AI, era baru AI di Indonesia bukan lagi pertanyaan "apakah" tapi "kapan". Dan jawabannya mungkin lebih dekat dari yang kita kira. Fokus ke depan adalah pada imajinasiinovasi, adaptasi, dan implementasi AI yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal Indonesia. (*)