COWASJP.COM – NGABUBURIT yuk, ayoook, gaspoool. Enaknya beli takjil apa ya hari ini? Eh, sudah booking restoran buat buka puasa belum? Cepetan booking dari sekarang, keburu penuh nih.
Takjil war menjadi banyak perbincangan akhir-akhir ini. Bukan hanya umat muslim yang berburu takjil di sore hari. Juga para warga nonmuslim ikut ambil bagian. Mereka ikut berburu takjil. Selain takjil juga acara buka puasa bersama menjadi ajang berkumpul bareng.
Persaingan ketat membooking restoran semakin marak di 10 hari kedua bulan Ramadhan tahun ini. Apakah habis ini gantian telur dan coklat diburu saat momen Paskah? Belum tahu.
Indahnya melihat kebersamaan para warga Indonesia dalam merayakan Ramadhan 1445 H (tahun ini). Empat tahun lalu saat Covid menerjang, tidak ada keramaian.. Saat itu Ramadhan – Lebaran terasa sepi. Sekarang warga Indonesia telah benar-benar menikmati suasana ramai lagi. Di luar rumah.
Seliweran menu-menu takjil juga nampak di media sosial. Terasa menggiurkan dan sepertinya enak semua.
Teman nonmuslim pun mengiyakan apabila ikutan berburu takjil.
“Betul banget Okky, setelah pulang dari kerjaan langsung ikutan berburu dagangan takjil. Seru banget soalnya, dan cuma setahun sekali. Aku yang nonis (non Islam) pun menanti lho”, kata Dian yang tinggal di Makassar. Di setujui juga oleh Ajeng (non Islam yang tinggal di Surabaya), bahkan jangan sampai kehabisan slot booking di restoran untuk buka puasa, hehehe.
Senangnya bisa sama-sama menikmati damainya Ramadhan.
Bagaimana Takjil War di Portugal?
Jelas sepiiiiiiii, ramai berbagi takjil dan berbuka puasa bersama hanya di lingkungan masjid. Lisbon memiliki 1 sentral masjid terbesar. Namanya Mesquita Central Lisboa. Di masjid itulah nanti sholat Idul Fitri diselenggarakan. Sebenarnya ada beberapa juga masjid di daerah berbeda, namun ukurannya lebih kecil. Dan normalnya, seluruh masjid mengadakan acara buka puasa pertama.
Sudah 3x menikmati puasa di Portugal belum pernah sekalipun ikut berbuka puasa di masjid. Pertama, karena memang jaraknya jauh dari rumah. Kedua, buka puasa tahun lalu masih di atas jam 20.00. Dan ketiga, ketakutan mengendalikan dua toddler di tempat keramaian apalagi harus makan duduk manis. Nanti malah mengganggu kenyamanan orang lain sekitar.
Berita eksklusif terkait buka puasa di masjid Lisbon kali ini langsung diceritakan oleh Rahman Satyanegara, mahasiswa S2 ISCTE IUL Business School. Tahun ini puasa di Lisbon sedikit lebih singkat dan jam sahurnya sedikit lebih siang dibanding tahun kemarin. Karena Ramadhan jatuh di musim dingin, saat matahari masih malu-malu bersinar di pagi hari, dan tenggelam tidak begitu lama.
Waktu Subuh menunjukkan pukul 05.25 WET (West European Time) dan Maghrib pukul 18.45 WET. Namun, semakin hari waktu subuh tambah maju dan waktu maghrib tambah mundur. Karena menuju pergantian musim ke Spring (Musim Semi).
Contoh menu makan bukber yang didapat di masjid. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Jumlah jamaah sepertinya ada penambahan (total sekitar 500 orang per hari), karena biasanya kalau ikut makan di masjid, seringkali ada lebihan jadi bisa bawa pulang untuk sahur. Tapi sekarang jarang sekali bisa dapet porsi kedua untuk dibawa pulang karena sudah habis oleh jamaah yang mengantri.
Kebanyakan jamaah berasal dari Bangladesh, Nepal, Timur tengah, dan Portugal.
Jamaah selalu dikejutkan oleh menu berbuka yang diberikan. Tidak ada menu atau informasi apapun terkait makanan yang akan disajikan. Kalau untuk takjil atau membatalkan puasa hanya diberikan 5 butir kurma dan 1 botol air mineral per orang. Ini diberikan di ruang utama masjid sebelum adzan maghrib.
Jadi ketika adzan, jamaah membatalkan puasanya di ruang utama masjid dan langsung dilanjut shalat magrib berjamaah. Setelah shalat maghrib berjamaah, untuk laki laki akan keluar ruangan utama dan menuju tangga ke ruangan bawah yang sudah diatur untuk jadi ruangan makan. Nanti kalau sudah dipersilahkan masuk, jamaah akan diarahkan untuk duduk di meja. Di situlah tersaji menu buka puasa.
Kalau makanan utama selalu dapat nasi, lauknya bisa ayam, daging sapi/ kambing/ ikan. Bumbunya juga macam macam, bisa kari, goreng sederhana saja, dibakar/ dipanggang, atau diberi bumbu lainnya. Selain nasi biasanya disediakan air mineral, cha (semacam teh susu), dan buah-buahan (bisa pisang, jeruk sunkist, pear). Terkadang disediakan roti untuk dimakan bersama sama jamaah lainnya.
Menu favorit selama ini yaitu nasi dengan ayam panggang atau dengan sate ayam, karena tidak berkuah jadi lebih awet dan bisa disimpan untuk sahur esok hari.
Mengapa Rahman antusias sekali selalu datang ke masjid untuk berbuka puasa bersama?
Panitia masjid membagikan makanan bukber kepada jamaah. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Tentu yang pertama karena gratis hahaha. Yang kedua agar tidak merasa sendiri karena berpuasa di negara yang kaum Muslimnya minoritas.
Dalam kehidupan sehari hari, sebagian terbesar warga Portugal tetap makan dan minum seperti biasa, pagi, siang, maupun sore. Jadi tidak terasa suasana Ramadan sama sekali.
Dengan berbuka di masjid akan merasa nikmatnya Ramadhan dan berbuka bersama dengan sesama Muslim di Portugal. Rasa kebersamaan yang terasa mendalam.
Mungkin mendekati akhir Ramadhan, sekali lagi mungkin, menu buka puasa tidak akan banyak bervariasi lagi. Setelah berbuka lanjut ikut shalat taraweh.
Di Portugal, adzan Isya jam 20.05 WET. Shalat Isya sekitar 20.20 WET hingga sekitar 20.35 WET. Sehabis itu istirahat sebentar dan lanjut taraweh 23 rakaat selama sekitar 1 jam 15 menit.
Jadi kira kira puku 21.50 WET itu selesai shalat taraweh dan witirnya.
Menurut Rahman apa sih perbedaan melewati Ramadhan di Portugal dan di Indonesia?
Bersiap untuk sholat berjamaah. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Ramadhan yang tidak seperti Ramadhan kalau di Portugal haha. Karena ya itu, Islam adalah minoritas. Kebanyakan orang di sini tentunya makan dan minum seperti biasa saja. Aura atau suasana Islami yang biasa dirasakan di Indonesia itu tidak ada. Tidak ada ramai pengajian, ramai dakwah dan kegiatan kegiatan berbau Islami, dan tentunya ajakan buka bersamanya tidak sebanyak di Indonesia haha.
Yang paling kami kangeni adalah suasana berburu takjilnya di Indonesia. Seperti di daerah asal saya, Bogor, salah satu makanan spesial Ramadan kesukaan saya adalah mie golosor/ mie sagu yang warnanya kuning. Biasanya dimakan dengan saos bumbu kacang dan risol isi bihun. Lalu makanan makanan identik Ramadhan lain seperti kolak pisang dan kue kue manis yang hanya banyak diproduksi selama Ramadan juga bikin kangen.
Kata terakhir dari Rahman: Kangen banget dengan suasana Ramadhan di Indonesia ya. Padahal sebenarnya dulu juga jarang bareng ikutan war takjil. Ajakan buka puasa juga tidak begitu banyak. Pulang kerja langsung ke rumah dan makanan sudah disediakan oleh keluarga.
Tetapi saat merantau hal-hal itulah yang jadi ngangeni. Selamat menikmati aneka takjil dan buka puasa kawan pembaca.(*)